18 - suspicious

2.9K 391 79
                                    

Hari mulai petang. Meskipun kelas sudah berakhir satu jam yang lalu, Jiyoon masih berada di ruang latihan bersama sebuah piano berwarna hitam dan partitur karangannya yang belum selesai. Gadis itu memainkan piano untuk mencari nada dan kunci yang pas untuk lagunya.

Sial sekali karena dia mengenal Kim Juhoon, gadis itu mau tidak mau dimintai tolong membuat lagu tema untuk film pendek yang diproduksinya bersama mahasiswa jurusan film lain sebagai tugas mereka. Padahal banyak mahasiswa jurusan musik yang lebih berbakat dan berpengalaman darinya. Yah, meskipun bayarannya lumayan. Tapi tetap saja, dia tidak suka waktunya untuk bersantai harus tersita.

Setengah jam kemudian Jiyoon selesai dan mengemasi barang-barangnya. Dia keluar dari ruang latihan dan mendapati salju sudah turun dan kampus juga tampak sepi. Jadi akhirnya gadis itu memutuskan untuk menelepon ayahnya meminta dijemput.

"Ayah, bisakah kau menjemputku? Udaranya sangat dingin. Berjalan ke halte akan membuat putrimu sakit," katanya dengan nada manja.

"Bukannya aku tidak mau. Tapi aku benar-benar sibuk saat ini."

Jiyoon merengut mendengar jawaban ayahnya. Detik berikutnya wajah gadis itu berubah ceria. Dia bahkan sampai harus mengulum bibir hanya untuk menahan senyum lebarnya.

"Taehyung sepertinya sedang kosong. Aku akan memintanya menjemputmu."

"Baiklah. Katakan padanya agar cepat datang."

Setelah Yoongi memutuskan sambungan, Jiyoon berjingkrak tanpa suara. Gadis itu senang karena sepertinya keadaan selalu berpihak padanya. Bahkan dibalik kesibukan ayahnya yang begitu mencintai musik, masih ada yang bisa dia syukuri karena berkat hal itu juga dia bisa bertemu dengan Taehyung. Kalau begini terus, haruskah dia berharap agar ayahnya selalu sibuk?

.
.
.

Kesibukan yang dilakukan Yoongi adalah mendengarkan lagu ciptaannya dengan posisi tertidur di atas paha seorang wanita yang tengah mengelus rambutnya. Singkatnya, dia tengah sibuk berpacaran saat Jiyoon menelepon. Mendengarkan lagu hanyalah kedok agar kamuflasenya berhasil.

Taehyung bahkan sampai memutar bola mata melihat kelakukan calon mertuanya itu-walaupun belum pasti. Dia duduk di kursi keramat Min Yoongi sedangkan pemilik ruangan berada di sofa bersama kekasihnya. Melihat pria itu bermanja-manja dengan seorang wanita membuatnya merasa lega. Setidaknya kakaknya itu masih normal.

"Hm. Dia akan segera menjemputmu," ujar Yoongi sebelum mengakhiri telepon bersama putrinya dan melirik Taehyung dengan malas. "Kau sudah dengar lagunya, kan? Aku akan memberikan lagu itu untukmu tapi kau harus menjemput putriku sekarang."

Taehyung berpura-pura memasang wajah malas. Padahal dalam hati dia merasa telah menyelam sambil minum air. Ini kesempatan tentu saja.

"Jiyoon masih di kampus? Padahal ini sudah sangat sore."

"Dia bilang sedang ada pekerjaan," sahut Yoongi menjawab pertanyaan Seungwan. "Dia diminta membuat lagu tema untuk temannya."

Taehyung menghela napas. "Dia selalu saja merepotkan dirinya sendiri."

"Hm? Kau bilang apa, Tae-ya?" Yoongi bertanya saat mendengar suara Taehyung yanh bergumam tidak jelas.

"Bukan apa-apa," sahutnya diiringi gelengan kepala. "Ya, sudah. Aku berangkat dulu kalau begitu. Sampai jumpa, Hyung, Noona."

"Ya, berhati-hatilah. Katakan pada Jiyoon aku akan pulang larut."

Setelah Taehyung menutup pintu studio, Yoongi masih belum beranjak dari posisinya. Usapan di kepala membuat dia merasa nyaman hingga memejamkan mata. Tapi tampaknya hal yang sama tidak berlaku di benak Son Seungwan. Pikirannya bercabang mengingat sikap calon anak tirinya bersama sahabat kekasihya.

Daddy's GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang