Awalan atau Prolog?

1K 51 29
                                    

INI KARYA PERTAMA CUMA BUKAN KARYA PERDANA YANG AKU PUBLISH, JADI TOLONG MAKLUM KALO ADA TYPO DAN ALUR CERITA YANG GA NYAMBUNG, SORRY🙏

Hepi Diring!!

Sebuah ambulance melaju dengan kencangnya, membelah padatnya kota disiang hari. Terlihat seorang gadis cantik—sekitar umur 19 tahun, berderai air mata, di samping satu-satunya brankar yang ada di dalam sana.

"Pah ... bertahan buat Aretta."

🏥

"Eh, Kak! Kak! Bayar administrasi-nya dulu, baru boleh masuk." Tagih sang suster sesaat setelah brankar milik Ayah sang gadis didorong masuk kedalam ruang UGD.

"Aduh Mba, saya ga ada bawa uang. Nanti deh saya bayar, saya janji. Tapi sekarang say—"

"Ga ada, ga ada. Dikira ini pukesmas apa? Bayar Mba!"

"Tunggu sebentar deh Mba, orang yang tanggung ja—"

"Jangan alesan mulu Mba! Bayar!" Aretta mendesis pelan, menatap si suster dengan tatapan tajammya. "Liatinnya ga usah gitu Mba, saya ga bakal terpengaruh." Cetus sang suster santai, mendengar itu Aretta menghembuskan nafas kasar.

"Saya nunggu orang dulu Mba, nanti kalo udah ada orangnya, saya tarik ke Mba." Selepas itu pergi dari hadapan sang suster.

Aretta berjalan keluar RS dengan fikiran yang berkecambuk.

Gimana keadaan sang Papah?

Apa beliau baik-baik saja?

Lalu, bagaimana caranya bayar biaya Rumah Sakit ini?

Dan masih banyak lagi. Kalau saja kejadian tadi tidak terjadi, pasti dirinya dan sang Papah sedang makan siang di warteg langganannya dengan tenang saat ini.

Menghembuskan nafas lelah, mata cantik gadis itu mengedar kepenjuru luar RS. Kemana perginya orang itu? Jangan bilang, dia lari dari tanggung jawab?!! Bisa mati Aretta dituntut pihak Rumah Sakit jika saja hal itu benar terjadi.

Memikirkan itu, membuat kepala Artta berputar kencang. Ia berjalan menepi dan bersandar pada tiang yang ada di sana. Sambil memeukul-mukul pelan kepalanya, Aretta tetap memasang mata kedepan. Siapa tau, si pelaku memiliki pemikiran lain selain yang ia pikirkan tadi.

🚦

"Ck, bego banget sih lo Dav!" Makinya sendiri. Tangannya sedari tadi tak berhenti memukul stir dengan kencang.

Mobil hitam miliknya berbelok masuk ke dalam salah satu Rumah Sakit. Dia memarkirkan mobilnya dan langsung berlari keluar, menuju pintu utama Rumah Sakit tersebut.

"Pak ... Pak ... tadi ada korban kecelakaan ga?"

"Oh, ada Mas. Baru sekitar 10 menit yang lalu masuk."

"Laki-laki kan, Pak?"

"Iya, sama anak gadisnya."

"Makasih Pak." Setelahnya, ia memasuki bangunan besar berbau obat-obatan tersebut.

"Woy!" Teriak seseorang dari arah belakangnya. Tanpa menghiraukan sama sekali, ia tetap berjalan masuk. "Woy, Cowo!!"

Cowo banyak bego! Umpatnya tanpa sadar, dalam hati.

"Lo budek apa buta si?!" Bersamaan dengan itu, tangannya ditarik paksa menghadap kebelakang.

"Lah? Bok—"

"Di ruang UGD." Potongnya cepat.

"Kok, lo di—"

"Gue suruh bayar dulu tadi. Nah, gue ga ada bawa duit. Gue nungguin lo, tapi lama banget." Selanya lagi, menjawab apa yang belum sempat ditanya.

"Sama sekali?" Aretta memutar bola matanya malas.

"Kalo lo lupa, gerobak gue masih bertengker manis di TKP." Mendengar itu, Dava meringis tak enak.

"Ya udah, ayo bayar dulu."

Nah lo!! Bikin cerita mulu ya Aku ya? Emang dasar Aku:(

Jan lupa tinggalin jejak yaa!!!

GIVE ME SOME★

makasih:)

Suddenly MarriedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang