Kamu tu kenapa sih selalu nyusahain terus, bikin aku susah belajar aja karna mikirin kamu.
▶◻◾◻◀
Iqbaal melangkahkan kaki lurus ke arah gedung rumah sakit unit III di ujung sana. Menyusuri lorong tanpa ujung itu dan berhenti pada satu titik dimana salah satu kamar itu menunjukkan nama ruang VIPmoon1 tepat dimana sang Mama sedang berbaring di kasur.
Masuk tanpa satu kantong plastik atau apapun itu. Hanya membawa tas gendong bekal dari Jakarta dan hp yang tetap menempel di tangan kanannya. Dia menatap ke setiap sudut ruangan dan berhenti pada sang Mama yang tengah tertidur. "Mam."
Suara decitan kursi yang di tarik Iqbaal mampu membuat Mama membuka matanya. Tangannya bergerak meraih tangan putra pertamanya itu yang sangat dia rindukan.
"Itchy, Mama kangen."
"Untuk apa?" Iqbaal bertenya namun Mama bingung.
"Maksud kamu?"
"Iya. Kangen untuk apa? Kan Mama sendiri yang buang aku ke Indonesia. Tinggal disana, sekolah disana?"
"Mama bisa jelasin Iqbaal."
"Udahlah. Mana maid Alena?" Iqbaal to the point, karena sedari tadi perempuan paruh baya itu hanya sendiri di ruang rawat ini. "Mama kenapa sendirian?"
Mama Sandra, Mama Iqbaal tersenyum manis melihat putranya yang begitu khawatir terhadapnya. Walaupun sikap Iqbaal yang dulu membuat dia begitu stress untuk membujuk Iqbaal agar tidak main - main dengan dunia luar di negeri orang ini tapi lihatlah sekarang putranya itu mendadak baik dan perhatian.
"Lagi keluar beliin Mama bubur."
Iqbaal mengangguk pelan. "Berapa bulan?"
Mengerti dengan tatapan Iqbaal. Sandra mengusap perut buncit itu lagi - lagi tersenyum manis.
"Lima bulan Chy, bentar lagi kamu bakalan punya adik! Kamu nanti lanjut di sini aja ya? Biar tiap hari bisa lihat adik kecil Itchy."
"Masih perlu dipikirkan."
Sandra bungkam. Menatap lirih Iqbaal.
"Kalo bukan karena Oma yang paksa. Iqbaal akan pulang. Udah nyaman soalnya di tempat pembuangan kalian."
Sandra menggeleng. "Kok kamu ngomongnya gitu sih ke Mama?"
"Terus Iqbaal mau ngomong apa lagi? Fakta."
Sandra seharusnya tegas dalam situasi apapun. Dia juga harusnya melarang Iqbaal berbicara seenaknya dengan dirinya. Tapi dia mendadak takut melihat anaknya yang menampilkan tatap marahnya.
"Maaf Iqbaal. Mama---"
Iqbaal berdecih. "Kenapa harus minta maaf?
"Mama dan papa udah salah sama kamu."
"Emangnya semua perasaan aku bisa balik kaya dulu setelah Mama minta maaf?"
"Kok kamu jadi berubah?"
Iqbaal tertawa hambar. "Mama sama Papa kan yang pengen aku kaya gini!"