Dunia adil hanya bersama orang yang cantik, sungguh mengecewakan.
▶◻◾◻◀"Enggak usah Oma. Lagian rumah aku sama Oma gak terlalu jauh."
Waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam, tapi (Namakamu) masih berada di kediaman oma Ranee.
Selesai melihat figura-figura dan buku-buku di perpustakaan milik Oma. Dia juga sempat menikmati makan sore bersama Oma. Jangan tanyakan Iqbaal. Cowok itu sedang tertidur di sofa sedari tadi siang masih lengkap dengan pakaian putih abunya.
Oma menggoyangkan tubuh Iqbaal supaya cucunya terbangun. Padahal itu tidak perlu dilakukan hanya untuk mengantar (Namakamu) pulang. Ia takut Iqbaal marah karena sudah mengganggu tidurnya.
"Jangan deh, Oma. Nanti aku bisa suruh satpam rumah buat nganter kok." (Namakamu) kasihan melihat wajah Iqbaal yang terlihat capek itu, takut jika bangun nanti Iqbaal marah karena Oma membangunkan dirinya.
"Jangan (Namakamu)," tolak Oma takut. "Chy. Iqbaal bangun."
"Eum." Iqbaal menggeliat kecil kemudian mengucek matanya dan menerawang keadaan sekitar. "Oma, ngapain sih bangunin Iqbaal?"
Iqbaal kembali menempelkan pipinya dan tertidur lagi.
"Bangun dulu!" Oma menarik lengan Iqbaal. "Kamu itu udah dari jam berapa tidur sih?!"
"Omaa," seru Iqbaal dengan suara serak basah. "Iyaiya ini bangun."
"Anterin dulu (Namakamu) pulang. Udah malam. Kasihan kan kalo pulang sendirian?"
Iqbaal mengacak rambutnya kemudian melirik jam dinding yang sudah menunjukkan pukul delapan lewat lima belas menit. "Lo ngapain sih belum pulang? Iqbaal cuci muka sama ganti baju."
"Oma," panggil (Namakamu). "Aku tunggu di luar aja ya?"
Oma mengangguk. "Kamu sering-sering nanti main kesini ya? sama Iqbaal itu bikin Oma bosen."
"Iya pasti Oma." (Namakamu) tersenyum. "Makasih udah ngasih aku makan tadi, makasih juga udah ngajak aku lihat perpustakaan Oma yang bagus itu."
"Iya sama-sama." Oma mengacak rambut cewek itu. "Nanti juga boleh main ke perpustakaan lagi."
"Makasih oma, sayang."
*
Gemericik suara kolam ikan di sudut kanan membuat mata (Namakamu) fokus menatap ke arah sana. Bibirnya tidak hentinya tersenyum ketika satu meja makan bersama dengan Oma sore tadi. Bagaimana Oma menceritakan tentang Iqbaal tanpa menutupi sama sekali keburukannya. (Namakamu) jadi penasaran soal itu. Namun, waktu menariknya kepada keadaan bahwa malam ini dia harus pulang ke rumah.