Jadilah seperti rumah, memberikan keteduhan saat panas matahari menyerang.
Ganyambung ya? bodo.
▶◻◾◻◀"We upik, ngapain lo disana, ngemis?"
(Namakamu) menatap sinis cowok di atas motor itu. Membiarkan apapun yang keluar dari mulutnya itu. Tidak ada yang akan berdebat tapi gak tau ya kalo nanti. Sebatas mana Iqbaal menyebalkannya hari ini.
Iqbaal tertawa di atas motor. "Bercanda kali."
"Pergi! Gak usah gangguin gue, anjing!"
Iqbaal menstandar motornya. Menghampiri (Namakamu). "Naik! Hitung-hitung gue traktir lo karna udah bantuin gue nyari kelas tadi pagi!"
"Gak! Lo orang jahat."
"Oke deh. Bentar lagi juga Oma pasti bakal marah karena gak mau gue anter pulang!"
"Gak ada hubungannya sama Oma!"
"Oma nyuruh gue jemput lo!"
(Namakamu) melangkah. Menjauh dari Iqbaal. Sedangkn Iqbaal mengegas motornya mengikutinya. "Berhenti dulu bisa gak sih?"
"Gak usah bawa-bawa Oma! Bilang aja lo mau nyulik gue, terus lo bunuh gue!"
"Serius ini oma gue yang nyuruh." Iqbaal merogoh saku celana. "Gue bakalan telpon oma."
(Namakamu) bersidekap dada. Membiarkan Iqbaal sibuk dengan ponselnya. "Halo Oma?"
"Kerasin!" Kata (Namakamu).
'Loh, Iqbaal? Kamu belum pulang? Oma udah tunggu dari tadi.'
"Ini lagi di jalan lagi membujuk (Namakamu) supaya mau pulang bareng sama Iqbaal. Gengsi katanya naik motor." Ledek Iqbaal tersenyum sinis.
Mata (Namakamu) membesar tapi Iqbaal tidak perduli.
'Di suruh Bundanya tadi di depan. Oma cerita kalo kalian satu sekolah. Jadi sekalian aja pulang barengan."
(Namakamu) merampas hp-nya. Mematikan sambungan telepon dan menatap tajam Iqbaal. "Maksud lo bilang gue gengsi naik motor, apa?"
"Gak apa sih! Lo mau naik atau Oma gue beneran ilfeel sama lo nih? Takut nanti dia ketemu orang gengsian kaya lo."
"Kurang ajar ya lo!"