Halo semuanya, thanks ya buat yang udah buka chapter pertama Hanya Dia. Jangan lupa tinggalkan jejak, vote, and comen. Ditunggu juga Follownyaa
Baru kali ini saya nulis beginian. Makanya saya perlu pendapat kalian sedikit doang.
Ya sudahlah, karena agu gak mau ganggu kalian. Sok, langsung baca. Tataa...
* * *
Pagi menyinari wajah Cilla yang sedang berjalan ke kelasnya. Sekolah sepi tanpa penghuni. Seperti biasa, hanya Cilla dan penjaga sekolah yang menghuni Pelita High School. Cilla berjalan dengan rambut panjang dan bergelombang dibawah rambutnya dengan mata tertutup poni rambutnya sendiri. Ia ditemani beberapa buku yang didekap di pelukannya sembari mengharap agar ia tak dibully hari ini.
Tak selang beberapa lama datang sahabatnya Cantika Ramadhani yabg menyusulnya. Cantika memengang pundak Cilla dan agak membuatnya terkejut.
"DORR..!!!" Kejut Cantika. Cilla berusaha menyembunyikan keterkejutannya dalam tenang. Cilla tersenyum ramah dan mengajak Cantika menuju kelas.
"Hhh... Kupikir siapa. PRmu udah?" Tanya Cilla yang disambut gelengan kepala Cantika.
"Makanya, aku dateng pagi biar bisa liat PRmu. Eheheh" Cantika cengar-cengir.
Mereka tiba dikelas. Baru saja meletakkan tas, terdengar gebrakan pintu dengan keras. Dan ternyata ia Rahmat Ramadan dan anggota genk lainnya.
"He, Cilla! Gue pinjem PR lo. Cepet!" Bentak Rahmat.
"Apaan sih lo?! Pagi-pagi udah bikin dosa!" Cantika balas membentak yang membuat Rahmat agak terkejut.
"Ooo... Ada yang berani melawan tho?" Sahut Lana anggota genk Rahmat. Rahmat mengepalkan tangannya menahan amarah. Wajah cowok itu merah padam menatap Cantika.
"Yeekk.. Gitu doank marah" Kata Cantika sambil mengeluarkan lidahnya mengejek Rahmat.
"Ssstt.., udah Cantika! Ini kupinjemin, tapi jangan sampai rusak." Ucap Cilla, mengapa pagi-pagi seperti ini ia sudah mendapat gertakan? Biasanya muncul sewaktu istirahat tiba. Cilla memberikan buku PRnya pada Rahmat.
"Nah, gitu donk! Jadinya gue gak perlu cape lagi buat bully lo.. Hahaha" Tawa cowok kuning langsat, berambut halus, berhidung mancung itu menggelegar membuat anggota genknya ikut tertawa.
"Da..da..." Ucap Lana dan Anggun kompak. Genk itupun pergi ke luar kelas dengan sombongnya. Walaupun Rahmat nakal, ia terkenal dengan wajah manisnya. Membuat adik kelas dan kakak kelas terburu-buru mendekatinya.
Rahmat adalah teman se-SMP bersama Cilla. Maka dari itu, Rahmat tidak pernah berlaku aneh-aneh terhadap Cilla. Separah apapun Rahmat, ia tetap teman Cilla. Pernah juga Cilla dan Rahmat menaruh hati satu sama lain. Entah mengapa mereka tidak mau menggungkapkannya. Rahmat memang suka membantu. Tapi dalam diam, maksudnya Rahmat akan membantu orang bila ia tidak ada teman sekolahnya yang melihatnya.
"Tapi, aku belum liat jawabanmu" Gerutu Cantika yang dibalas dengan senyuman manis Cilla.
"Tenang aja, aku inget kok. Mana bukumu?"
"Wihh, yang bener nih inget? Pentesan.." Puji Cantika membuat Cilla tersipu-sipu.
"Pantesan apa?"
"Pantesan banyak cowo yang deketin kamu." Tambah Cantika seraya memberikan buku Matematikanya pada Cilla.
"Mana mungkin. Owh, mungkin maksudnya banyak cowo yang deketin aku karena tugas rumah. Ngak jarang juga sih ada yang ngajak makan bareng." Batin Cilla.
"Dorr!! Bengong lagi. Baper yaa," Cantika menggoda. Langsung Cilla sadar dengan lamunannya dan menulis angka di buku Cantika.
* * *
Kelas dimulai, Cantika duduk sebangku dengan Cilla karena ingin menemaninya dalam suka dan duka. Dibelakangnya ada Rahmat dan Revando. Rahmat terus saja menulis salinan PR milik Cilla. Menurut Cilla, jawabannya gak sepanjang itu. Mengapa lama? Ah, yasudahlah. Bila buku itu dikembalikan semua beres."Nulis apaan lo? Sok sibuk" Komentar Revando dari belakang. Suaranya yang keras terdengar hingga ke kuping Cilla. Bila Cilla ada didekat Rahmat, ia tak berani menatapnya lama lama.
"Oyy..! Nih buku lo. Makasih ya, gue tertolong. Sebagai gantinya genk gue gak bully lo. Kalo lo dapet bullyan dari genk gue, ngomong aja. Tapi inget! Buat hari ini doang." Pernyataan Rahmat membuat Cilla senang dan tersenyum lucu sambil menganggukkan kepala. Hal itupun terlihat oleh Revando.
"Njir, Cilla bisa senyum? Manis banget, gilak!!" Batin Revando.
"Ngapain lo cengar-cengir kek gitu?" Selidik Rahmat. Ppttff, pipi Revando nge-blush.
"Hee..! Ditanyain malah diem ae. Pake merah lagi tuh pipi" Marah Rahmat.
"Stt.. Sini bentar, gue mau ngomong" Kata Revando. Rahmat mendekat dengan ragu-ragu. Terdengar Revando berbisik.
"Lo beneran gak suka ama Cilla? Dia emang gak bisa senyum. Tapi kalo sekali senyum pipi gue langsung anget. Manisnya lebihin lo" Ucap Revando sambil memegang pipinya. Rahmat menepis tangan Revando yang masih ada dipipinya. Rahmat meraba pipi dan kepala temannya itu.
"Lo panas. Pantesan aja. UKS?"
"Big no no!!" Ucap Revando sambil menyilangkan tangannya. Untung saja percakapan tadi tidak terdengar oleh Cilla.
Guru Matematika datang dengan buku ditangannya. Kacamata kecilnya membuat ia terlihat garang. Bu Tantri namanya. Langsung ketua kelas, Ardiansyah menyiapkan kelasnya. Berdoa dimulai dan sesekali terdengar bisikan halus dari orang-orang kelasnya. Keheningan selesai saat doa diselesaikan.
"Keluarkan tugas rumah kalian! Sekarang Ibu akan menunjuk beberapa diantara kalian! Nomor satu yang mengerjakan Cilla! Nomor dua yang mengerjakan Rahmat! Nomor tiga yang mengerjakan Cantika! Nomor empat yang mengerjakan Revando! Dan nomor 5 yang mengerjakan Lana! Paham yang ibu tunjuk tadi?!" Tanya bu Tantri dengan nyaring.
"JELASS, BU..!!" Jawab Cilla dan Rahmat bebarengan.
"CIIEEEEE........!!!!" Satu kelas menyoraki Cilla dan Rahmat. Mereka saling membuang muka dan maju ke depan. Ditengahnya nomor tiga, Cantika maju. Cantika beruntung mendapat soal yang pendek. Dengan cepat Cantika menulis apa yang ia tulis di bukunya. Setelah itu, Cantika membentuk tangannya seperti 'Hati' diantara Cilla dan Rahmat. Teman sekelasnya menahan tawa yang menyelimutinya masing-masing. Cilla dan Rahmat pura-pura tak melihatnya dan tetap meneruskannya. Mereka rampung menulis jawabannya secara bersamaan lagi.
"SELESAI, BUU!!" Ucap Cilla dan Rahmat bebarengan lagi. Rahmat mengacuhkan temannya yang menyorakinya. Sementara Cilla tetap tenang sambil tersenyum kosong.
"Hmm.. Lumayan, hmm.. Benar! Selamat! Kalian berhasil menjawab benar. Ayo Revando, Lana.. Maju kerjakan!" Bu Tantri mengijinkan Rahmat dan Cilla duduk.
"Ahh, elo nih! Harusnya gue yang ada diposisi lo. Gue merasa beruntung kalo ama dia. Huhh! Kesel gue." Ucap Revando yang beranjak dari bangkunya dan merebut buku milik Rahmat. Rahmat terkekeh. Benar juga, berada didekat Cilla membuat Rahmat menjadi agak hangat.
"Mph.. Hey, Cilla..."
* * *
Yeaahh, selesai satu Chapter. Dan masih ada chapter yang lain menanti anda. Kalian belum bisa menebak endingnya ataupun Cilla akan berakhir dengan siapa.Saya ingin jadi seperti penulis kesukaan saya. Tapi keknya sibuknya setengah mati XD
Seperti judulnya HD, bakalan slow update. Jadi, mohon bersabar ini ujian. Semoga aja ini cerita juga selesai biar bisa netapin. Ngak kek dulu, maen hapus cerita.
Saya emang cepat bosan tanpa alasan. Menurut saya, bila saya bosan maka kalian juga akan bosaan.. Makanya hapus cerita, saya nulisnya santuy kok. Pelan pelan sajaaa#Tuutttt
Tunggu saja ya chapter berikutnya yang sloww update ;))
27-10-19
Sincerely,
Fris Tyty
KAMU SEDANG MEMBACA
Hanya Dia (Slow Update)
Kısa HikayeBuset dah, sering bat gonta-ganti cover XD. Priscilla Maia adalah gadis Pelita High School yang jadi bocah bullyan. Selama 2 bulan bersekolah, Ia jarang tertawa akibat luka yang diterima. Dia hanya bisa tersenyum hampa dengan tatapan kosong. Dan itu...