BAB 2▶ FUSSY GIRL

4.6K 357 5
                                    

Makhluk bernama perempuan itu memang sering kali menjengkelkan karena cerewet bukan main.

Selena Gomez : Lose you to love me.
▶◻◾◻◀

Suasana ruang tengah mendadak runyam, berkicuh tidak jelas ketika perempuan paruh baya dengan laki - laki paruh baya sedang beradu mulut—bertengkar. Entah dari mana asal muasal cerita yang di dapatkan kedua mendadak ribut.

"Bunda gak mau tahu! kalo keranjang belanja kesayangan bunda gak di ganti. Bunda bakalan marah. Bunda gak mau makan. Bunda gak mau masak. Bunda gak mau ngapa-ngapain!"

(Namakamu) menatap sang bunda seraya meringgis ketika mendengar ocehan bunda. Tampangnya tak bersalah. Toh, cuma keranjang sayur yang bisa di beli di minimarket. Tapi, jika bunda tidak masak sebulan terus dia harus makan apa? Bunda lucu jadi pengen cubit empedunya.

"Nanti biar Ayah yang ganti. Bunda stop dulu marahnya. Lagian cuma keranjang belanja masih bisa di beli di pasar. Kalo (Namakamu) kan gak bisa di beli, limited edition. Susah buatnya harus mandi kembang dulu supaya bisa secantik (Namakamu) keluarnya," lawak Ayah. (Namakamu) tertawa geli.

"Mau apa kek. Itu kek, tai kucing. Keranjang Bunda harus balik lagi. Harus mirip gak boleh beda!!"

"Lagian kan masih bisa bawa tas belanja kain, Bun. Sebanyak itu mau Bunda pakai apa?" Tunjuk (Namakamu) ke dalam kardus berisi tas kain bertumpuk. "Lebih enak juga di bawa."

"Diam ya kamu! Bunda gak mau tahu. Harus kamu yang beli, titik!"

Apa boleh buat. Bunda memang orangnya bawel dan harus dituruti semua kemauannya. Tapi kalo tidak masuk logika. Ayah gak akan turutin mau semarah apapun. Misalnya, seperti mai nikahin member bts yang bener aja.

"Udah malam, Bun. Gak bisa besok apa? Kalo misal ada begal gimana?"

"Gak akan. Jangankan begal. Perampok berdarah dingin juga gak akan berani sama kamu. Paling juga mereka yang klepek-klepek.

Andai Bunda adalah Melody. Mungkin, sekarang sudah dia bejek layaknya adonan prekedel buatan Bu Kantini — pedagang kantin di sekolah. (Namakamu) menatap sang Bunda dengan mulut menganga. Bagaimana Bunda bisa tertawa atas leluconnya sendiri. Padahal tidak ada lucu baginya.

"Ya sudah. Begini saja, kamu ikut Ayah pergi ke minimarket depan komple. Kebetulan juga Ayah mau rapat di rumahnya Pak Samsudin. Jadi lewat. Pulangnya naik grab atau ojol aja. Lumayan deket juga." Saran Ayah.

"Ya udah deh. Kalo gitu aku siap-siap dulu."

*

Mungkin jika di hitung bulan ini. Baru satu kali rasanya (Namakamu) menginjakkan kaki di Minimarket depan kompleknya. Sejarang itu. (Namakamu) masih bingung dengan semua perabotan di rak hadapannya. Sangat banyak. Hingga rasa ingin memborongnya tinggi. Tapi satu hal, uangnya tidak cukup membuat Bundanya senang dengan membeli semua perabotan ini. Mungkin suatu saat nanti.

Pulang larut adalah alasan untuk sang Bunda. Meski keranjang sudah di temukan. (Namakamu) masih ingin berkeliling menyusuri setiap rak yang ada. Menggiurkan. Hingga langkahnya terhenti pada rak kosmetik. (Namakamu) lupa jika sunscreennya habis. Ah. Terlalu menggelikan jika di sebut feminim.

Tentang, Iqbaal✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang