Kehilangan

344 35 4
                                    

FEEL-NYA GA DAPET!!!

Hepi Diringg!

Adrian meneteskan air matanya, haru. Menyaksikan sendiri, bagaimana putri kecilnya memijakkan kaki ditempatnya yang baru. Melepaskan putrinya pada laki-laki lain.

"Trimakasih," lirih Adrian. Aretta tersenyum, lantas memeluk sang Papah dengan erat.

"Retta sayang Papah. Janji sama Retta, selepas ini, Papah harus sembuh dan sama-sama sama Retta lagi." Bisik Aretta tepat di kuping Adrian.

Mendengar itu, Adrian hanya mampu menganggukan kepalanya lemah. Entahlah, rasanya sudah cukup lega melihat sudah ada orang yang akan menjaga putri kecilnya sesaat setelah ia tidak ada.

"Jaga diri kamu baik-baik. Papah akan slalu bersama kamu, i love you ..."

"I love you too, Pah."

Semua yang menyaksikan kejadian itu turut tersentuh. Melihat betapa besar kasih sayang dari masing-masing orang yang masih saling berpelukan.

Dava pun sama. Sepertinya, menikahi gadis galak itu bukan suatu ancaman. Setidaknya, ia tak harus merasa diliputi rasa salah terus menerus karena sudah menabrak Adrian.

"Dok, itu Pak Adrian bobo, ya?" Tanya Dava yang melihat Adrian menutup mata dengan tenang.

Sontak Dokter yang tadi ditanya mendongak, menatap pada satu titik. Dengan cepat ia menghapus bulir air mata yang tadi turun dan mendekat ke brankar.

"Mohon keluar sebentar, pasien ingin saya periksa terlebih dahulu." Aretta mendongak dengan mata sembabnya.

"Papah saya kenapa?" Tanyanya serak.

Dokter itu tersenyum lembut, "Gapapa, saya hanya ingin memeriksa saja."

"Saya di sini aja, boleh?"

"Tidak diperkenankan, mohon tunggu di luar dulu ya. Sebentar saja." Melihat kekeras kepalaan Aretta, Dava menghampiri keduanya. Memegang kedua bahu Aretta lembut sambil sesekali mengelusnya pelan.

"Keluar dulu yu Ta, nanti kita masuk lagi. Jeguk Papah lo," ajaknya. Aretta menurut. Mungkin benar, Dokter itu hanya ingin memeriksa keadaan sang Papah. Dan setelah keluar, ada kabar baik yang ia bawa.

🏥

"Lo udah makan?" Aretta menggeleng. "Ck, trus tadi keluar ngapain? Pacaran?" Sindir Dava.

"Cuma ngobrol."

"Sama cowo? Berduan di atas roofop, lo bilang cuma ngobrol?" Aretta melirik kesamping, tempat dimana Dava duduk dengan melipat kedua tangannya di depan dada.

"Emang cuma ngobrol, salah?"

"Ya salah lah! Harusnya tuh, lo cari makan. Pasti belom makan dari siang. Bukan malah pacaran nyari setan." Opininya.

"Kalo lo ga tau, ga usah sok tau!" Dava menaikkan kedua bahunya acuh.

Klek

"Gimana Dok keadaan Papah saya? Baikkan?" Dokter menggeleng lemah.

"Lebih baik anda masuk. Tapi tolong, jangan ribut." Pintanya, kemudian kembali masuk kedalam.

Dengan perasaan yang campur aduk, Aretta masuk kedalam ruang rawat Adrian. Keadaannya masih sama. Satu brankar dan satu-satunya makhluk yang ia cintai dan sayangi berbaring di atasnya. Yang menjadi perbedaan adalah, selimut yang tadinya hanya menutupi bagian pinggang hingga bawah, kini menutupi keseluruhan tubuh sang Papah.

"Pah ..." panggil Aretta.

Dava masuk dan langsung berdiri tepat di samping Dokter. Melalui isyarat mata, mereka berbicara. Dokter itu menggeleng lemah. Dava tau arti gelengan itu. Gelengan yang mengartikan, akan ada banyak air mata setelah ini. Tapi, tidak mungkin.

"Papah ..."

"Dav, bokap gue kenapa Dav?!" Dicecar seperti itu membuat Dava sedikit tersentak. Ia kemudia berjalan kearah Aretta dan merangkul pundaknya dari belakang.

"Inget, jangan ribut." Katanya lembut, tepat di kuping Aretta sebelah kanan.

"Papah kenapa, Dav?" Tanyanya, kini terdengar lirih dan menyayat.

"Papah lo ga papa, mungkin cape."

"Tapi detak jantungnya ga ada Dava!!"

"Sssttt, mungkin Bokap lo cape sama sakit yang terus menggerogoti organ tubuhnya."

"Dan, ninggalin gue sendiri?!"

"Hey, yo're not alone. I'm here." Suaranya mengalun lembut ditelinga Aretta.

"Paaahh!!!" Teriaknya histeris. Ya, Adrian telah meninggal beberapa menit yang lalu. Dava sudah bilang'kan. Arti gelengan itu tidaklah bagus.

"Papah jangan tinggalin Aretta!! Aretta mau sama Papah!!" Tangisnya pecah, suaranya bergetar hebat. Entah bagaimana, mendengar itu semua membuat hati Dava berdenyut sakit.

"Ssstt, don't worry. I'm here, everything is gonna be alright."

"Aretta ga mau kehilangan lagi Pah! Cukup Mamah yang ninggalin Aretta, Aretta ga mau ditinggal Papah!!"

"Retta, calm down."

"Retta mau Papah, Retta ga mau sendiri."

"Lo ga sendiri, ada gue."

"Papah ..." suara Artta melemah. Sedetik kemudian badannya limbung dan ambruk di atas dada Adrian.

🏥

Aretta mengerjapkan matanya perlahan, menyesuaikan cahaya silau yang merambat masuk diretinanya.

Kepalanya pening, seperti ada batu besar yang menghantamnya. Hingga kejadian demi kejadian terakit menjadi satu. Seakan pasangan puzzel yang berhamburan. Tadi itu, mimpi 'kan?

"Papah ..."

Dava masuk dan mendapati Aretta yang kembali meneteskan air matanya.

"Udah sadar, hm?" Aretta menengok ke samping. Mendapati Dava yang kini tersenyum manis kearahnya, jangan lupakan tangan pria itu mengelus lembut kepalanya.

"Mana Papah?" Todong Aretta cepat. Menatap iris mata coklat terang di hadapannya dengan penuh harap. "Mana Papah?" Todongnya, lagi.

Senyum itu masih ada. Tak sedikitpun luntur dari wajah tampan Dava. "Tapi janji, jangan histeris dan nangis kaya tadi." Ucapnya, menyodorkan jari kelingking kehadapan gadis itu.

"Mana Papah, Dav?" Tanyanya dengan suara yang mulai melemah. Sepertinya, harapan tentang mimpi buruk itu, salah.

"Om Adrian udah ga ada. Sssstt, jangan nangis." Dengan cepat Dava menghapus jejak air mata yang kembali menetes. "Lo makan dulu, abis itu baru kita urus jenazahnya, ya?" Pintanya. Aretta tak menolak ataupun meng-iyaka. Dia hanya diam, memikirkan semua yang terjadi dengan cepatnya.

Pah, Retta mau ikut Papah ... Retta gamau sendirian disini Pah. Bilang sama Retta kalo ini cuma mimpi buruk karena Retta lupa baca doa'kan? Retta masih punya Papah'kan? Retta ga mau sendiri, Pah ...

Kan aku bilang, ga dapet fell-nya") Bodo amat lah! Toh aku udah berusaha kan!!!

Apresiasi usahaku yu, dengan cara pencet ☆ disebelah pojok kiri dan kolom komentar disebelah pojok kanan.

Suddenly MarriedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang