Cuma mau ucapin makasih buat para readers yang slalu nunggu dan dukung aku dengan VOTE n KOMEN-nya, terhura sangad /hiks/
Maaf ya kalo belum bisa kasih yang terbaik dan masih suka lama buat UP soalnya lagi males banget buat ngetik. Hehe👉👈
Pokoknya part ini didedikasikan untuk kalian, para readers kasat mata maupun tak kasat mata yang sudah mampu menembus 3K readers dalam kurun waktu bbrp bulan aja.
Haredang🌞
eh, Hampura maksutnya🙏
Dahlah, sung ae ...
Hepi Ridingg
Dava terbangun dari tidur nyenyaknya. Pemuda itu bangkit lalu merenggangkan semua ototnya. Dilihatnya bagian kasur sebelah kiri, senyum tipis terbit di bibir pemuda itu.
Dengan gerak perlahan, ia turun dari tempat tidur dan berjalan kekamar mandi sambil memunguti pakaian mereka yang tergeletak dilantai.
Dua puluh menit kemudian, Dava selesai. Masih dengan handuk yang bertengker manis dilehernya, Dava berjalan mendekati tempat tidur.
Disana, gadisnya masih terlelap. Wajah polosnya membuat Dava gemas bukan main.
"Hey, bangun. Udah pagi," pemuda itu menyentuh pipi gadisnya dengan lembut. Dingin dari permukaan tangan Dava, membuat mata gadis itu mengerjap.
"Moring," sapanya dengan suara serak dan senyum tipis.
"Moring too, ayo bangun. Ini udah pagi,"
"Eum, lima menit." Tangan gadis itu terangkat keudara dengan kelima jemari lentiknya yang teracung.
"No, bangun sekarang abis itu mandi. Kamu belum sarapan!" Katanya tegas. Dengan malas, gadis itu bangkit dari tidurnya. Kedua tangannya mehan selimut tebal yang menutupi tubuh polosnya.
"Males Dava ..." rengeknya manja. Dava tersenyum geli.
"Ga usah ditutup, aku udah kiat semunya, Sil." Ucap Dava berusaha menarik selimut itu. Dengan sekuat tenaga Sisil mempertahankan posisi selimutnya.
"No! Aku marah nih sama kamu?"
"Oke-oke, sekarang mandi, ya?"
"Heum,"
"Aku mau buat sarapan dulu." Dava meninggalkan kecupan lembut dikening gadisnya, lalu pergi keluar kamar menuju dapur.
--
Sebuah mobil hitam memasuki pekaragan rumah yang berdominasi berwarna abu-abu tua tersebut.
Sang penumpang turun dengan siulan riang yang keluar dari bibirmya. Sebelah tangannya memutar kunci mobil dan sebelahnya lagi, ia masukkan kedalam kantung celana bahan miliknya.
Pemuda itu langsung masuk, tanpa ketukan pintu atau memencet bel.
"Dava homee!!" Teriaknya menggelegar. Kaki jejangnya berjalan, menuju dapur untuk mencari Mamah tercintanya.
Kosong
Dava melangkahkan kakinya kembali keruang keluarga. Tepat, Mamah dan Papahnya ada disana. Dengan posisi yang, err ... bikin iri.
"Mah, Pah, kalo mau romantis-romantisan tau tempat dong. Bikin Dava mupeng aja," Dava memutar bola matanya malas. Selalu saja ia disuguhkan hal macam ini, kan jadi ngiler.
Sontak, kedua orang dewasa itu menoleh kearahnya. Namun sedetik kemudain keduanya kembali menghadap TV yang yang menyala.
Dava menganga tak percaya. Ini, dia dikacangin gitu ceritanya? Kok sakit ya?
Dava langsung mengambil langkah menuju kekedua orang tuanya tersebut. Ia menempatkan diri disalah satu sofa yang ada disana, lalu menatap sengit kearah orangtuanya.
"Terus aja Pah, Mah. Lanjotiiiin, Dava mah cuma patung doang," sindirnya lantang.
"Kamu ini, pulang-pulang ganggu aja!" Ketus sang Ayah mentap nyalang putra sematawayangnya.
"Ya allah Pah, salah apa aku sampe dinistai gini sama Papah?" Tanya Dava mendramatisir. Melihat itu, Andra memutar bola matanya malas.
Dalam hati, ia bertanya-tanya. Darimana gen alay kepunyaan Dava? Perasaan mereka berdua tak mewarisi gen itu. Jangan-jangan Dava memang bukan akan kandungnya?
"Kamu punya istri, manja-manjaan lah sana sama istri. Demen banget ganggu orang tua!" Selorohnya kesal.
Dava terdiam. Sebentar, istri? Ah, iya. Aretta! Kemana istri galaknya itu? Dari tadi ia masuk, tak melihat batang hidungnya.
"Btw ni Pah, Papah kapan balik kesini?"
"Kemaren malem," Dava ber-oh ria menanggapi itu. "Darimana kamu, pagi gini baru pulang. Terus, mana istri kamu?" Lanjut Andra. Tatapan mata Ayah satu anak itu jatuh sepenuhnya kepada Dava.
"Lha, bukannya Aretta udah pulang duluan?" Herannya. Seharusnya memang seperti itu, karena memang kemarin malam ia bermalam di hotel tempat acara bersama Sisil. Jadi, otomatis Aretta sudah pulang lebih dulu dari kemarin malam.
"Pulang ndas mu, mana ada. Papah kira kalian memang nginap disana, jadi ga Papah cariin."
"Enggak Pah! Enak aja," elak Dava sengit. Dia memang menginap, tapi bukan dengan si galak itu.
"Lho, beneran juga gapapa, toh udah sah ini. Terus, mana sekarang Arettanya? Kok kamu tadi bilang Aretta udah pulang duluan?"
Mampus lo! Jerit batinnya. Otak cerdik pemuda itu berkelana, mencari alasan yang tepat untuk menjawab pertanyaan sang kepala rumah tangga.
"Em, itu. Oh iya! Aretta tadi izin pergi sama temennya mau sarapan, nah Dava kira udah pulang, eh ternyata belom." Bohongnya, ada sedikit, hanya sedikit rasa sesal karena telah membohongi sang Ayah.
"Telfon dia, suruh cepet pulang. Bilang kalo mau ngayab itu kerja dulu!" Sambar Naya dengan nada tak sukanya.
"Iya Mah, Dava keatas dulu ya? Bye." Setelahnya, ia pergi meninggalkan sepasang suami istri itu.
Sesaat setelah sampai di kamar, Dava langsung mencari handphone miliknya dan menemukan dua chat serta satu misscalled dari Aretta. Dirasa sudah tak ada gunayanya, Dava langsung saja mendial nomor Aretta.
Tidak aktif
Dalam hati, tak ada henti umpatan kasar ia lontarkan pada gadis bodoh itu. Mengapa dia bodoh sekali?! Kalo gini caranya, nanti Papahnya bakal tau dengan siapa ia pergi dan menginap! Ah, bodoh!
Siapa yg kesel sama Dava? Ayooo, acung pisooooooo!!!! Kita tusuk Dava sama-sama!!
Haha, aku juga kok salah satu dari kalian. Padahal aku yang tulis ceritanya, hehe
Oke, selesai baca jangan lupa teken tombol Vote and Comment yaaa?? Biar akunya semangat buat apdet terus. Nanti aku ganti deh, ga seminggu sekali. Tapi seminggu dua kali. Oke ga? Klo oke, komen di bawah.
See you!
![](https://img.wattpad.com/cover/204370534-288-k165496.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Suddenly Married
Acak[Apdet Suka-Suka Hati!!] "Ini hanya sebuah pernikahan, dan gue akan membuat ini menjadi sebuah permainan yang menyenangkan." **** Nikah mendadak? Whaaaat!!! Inilah yang dialami oleh anak-cucu Adam dan Hawa...