41_Split Up

6.2K 343 22
                                    

Jangan lupa vote and comment .

Jika ada kesalahan kata dan kalimat bahasa saat penulisan mohon maaf untuk yang sebesar besarnya .

Satu jam yang lalu .

"Seorang perawat tadi menyampaikan pada saya jika pasien menunjukan pergerakan pada jari telunjuknya ."

"Iya benar ." Angguk Liona ."Lalu bagaimana dengan keadaannya ? Kenapa dia masih belum sadar ?."

Dokter tersebut lalu menggeleng menunjukan ekspresi sedih . "Saya sudah memeriksanya . Walaupun ada pergerakan namun pasien masih dalam kondisi koma . Maaf nona , saya mempunyai kabar buruk . Benturan dikepalanya mungkin akan membuat pasien hilang ingatan ."

Liona memejamkan matanya , kenapa ini harus terjadi ?

Airmata wanita itu lalu tumpah membasahi pipinya .

"Tenanglah sayang , teruslah berfikir positif untuk kesembuhan Mara ." Kata tante Hayu yang keluar dari ruang perawatan Mara .

"Tante , apa tidak ada lagi yang harus kita lakukan selain menunggu ?". Liona lalu memeluk tante Hayu , dia merasakan kecamuk yang begitu hebat didalam hatinya . Dadanya begitu sesak seolah olah dia kehabisan banyak oksigen . Dia lalu mengalihkan pandangannya dari luar jendela kearah Mara yang berbaring koma .

Mas Mara , Aku mungkin tak bisa membayangkan seperti apa nanti duniaku saat aku kehilangan kamu . Tolong jangan buat aku menanggung rasa bersalah ini karena telat menyadari perasaanku . Tolong jangan tinggalkan aku mas Mara , kamu harus berjuang untuk sadar dan tetap mengingat kita .

*****

Liona berjalan kearah jendela ,dia menyingkap tirai putih itu dan melihat keluar sana . Semua kecemasan kini tengah melingkupi hati Liona . Wanita itu lalu meletakkan tangannya di wajahnya , dia menutup wajahnya dan menangis .

"Mas Mara ." Isaknya . "Kamu harus bangun sekarang !"

Liona mulai tidak bisa mengontrol tangisnya , airmatanya mulai mengalir membasahi pipinya .

"Liona ."

Dirinya bahkan mulai berhalusinya mendengar suara Mara . Liona menggelengkan kepala menyangkal jika itu pasti hanya halusinasinya karena terlalu lama menangis

"Lion berhentilah menangis ."

Seketika tubuh wanita itu membeku mendengar suara Mara .

Kemudian perlahan lahan Liona menurunkan tangannya melihat kearah Mara , dan ternyata benar itu adalah suara Mara . Pria itu sedang melepaskan selang oksigen yang ada dimulutnya dan berusaha untuk duduk .

Dengan cepat Liona menghampiri Mara dan memeluknya . Wanita itu benar benar shock saat melihat Mara sadar .

"Mas Mara . . .hiks hikss . ." Wanita itu menangis lebih keras dari sebelumnya ."Kamu membuatku takut kehilanganmu ."

"Shhh . . . Sudah jangan menangis , maaf membuatmu takut dan cemas ." Ucap pria itu membalas pelukan Liona .

"Kamu tidak lupa denganku ." Liona mendongak menatap kearah wajah Mara .

"Aku tidak mungkin melupakan orang yang aku cintai ."

Liona tersenyum lega . "Aku mencintaimu ."

"Apa ? " Tanya pria itu memastikan ketidakpercayaannya .

"Aku mencintaimu ."

"Aku juga Mencintaimu Liona ." Balas Mara mendekap Liona begitu erat .

*****

Beberapa saat kemudian ibunda Mara datang bersama putrinya Dinda . Dinda berlari dengan cepat memeluk ayahnya .

"Ayah Dinda kangen . Dinda takut kehilangan ayah , Dinda janji kalau ayah sembuh Dinda nggak akan jadi anak nakal bakal nurut sama ayah dan Omma ."

"Benarkah ." Tanya Mara .

Dinda menggangguk "Iya . Ayah harus janji nggak boleh sakit lagi ." Mara lalu mengaitkan jari kelingkingnya ke jari kelingking Dinda berjanji pada putri kecilnya .

Setelah itu Mara memeluk ibunya . "Aku baik baik saja mah ." Katanya menjawab raut kecemasan ibunya.

Ibu Hayuk memukul bahu anaknya . "Kamu membuat mamah khawatir , siapa yang bakal jagain dinda kalau kamu nggak ada ." Omel ibunya .

"Iya iya Mara ngaku salah ."Mara tersenyum , "Tapi sekarangkan Mara baik baik saja ."

"Tapi kamu membuat kita semua repot , Liona yang paling repot , karena harus bolak balik jagin kamu dan Axelle kasihan dia ."

Mara tersenyum melihat kearah Liona yang sedang mengupas buah apel untuknya .

"Pernikahan kalian bagaimana ?." Tanya ibu Hayu .

Mereka berdua diam dan saling menatap .

"Yaudah tante keluar , kalian bicarakan saja dulu . Ayo Dinda kita cari makan , Dinda belum makankan ." Ajaknya pada Dinda.

"Aku masih belum bisa ." Kata Lion memulai pembicaraan mereka .

"Aku tahu , nggak perlu dipaksakan , aku bakal nunggu sampai kamu siap ."

"Bukan ! Maksutku , kita undur saja pernikahannya . Dua minggu lagi sidang perceraianku . Dia sudah setuju untuk bercerai ."

"Apa kamu yakin ingin bercerai ."

Liona lalu mencubit Mara . "Hih yakinlah , orang cintanya sama kamu ."

"Bukan gitu , diantara kaliankan ada Axelle ."

"Awalnya aku juga berfikir seperti itu , tapi pernikahanku dengannya memang sudah seharusnya berakhir . Kalau soal Axelle , dia janji hak asuh Axelle akan berada di tanganku , asalkan aku tidak melarangnya menemui Axelle ."

"Ok kalau itu keputusannmu , aku akan menunggu sampai kamu resmi bercerai ."

"Makasih mas ."

Ya tuhan semoga pilihanku kali ini tepat , dan aku tidak salah mencintai orang lagi .

*****

Dua Minggu Kemudian .

Liona keluar dari mobil berwarna putih milik Mara . Sidang perceraiannya kali ini Liona didampingi Mara dan tante Hayu serta anaknya Axelle yang ada di gendongan tante Hayu .

Disisi lain Dande keluar dari mobil hitamnya dengan setelan jas hitam dan celana hitam didampingi oleh kedua orang tuanya .

Mata hitam pria itu tak mampu menatap Liona , pertemuannya kali ini tak mampu membuatnya berkata kata . Dia ingin sekali sekedar menyapa wanita itu , menanyakan kabarnya . Namun lidahnya seakan kelu tak bisa lagi terhindarkan .

Aku berharap kamu dapat berubah pikiran walaupun sebenarnya itu hal yang mustahil , tapi aku tetap saja menantikan itu keluar dari mulutmu . Batin Dande .

Meskipun Liona merasa semua sudah baik baik saja tetapi tetap aja ada rasa yang sulit untuk Liona kuasai saat berpapasan dengan orang tua Dande .

Setelah hampir tiga jam akhirnya sidang perceraian mereka selesai , kini Dande telah resmi bercerai dengan Liona . Pria itu keluar dari ruang persidangan dengan tubuh gontai .

Kuakui bahwa aku adalah orang cukup keras kepala untuk memerjuangkan segalanya.

Pada akhirnya kusadari bahwa akulah yang harus menanggung luka atas harapan besar yang kurajut sendiri. Semua cara yang kuusahakan berakhir dengan kenihilan

Mungkin Tuhan memang menghadirkanmu untuk menjadi cerita yang berakhir dengan cara yang tidak bisa kuduga.

“Kamu adalah cerita terindah yang pernah aku temui, walaupun cuma sekali aku memilikimu .”

Pria itu meneteskan airmatanya . Entah mengapa berpisah dengan Liona membuat hatinya begitu sakit .

"Sudah nak . Mari kita pulang ." Ucap bu Diatmaja merangkul Dande .

Dande menyeka airmtanya dan mengangguk menyetujui ajakan ibunya .

Jangan lupa vote and comment .🙏🙏🙏

DANDELION (Aku bukan Orang Ketiga)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang