Ingin Sendiri

100 4 0
                                    

GUA GA TAU APA YANG GUA TULIS DISINII!! GUA LUPAAAAAA

📌TANDAI TYPO
📌HAMPURA KALO GA NYAMBUNG DAN NDA JELAS

Hepi Diringg

Sekitar 10 menit kemudian, tangis Aretta mereda. Gadis itu kini sudah tak lagi terisak hebat seperti tadi.

"Lepas," lirihnya serak. Kedua tangannya berusaha mendorong dada bidang Dava agar menjauh.

Dava menurut. Segera ia melepaskan kedua tangan nakalnya yang sedari tadi bertengker manis dikedua pinggang Aretta, kemudian mengalih fungsikannya untuk menghapus sisa air mata dikedua pipi gadis itu.

"Maaf," katanya lagi. Kali ini Aretta tak hanya diam saja, tersenyum tipis lalu mengangguk pelan.

"Lo pulang aja,"

Dava menaikkan sebelah alisnya. "Pulang?" Beo pemuda itu.

"Iya, gue mau sendiri."

Dava tak bergeming, kini menatap Aretta dalam. Merasa tau arti tatapan itu, Aretta kemudian menggeleng tegas. Seolah menjawab pertanyaan yang belum terlontar.

"Engga Dav," mendengar itu, Dava menghembuskan nafasnya berat. Tangan besarnya jatuh di puncuk kepala gadis itu.

"Iya, gue balik. Lo hati-hati, kalo ada apa-apa kabarin gue." Titahnya tegas, tangannya bergerak mengacak pelan surai hitam milik Aretta.

"Hng,"

"Sekali lagi, gue minta maaf."

"Hm,"

Dava tersenyum melihat tarikan kecil dikedua sisi bibir Aretta, tanganya menjauh dari atas kepala Aretta kemudian mengarahkan punggung tangan tersebut kehadapan gadis yang kini tengah menatapnya bingung.

"Salim, hormat sama suami." Mendengar itu, tanpa disuruh, Aretta memutar bola matanya malas. Tak urung ia melakukan apa yang Dava minta.

Cup

"Gue pamit, assalamualaikum." Setelahnya Dava pergi, meninggalkan gadis yang saat ini tengah mengerjapkan kedua matanya lucu.  

"Waalaikumsalam," jawab Aretta lirih. "Tadi, dia nyium kening gue?"

——Suddely Married——

Saat ini, jam menunjukkan pukul 2 siang. Gadis dengan hoodie hitam serta celana levis hitam itu sudah bersiap untuk pergi. Niatnya adalah, medatangi seseorang yang telah menjadi penguatnya. Juga, mencari lowongan pekerjaan untuknya.

Aretta melangkahkan kaki jejangnya keluar rumah. Kondisinya kini sudah lebih baik, sembab di matanya sudah menghilang berkat bantuan timun. Hidungnya yang memerah juga sudah tak lagi ketara. Yang masih dalam kondisi tidak baik itu ialah, hatinya.

Aretta berdiri di depan pagar rumah, sesekali menengok kekanan dan kiri--mencari seseorang.

Sebuah motor matic berhenti di hadapannya, "dengan neng Aretta?"

"Iya, Pak." Segera ia menaiki jok belakang dan tak lupa meggunakan helm hijau yag tadi disodorkan oleh si Bapak ojol.

"Sesuai aplikasi ya neng?"

"Iya," setelahnya hening. Tak ada percakapan yang biasanya sering tercipta anatara dirinya dan abang ojol. Kini, gadis cantik itu haya diam. Tak bergairah untuk berbicara atau menanggapi pembicaraan.

Dua puluh menit kemudian, Aretta sampai ketempat yang ia tuju. Dengan bunga dan air mawar yang ada di genggamannya kini, gadis itu melangkah masuk kearea pemakanan.

Suddenly MarriedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang