BAB 10 ▶ Dream, oh shit, damn.

2.8K 352 11
                                    

Saat banyak kepala sibuk jadi sempurna, sederhana jadi langka rasanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saat banyak kepala sibuk jadi sempurna, sederhana jadi langka rasanya.

▶◻◾◻◀

Malam ini seakan menjadi malam yang berbeda bagi (Namakamu). Gelap mendung cuaca yang seketika berubah menjadi terang sama persis dengan apa yang sekarang tengah dia rasakan.

Bangku kayu panjang berada di samping teras rumah tepat berada di halaman depan menjadi tempat peristirahatannya. Duduk dan tersenyum menatap langit yang hanya ada satu bintang disana, mungkin sepersekian detik nanti akan hilang begitu saja tanpa dia sadari.

Kejadian beberapa jam yang lalu masih terngiang di dalam pikirannya, dimana sama sekali tidak akan pernah bisa dia lupakan bersama Iqbaal di sebuah toko buku, tidak habis pikir dengan jantung yang selalu meronta-ronta ingin keluar saat berdekatan dengan Iqbaal.

Tadi sore tepat waktu dia ingin pulang kerumah tiba - tiba hujan lebat datang mengguyur pengujung kota Jakarta, mungkin terbilang mendadak masalahnya sebelum tadi dia masuk ke toko buku cuaca Jakarta sangat panas dan sekarang mendadak dingin.

"Bawa jaket lo?" tanya Iqbaal menoleh ke arah (Namakamu) tepat di depan toko buku di sebuah bangku panjang. (Namakamu) hanya bisa menggeleng karena dia sama sekali tidak membawa jaket hanya sebuah cardigan tipis untuk menutupi baju sekolahnya itu.

"Begoo.." Iqbaal mulai melepaskan jaket jeans berwarna navy yang selalu dia bawa ketika ke sekolah. Dia meletakkannya pada pundak gadis itu agar gadis disampingnya merasa sedikit hangat. Terlihat sosweet bukan, iya itu hanya orang sekitar jika melihat mereka akan mengatakan seperti itu, padahal aslinya berantem terus.

(Namakamu) diam menerima perlakuan seperti itu, matanya melirik ke arah jaket yang sudah tertempel di pundaknya lalu beralih menatap Iqbaal sekilas yang sedang fokus menatap hujan yang mengguyur dengan derasnya.

"Makasih," sahutnya lembut dan itu mampu membuat Iqbaal menoleh seketika.

"I'ts okay, gue gak tega lihat lo mati kedinginan. Bonyok lo marah nanti kalo anaknya pulang udah gak bernyawa," ledek Iqbaal memiringkan bibirnya meremehkan, sedetik selanjutnya tertawa menertawakan ekspresi horor (Namakamu).

"Kalo ngomong itu gak pernah bener, nyesel gue kenal sama lo," cerca (Namakamu) kesal.

"Mau peluk?" tanya Iqbaal.

Tentu saja ucapan Iqbaal membuat (Namakamu) melototkan matanya.

"Jangan mencari kesempatan dalam kesempitan ya Iqbaal Arsenio!"

"Eh berak, gue nawarin kalo gak mau yaudah."

"Mauuuu.."

Tentang, Iqbaal✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang