Ultimatum sang Ratu

447 25 15
                                    

Hepi Diringg

Aretta POV

"KALIAN NGAPAIN, HAH?!"

Ops, sepertinya bakal ada perang dadakan setelah ini.

—Suddenly Married—

Dengan segera, gue dan Dava menjauh. Setelahnya, gue meringis dengan pipi merah padam, mengingat kejadian satu menit yang lalu—Huft ... Kayaknya, nenggelemin diri kedasar sungai amazon untuk saat ini lebih meyenangkan.

"Ngapain kalian tadi?!" Tanya suara yang sama, lagi.

"Ck, Mamah ganggu aja!" Gue melongo gitu aja.

"Kenapa?! Ga suka kamu?!"

"Mah, c'mon! Dava tuh mau bikin Dava junior buat Mamah sama Papah." Refleks, gue nyubit pinggangnya keras, gue ngeliat dia meringis pelan.

"Keruang keluarga, SE.KA.RA.NG!" Setelahnya, pergi meninggalkan kita berdua di dalam kamar. "Inget! Jangan dilanjut yang tadi!" Lantas pergi lagi.


"Padahal udah mau gol tuh," Gumaman dengan nada kecewa itu terdengar ketelinga gue.

"Lo kata gawang, gol! Pea!" Gue pergi, ninggalin Dava sendirian di kamarnya.

"Pamali ninggalin suami sendirian." Ga tau make jurus apa, tiba-tiba dia udah ada di samping gue. Suaranya mengalun, tepat di telinga sebelah kanan gue.

"Pamali mulu, bosen. Ganti dong, jadi Bumali." Sahut gue, berusaha bersikap biasa saja, seakan tak terjadi apa-apa sebelum ini.

"Ha ha, lucu lo! Kek setan dibedakin."

"Sa ae masnya."

"Bisa lah, apa sih yang ga bisa buat istri tercintah? Bikin lo mendesah di bawah gue aja, gue bisa."

"Gue potong anu lo duluan!" Ancam gue galak, memposisikan tangan seperti gunting.

"Jangan dong. Belom sempet nanem saham sama sekali, masa udah dipotong aja. Gimana dengan impian gue yang mau punya anak 10?"

"Lo kira cewe itu kucing, sekali brojol langsung keluar empat sekaligus!"

"Kalo kucing yang ga punya akal kek manusia aja bisa, kenapa manusia yang dikasih akal malah ga bisa."

"Sok ngomongin akal, kek punya aja." Cibir gue.

"Punyalah!"

"Akal punya, otaknya yang ga punya."

"Ada. Sotoy lo!"

"Ada, cuman pindah. Jadi di pantat, maknnya hilang fungsi."

"Heleh, punya otak di matakaki aja bangga." Gue mendelik garang mendengar penuturannya.

"Hadeh, bisa gila gue karena jadi istri lo."

"Sesama gila, ga boleh saling menghina. Dosa. Apalagi ngehina suami."

"Kapan gue ngehina lo, malih?!"

"Eh, engga ya?" Dia garuk tengkuknya dengan senyum bodoh tersungging di bibirnya.

"Bego dipiara, anak dipiara biar bisa masuk surga!"

"Lah, sejak kapan miara anak bisa masuk surga?"

Suddenly MarriedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang