Jiyoon tidak berhenti mondar-mandir di depan cermin hanya untuk melihat penampilannya sore ini. Blouse lengan pendek berwarna kuning yang dipadukan celana jeans. Rambutnya terikat dengan poni yang menutupi setengah dahi, membuat gadis itu terlihat cerah.
Dia menghela nafas. Gadis itu sudah siap sejak lima menit yang lalu, tapi entah kenapa Jiyoon merasa tidak percaya diri dengan penampilannya. Ini bahkan bukan kencan, tapi dia menghabiskan waktunya hanya untuk memilih pakaian yang cocok. Bukan seperti Jiyoon ingin terlihat cantik di depan Juhoon, hanya saja dia tidak ingin terlihat berlebihan dengan pertemuan ini. Walau bagaimanapun Juhoon adalah seniornya dan dia tidak mau terlihat buruk. Apalagi ini tahun pertamanya sebagai mahasiswa.
Setelah yakin dengan penampilannya, Jiyoon mengambil tas dan langsung keluar dari kamar. Dia berjalan santai melewati ruang keluarga, namun langkahnya terhenti ketika melihat Yoongi berdiri di depannya sambil mengaduk sesuatu dalam cangkir. Aroma kopi tercium dari sana.
"Kau mau kemana sore-sore begini? Rapih sekali."
"Hm ... bertemu seorang teman."
"Teman?" Mata Yoongi menyipit dengan cepat dan menatap putrinya curiga. Pasalnya Jiyoon tidak langsung menyebutkan nama temannya. "Perempuan? Laki-laki?"
Jiyoon terlihat bingung dengan kalimatnya yang terbata. "Mm ... itu ... seniorku."
"Perempuan atau laki-laki?" Yoongi tidak begitu saja mengalah. Dia tahu putrinya sedang berusaha mengalihkan topik.
Jiyoon semakin dibuat bingung. Dia bisa saja berbohong pada ayahnya, tapi gadis itu memilih untuk berkata jujur. "Laki-laki."
Ekspresi wajah Yoongi terlihat tidak senang.
"Dia hanya ingin mentraktirku karena sudah menolongnya kemarin. Aku tidak enak bila harus menolaknya karena dia seniorku, Ayah."
Yoongi menghela napas. "Baiklah. Kau boleh pergi. Tapi ingat, kau harus sudah pulang sebelum pukul sembilan, mengerti?"
Jiyoon mengangguk antusias. Tidak mengira ayahnya akan memberi izin begitu mudah.
"Apa kau perlu kuantar?"
"Tidak. Aku sudah memesan taksi."
"Baiklah. Hati-hati di jalan kalau begitu." Yoongi setengah berteriak saat Jiyoon semakin mendekati pintu keluar. "Segera hubungi aku kalau terjadi sesuatu!"
Jiyoon hanya menyahut singkat sebelum benar-benar menghilang di balik pintu. Sementara itu, Yoongi beralih pada kopinya. Dengan santai duduk di depan televisi sambil sesekali menyeruput cairan kecoklatan itu.
Tak lama ponsel di atas meja berbunyi. Melihat nama yang disertai emotikon hati memanggil, dengan cepat Yoongi menjawab. Beberapa saat pria itu asyik dengan obrolannya ditelepon dan menghiraukan bel yang berbunyi beberapa kali.
"Iya~. Aku juga merindukanmu, Sayang. Cepatlah pulang," ujar Yoongi dengan nada manja. Dia sempat terkikik saat menyadari nada bicaranya yany terdengar menjijikan sebelum sambungan terputus. Pria itu masih memandangi ponsel tanpa menyadari kehadiran seseorang di belakangnya.
"Jadi ini kelakuanmu di belakangku, Hyung?"
"Yak! Kau mengagetkanku!" seru Yoongi sambil memegangi dadanya yang berdebar kencang saat mendengar suara berat seorang pria di belakangnya. "Apa yang kau lakukan di rumahku, Kim Taehyung? Kau bahkan masuk kemari tanpa izin! Harusnya kau membunyikan bel lebih dulu."
"Aku sudah membunyikan bel berkali-kali. Kau saja yang tidak mendengarnya." Taehyung menggerutu sebal. "Aku tidak menyangka kau tega melakukan ini padaku, Hyung. Siapa wanita itu? Kau bahkan tidak mengatakan apapun padaku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddy's Girl
عاطفية[COMPLETED] Min Jiyoon tumbuh dewasa di bawah asuhan tujuh pria tampan. Memilih dan mengikuti sifat-sifat baik dari mereka untuk membuang bagian buruknya. Setidaknya itu yang diperintahkan ayahnya hingga dia tumbuh menjadi gadis yang baik. Seiring b...