Menunggu

147 11 31
                                    

📌TANDAI TYPO

Hepi Diringg

Aretta kembali ketempat duduknya, mungkin memang seharusnya ia tak meninggalkan tempat itu dari awal.

Kilas balik kejadian tadi, terulang diotak cantiknya. Menggelengkan kepala, Aretta mengalihkan topik kemakanan enak yang masih belum ia coba. Biarlah ia menunggu lama, toh dirinya sudah tau alasan dari aksi menunggunya itu.

🐊


Dava kembali ketempat duduknya dengan perasaan bahagia yang membuncah. Senyum lebar terpatri di bibirnya, menandakan bahwa dirinya sedang hanyut dalam kebahagiaan.

"Dari mane lo?" Kepo Rafa, di sebelah tangannya terdapat segelas air bening yang ia yakini adalah alkohol.

"Belakang," jawabnya lalu duduk ketempat semula.

"Waah, gue mencium bau-bau ga bener nih. Sisil kekamar mandi, nah elo juga baru dari sono. Jan bilang, lo sama Sisil abis ehem?" Todong Saga dengan mata memincing. Dava hanya terkekeh kecil sebagai respon.

"Bener nih! Pasti ada naon-naon."

"Ga adalah, ngaco lo pada." Elak Dava.

"Gausah sok ngelak, Pak. Ketauan kali dari wajah berseri lo itu." Cibir Gio demgan tampang malas.

"Jadi bener?" Tanya Saga.

"Apanya?" Dengan tampang sok polos miliknya, Dava mendapati lemparan berupa makanan kewajah tampannya. Miris.

"Anjing, sok polos!" Ketiganya tertawa memdengar penuturan Gio.

Baru Dava ingin membukan suara, kehadiran Sisil sudah membungkamkan niatnya.

Sisil tersenyum kearah mereka berempat, terlihat bibir bawahnya sedikit bengkak. Mungkin karena hisapan panjang yang tadi ia beriakan. Juga rambut indahnya kini tergerai, menutupi sesuatu yang ada ditengkuknya. Dava tersenyum puas.

"Uwaw, dari mana lo Sil? Lama amat," celetuk Saga lebih dulu.

"Kamar mandi," balasnya langsung mendudukan bokong tepat di samping Dava.

"Kamar mandi apa kamar hotel??" Ledek Gio dengan suara yang sangat menjengkelkan.

"Main gila ya lo?"

"Enak aja, suudzon mulu ama gue, heran." Sisil memutar bola matanya malas.

"Bukan suudzon Sil, tapi penampila lo itu udah menjelaskan kalo lo, ga abis dari kamar mandi."

"Emang lakuinnya di kamar mandi kok," Kata Dava santai. Mendengar itu, sontak Sisil mencubit pinggangnya kencang. "Sakit yang,"

"Waduuh, ini hotel kali Dav, masa cuma mau nganu aja di kamar mandi? Ga modal lo!" Cibir Saga.

"Yang penting gol," Dava menaikkan sebelah alisnya.

"Anjing! Bangsat bat dah lu!"

"I'ts me," balasnya acuh.

🕤

Sudah terhitung dua jam ia menunggu, setelah ia pergi ketoilet. Tapi sampai saat ini Dava, belum juga kembali. Masa iya belum selesai? Kan cuma ciuman, bukan booking kamar. Oh, atau memang Dava melakukan hal itu? Tapi, setidaknya kasih tau Aretta 'lah.

Sekitar setengah jam kemudian, Aretta mengirim Dava pesan. Menanyakan keberadaannya. Ia men-dial ponsel Dava sekali.

Tidak aktif.

Kalo gini caranya, gimana dia bisa pulang? Tau gitu, tadi, abis liat adegan itu, Aretta langsung saja pulang. Berhubung Dava itu suaminya, jadi ia menurut saja untuk menunggunya. Toh melawan suami adalah dosa bukan?

Terlihat, sudah banyak tamu yang meninggalkan tempat acara. Jam pun sudah meunjukkan pukul 11.45 malam, beberapa orang pekerja sudah mulai membereskan bekas acara. Tapi sampai saat ini, batang hidung seorang Ardava Satya Wijaya belum juga terlihat. Kemana sebenarnya orang itu?!

Lelah menunggu, Aretta akhirnya memutuskan untuk mencarinya. Toh, saat ini sudah tidak ramai, jadi bisa dengan mudah ia menemukan Dava. Begitu pemikiran cepat yang ia punya.

Ia sudah mendatangi kamar mandi, mengitari ruang dansa dan meja-meja yang masih terdapat beberapa orang, tapi ia tak menemukan Dava. Apa dirinya ditinggalkan oleh Dava? Jika iya, sangat keterlaluan!

Habis sudah kesabaran yang ia punya. Jalan satu-satunya hanyalah, pulang sendiri. Tanpa Dava, tentunya.

Tapi, apa masih ada kendaraan jam segini. Mengingat ini sudah lewat dari kata larut. Dan, apakah di luar cukup aman untuk dirinya yang seorang perempuan?

Aretta sampai di lobby, parkiran. Matanya mengedar mencari sesuatu. Gotcha! Dapat. Berarti Dava masih disini 'kan? Mobil milik pemuda itu masih bertengker manis di parkiran.

"Astajim!" Kagetnya saat ada seseorang yang menepuk pelan pundaknya. Dengan cepat, ia menoleh dan mendapati seorang pria berdiri tepat di belakangnya dengan seuntai senyum.

"Nungguin siapa?" Tanyanya.

"Orang,"

"Kok disini sendirian, suami lo mana?"

"Mabur," jawab Aretta asal.

"Mau bareng ga? Mumpung gue lagi bae nih," tawar Aldi sambil memutar kunci mobil disebelah tangannya.

Aretta meliriknya sebentar, kemudian berpikir. Sempat ada perang batin sebentar, namun sedetik kemudian, ia menganggukan kepalanya setuju.

"Anterin gue sampe depan rumah, jangan gue diturunin tengah jalan." Jari letik gadis itu diarahkan tepat di depan wajah Aldi. Cowok itu terkekeh pelan.

"Iya, sans aja. Gue ga sebejat itu kali, ninggalin cewek cantik kayak lo dipinggir jalan."

"Gembel,"

"Ayo, mobil gue ga disini." Ajakanya seraya melangkahkan kaki lebih dulu, diikuti Aretta di belakangnya.

Bodo amat, ga bisa bikin masalah akutu! Bingung mau rangkai katanya begimaneeeeeee!!!!

Tapi tetep loh, vote and komennya berjalan! Ga tau mau pokoknya! Oks? Oks lah

Suddenly MarriedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang