9 - take her home

3.1K 428 84
                                    

"Terima kasih sudah mengantarku, Sunbae." Jiyoon berkata sambil mengulurkan helm pada Juhoon.

Lelaki bermarga Kim itu menerima helm dari Jiyoon dan turun dari motor. Mereka kemudian berjalan beriringan memasuki gedung fakultas.

"Kau mau pulang bersama nanti?"

"Tidak perlu, Sunbae. Aku sudah ada janji dengan Saerin."

Juhoon mengangguk paham. Suasana masih canggung. Saat gadis itu merangkul tangannya, dia dibuat salah tingkah. Jiyoon juga sepertinya merasa canggung. Bahkan saat di perjalanan pun mereka tidak banyak mengobrol.

Sulit untuk menampik ketertarikan pada gadis itu. Juhoon tidak ingin munafik. Sedikitnya dia tertarik pada Jiyoon sejak pertama kali melihat gadis itu. Mata bulat serta senyum yang begitu manis adalah hal yang berhasil memikatnya. Dan ketika takdir mendekatkan mereka melalui ponselnya, Juhoon tidak bisa menyia-nyiakan kesempatan.

"Sampai nanti, Jiyoon-ah!"

Juhoon melambai ketika mereka berpisah. Beberapa orang di koridor memperhatikan interaksi mereka. Lagi pula siapa yang bisa mengabaikan kehadiran lelaki populer seperti Juhoon. Apalagi lelaki itu adalah presiden mahasiswa fakultasnya. Tidak heran kalau dia punya banyak penggemar. Contohnya seperti senior wanita yang kini menatap Jiyoon dengan sinis.

Beruntung Jiyoon cukup bermuka tebal, sehingga dia memutuskan untuk mengabaikan tatapan tersebut dan berjalan menuju ruang kelasnya.

.
.
.

Pukul empat kurang dua puluh menit, dosen mata kuliah dasar musik sudah mengakhiri kelas. Jiyoon merapihkan peralatan menulisnya sambil melirik Saerin disebelah. Sahabatnya itu tampak terburu-buru.

"Kau mau kemana? Jadi pergi denganku tidak? Kau bilang ingin kutemani membeli buku hari ini."

Dengan refleks Saerin menepuk kening. Gadis itu menatap Jiyoon penuh penyesalan.

"Maaf. Kalau besok saja kau bisa tidak? Yeorum Sunbae tiba-tiba mengirimiku pesan soal rapat paduan suara."

Jiyoon menghela napas dan memasang wajah kecewa. Tapi kemudian gadis itu tersenyum dan berkata, "Ya, sudah. Tidak apa-apa."

"Kalau begitu aku pergi dulu sekarang ya. Hati-hati di jalan, Jiyoon-ah."

Setelah Saerin menghilang di balik pintu kelas, Jiyoon kembali duduk di kursinya. Mengambil ponsel dan mengetikan pesan pada Yoongi. Meminta pria itu menjemputnya di kampus. Gedung fakultasnya cukup jauh dari gerbang utama dan kendaraan kampus sudah tidak beroperasi. Selain itu, dia juga cukup lelah untuk berjalan kaki. Dia masih bisa menunggu beberapa saat sampai ayahnya datang menjemput.

Lima belas menit berlalu dan Yoongi baru membalas pesannya.

Ya.

Hanya balasan singkat yang membuat gadis itu menahan dongkol. Dia baru saja hendak membalas agar ayahnya segera datang, tapi layar ponselnya sudah berubah menjadi hitam. Kehabisan daya. Benar-benar sial.

Untungnya gadis itu membawa charger, jadi dia segera mengisi daya ponselnya pada stopkontak terdekat. Sekarang tidak ada yang bisa dia lakukan selain menunggu kabar dari Yoongi sementara baterai ponselnya terisi penuh. Akhirnya Jiyoon memutuskan keluar dari ruang kelas menuju toilet.

Koridor sudah sepi. Sedikitnya Jiyoon bersyukur karena Yoongi telah menurunkan sifat cuek padanya. Dengan begitu dia tidak begitu peduli dengan suasana yang sepi.

Daddy's GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang