CHAPTER ONE

75.9K 2K 65
                                    

Ku buka mataku saat suara alarm ponselku meraung-raung di atas meja. Tanpa perlu melihat jam, aku tahu pasti saat ini memang sudah waktunya aku bangun. Tepat pukul 5 pagi, aku menyetel alarm itu.

Aku menghela napas panjang, sebelum aku benar-benar mencoba bangun dari berbaringku. Gerakanku terhenti karena sebuah tangan yang tengah melingkar posesif di pinggangku. Ku lirik sekilas pemilik tangan itu yang masih tertidur nyenyak di sampingku.

Tersenyum kecil dikala menatap wajah polos teman tidurku ini yang tidak lain merupakan suamiku sendiri. Raefal Syahreza namanya, tepat berusia 36 tahun di tahun ini. Usia yang sama sepertiku karena kami seumuran, hanya terpaut 5 bulan saja. Pria yang sudah ku nikahi 10 tahun lamanya. Pria yang seolah seumur hidupku selalu ada dia di sampingku.

Sebelum resmi menjadi suami-istri, kami menjalin hubungan selama 7 tahun lamanya. Pertama kali berpacaran, saat itu kami masih duduk di bangku SMA. Seulas senyum selalu tersungging di bibirku setiap kenangan manis itu terlintas di kepalaku.

Aku tak akan mengatakan suamiku ini pria yang sempurna, mungkin masih banyak pria lain yang jauh lebih sempurna darinya di luar sana. Tapi bagiku, pria ini memang sangat sempurna. Parasnya yang menurutku tampan, otak cerdasnya yang selalu berhasil membuatku berdecak kagum, kemandiriannya yang membuat keluargaku sekalipun selalu memujinya. Dia sosok orang yang begitu dibanggakan bukan hanya oleh keluarganya, tapi oleh keluargaku juga.

Namun dari semua hal istimewa yang dimilikinya, kebaikan hatinya serta perhatiannya padaku dan keluarga kecil kami adalah segalanya bagiku. Menjadi alasan yang membuatku bertahan bersamanya sampai detik ini dengan cinta tulusku yang hanya ku persembahkan untuknya.

Sesibuk apa pun dia di tempat kerjanya, tak pernah sekali pun dia mengabaikan kami. Itu dia yang membuatku sangat mencintai suamiku. Baginya keluarga adalah segalanya. Meski kini dia tengah bersinar dalam karir bisnisnya. Kesibukannya dalam bekerja tak pernah membuat dirinya mengabaikan keluarganya.

Aku tahu betul bagaimana dia saat masih bukan apa-apa, saat dia hanya seorang pemuda yang tengah menuntut ilmu setinggi-tingginya. Pemuda yang rela mengejar beasiswa demi kelangsungan pendidikannya karena dia bukan berasal dari keluarga berada.

Akulah saksi hidup bagaimana kerasnya perjuangan suamiku ini hingga dia meraih kesuksesan seperti sekarang. Dia yang awalnya hanya pekerja biasa di sebuah perusahaan Jepang yang bergerak di bidang elektronik. Hyoma Industries nama perusahaannya sekaligus merk produk elekronik mereka. Sudah 7 tahun suamiku bekerja di perusahaan itu, sekarang dia telah menjabat sebagai General Manager di salah satu cabang perusahaan yang terletak di kota Bandung. Terhitung sudah hampir tiga tahun kami menetap di Bandung ini, menempati rumah dinas yang disediakan perusahaan.

Aku memindahkan dengan perlahan tangan suamiku, khawatir pergerakanku akan membuatnya terbangun.

Setelah memastikan tidur suamiku tak terganggu, aku berjalan santai menuju kamar mandi, berniat untuk mandi.

Tak butuh waktu lama bagiku untuk mandi, hanya menghabiskan sepuluh menit saja.

Setelahnya aku bergegas menuju dapur, aku harus menyiapkan sarapan untuk kami bertiga hari ini. Sudahkah aku bercerita bahwa di rumah ini kami tinggal bertiga?

Aku, suamiku dan Raffa ... putra semata wayang kami yang kami dapatkan setelah 4 tahun pernikahan kami. Sungguh dia putra yang kami nanti-nantikan. Kini usianya menginjak 6 tahun, dan dia sudah bersekolah di taman kanak-kanak tak jauh dari kantor suamiku.

Setibanya di dapur, aku menyiapkan makanan sederhana. Roti bakar untukku dan suamiku, serta sereal untuk putra kesayanganku. Tak lupa ku buatkan juga teh manis hangat untuk suamiku dan susu coklat untuk Raffa.

GENIUS LIAR [SUDAH TERBIT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang