Dalam keadaan gelap total yang di lihat mata kita adalah warna abu abu tidak hitam.
▶◻◾◻◀Mungkin baginya. Telat adalah hal yang harus di hindari. Sebagai anak terbaik dan tidak pernah bolong di daftar kehadiran. (Namakamu) mengutuk dirinya. Pagi ini dia berdiri di depan pagar. Memperhatikan seluruh siswa berbaris di halaman sekolah dari luar. Pagar yang tertutup dan satpam garang yang tidak bisa di rayu.
"Gara-gara Bunda. Coba aja dia gak pergi kondangan sepagi ini. Gue gak mungkin telat. Sial!"
Melody? Sebagai anggota osis. (Namakamu) yakin temannya itu tidak akan memeriksa pesan singkat yang dikirimnya.
"Telat?"
(Namakamu) menoleh matanya bulat mendapati Iqbaal di sebelahnya. Pakaian putih abu seperti dirinya dan tas gendong di belakang. Wait, ngapain dia kesini?
"Ngapain lo disini?!" Sininya.
"Sejak kapan gue gak boleh di sini? Ini tempat umum. Biar gembel, odgj sekalipun juga boleh aja sih kesini! Gak ada tulisannya kalo seorang Iqbaal Orlando gak boleh kesini!"
"Terserah lo deh!"
Iqbaal tertawa membuat (Namakamu) mendelik.
"Katanya murid di sini semua rajin-rajin. Lucu aja kalo ada yang rusak nama baiknya."
"Pak bukain pintunya." (Namakamu) ingin pergi. Menjauhi manusia setengah binatang ini.
"Makanya gak usah datang telat jadi ngemis-ngemis, kan?"
"Gak usah banyak omong deh lo!"
Satpam mendekat. Menatap tajam kedua murid itu terlambat. "Sekarang, kasih saya alasan yang masuk di akal saya kenapa kalian telat? Gak boleh sama! Satu lagi. Selain telat bangun atau jalanan macet deh! Yang bikin saya luluh biar pintu pagarnya saya buka."
"Eh buset." Alasan (Namakamu) tereliminasi.
(Namakamu) melirik Iqbaal di sebelahnya, lalu memutar bola mata kesal.
"Alasan kita telat adalah pertama..." Iqbaal menggaruk tekuknya kemudian menoleh kearah satpam sembari menghentikkan memainkan jarinya. "Ada lima puluh kejadian hari ini bapak yakin mau dengerin?"
"Tiga di antaranya?"
"Pertama, sepagi apapun kita bangun supaya tidak telat, tetap saja telat karena Jakarta macet." Iqbaal melipat jari tengahnya. "Kedua, apapun kendaraannya tetap saja kita naik bus karena belum punya sim, jadi kita nunggu bus dulu...."
"Itu kan motor kamu?"
"Oh iya. Maksudnya naik motor pak." Iqbaal tercengir. "Tapi apapun kendaraannya, tetap saja jalanan macet."
"Dua jawaban tadi sudah tereliminasi. Alasan klasik. Datang ke ruang guru bp. Kalian berdua jelasin saja di sana!" Satpam membuka pagar.
"Lagian sih. Kenapa lo jadi nyebutin yang di larang Pak Satpam. Sok pinter banget lo! Gue yang tadinya gak punya catatan di guru bp sekarang jadi ada gara-gara lo!" Omel (Namakamu) kepada Iqbaal. Iqbaal berlari berusaha menyamai langkahnya. "Belagu banget jadi orang."
"Gak usah galak juga. Ya udah gini deh. Gue traktir lo makan siang!"
"Sejak kapan lo makan siang di sekolah gue? Lo murid baru?"
*
"Pinjem hp lo." Iqbaal mengulurkan tangan. Sedangkan (Namakamu) mendelik. Setelah keluar dari ruang bp. Wajahnya masih saja kesal. "Lo denger sendiri kan. Kepala sekolah bilang apa tadi?"
"Gue lagi kesel. Bisa pergi dari hadapan gue, gak?"
"Heh! Heh! Lo nyuruh gue pergi? Sedangkan kepala sekolah aja nyuruh lo buat temenin gue ke kelas gue!" Iqbaal menarik nafas panjang. "Dengerin gue! (Namakamu) Serena Firanda. Tolong hantarkan Iqbaal si murid baru yang ganteng ini ke kelasnya. Kan hari pertama sekolah. Takutnya nyasar. Eit! Satu lagi. Tukaran kontak. Di suruh kepala sekolah juga kan? Siapa tahu gue perlu di ajak keliling sekolah?!" Iqbaal menaikkan kedua alisnya sebanyak tiga kali. Tapi (Namakamu) tampak mual. Jadi itu alasannya meminta hp-nya."
Iqbaal menyebalkan.
"Emangnya anak murid di sekolah ini cuma gue?"
"Eh. Kesempatan tau. Jadi lo bisa deket-deket sama gue terus! Ya kan, dengan begitu lo sedikit terangkat derajat lo!"
"Gak ada hubungannya sama gue! Gak usah modus. Lihat tuh di sana." (Namakamu) menunjuk tangga. "Lo naik ke atas. Pintu pertama itu kelas lo! Gue gak ada waktu harus nganterin orang kaya lo yang modal tampang dan bacot doang udah ngerasa tinggi!"
"Yakin nih gak mau nganterin gue?! Perlu gue aduin sama kepala sekolah biar catatannya nambah lagi satu?"
"Alasannya apa coba?"
"Melanggar kode etik!"
"Tai ya lo!"
**
Tambahkan cerita ini di perpustakaan kalian.