BAB 5▶ Menjengkelkan

2.9K 327 4
                                    

Permisi, kaka manusia atau AC ya? kok adem banget?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Permisi, kaka manusia atau AC ya? kok adem banget?

▶◻◾◻◀

Suasana kelas XI-IPS1 mendadak ricuh setelah pengumuman guru rapat. Beberapa murid sedang berbondong membawa tasnya. Pergi ke belakang kursi untuk tidur siang dengan bantalan tas sampai bel pulang berbunyi. Setengahnya lagi menonton film horor di pojokan hingga meja kursi sudah tak tertata serapi tadi pagi. Dan (Namakamu), memilih untuk nongkrong di kantin bersama temannya.

"Jadi, cowok yang kemarin kita temui di Cafe itu sekolah di sini?" Melody sedikit kaget. Kembali menyuap mie ayam. "Jujur ya, gue juga kesel sih lihatnya. Cuma dia ketolong ganteng doang."

(Namakamu) mengangguk pertanda iya. Di seruput teh dinginnya. "Gak juga sih menurut gue."

"Dia kelasnya di mana?"

"Bareng sama Oka."

Melody mengangguk. "Oh. Jadi dia Kakak kelas. Udah mau lulus ngapain pindah coba?"

"Mana gue tahu! Stok deh lo bahas dia! Gue dari pagi udah kesel banget ngadepin dia di tambah sekarang lo ngomongin tuh orang. Bikin tambah enek. Plus gak nafsu makan gue."

"(Namakamu)?"

"Eum." (Namakamu) mendongak termasuk Melody. "Kak Irzan?" Cowok itu Irzan. Cowok favorite (Namakamu). Menyukainya saat masa orientasi siswa Irzan mantan ketua Osis. Pesonanya sudah mampu membuatnya jatuh hati- eleh. "Ada apa?"

"Gak enak sih ngomongnya." Irzan meletakkan kardus berisi buku. "Kalo gak keberatan atau gak sibuk bisa nitip ini ke perpustakaan gak? Kebetulan Kakak hari ini mau makan siang dulu."

"Sebut. Di level berapa ketegangan jantung lo?" Bisik Melody.

(Namakamu) tersenyum. "Bisa. Lagian aku juga udah selesai makan kok."

"Oke. Kalau gitu berapa kontak lo? Siapa tahu ada penting bisa di kontak."

"Udah di level berapa?" Melody masih meledeknya dalam bisikan.

Pipinya memerah. (Namakamu) mengeluarkan ponsel dan menunjukkan pada Irzan. Irzan masih fokus menulisnya dalam ponselnya. (Namakamu) menatap Irzan dalam jarak sedekat ini. Jangan tanyakan jantungnya sudah berdebar berapa mg. Lihatlah, betapa menjijikannya wajah cewek itu.

"Thank. Kalo gitu Kakak pergi dulu!" Irzan pergi saat mendapat anggukan dari Melody. (Namakamu)? Entahlah hayalan apa yang ada di kepalanya.

"AW." (Namakamu) meringgis. "Melody!"

"Gak boleh!" Sentak Melody. "Ingat. Lo suka hanya sebagai penggemar doang, jangan lebih! Lo tahu kan sakitnya cemburu dan patah hati kalo misal Irzan udah punya cewek. Gak cuma lo aja, banyak murid cewek yang berujung kecewa karena ngefans sama dia!"

"Apaan sih?!"

"Ingat. Irzan nitipin lo buku bukan karena dia suka sama lo!"

*

(Namakamu) duduk di halte. Menyeka keringat, sesekali melirik bus datang. Tapi hasinya nihil. Ini dia yang telat pulang atau busnya yang telat datang. Bahkan, di cuaca panas begini. Tidak ada ojek atau apapun yang nongkrong yang bisa ia tumpangi.

"We, upik. Ngapain lo disana, ngemis?"

**
Maaf direvisi ya.

Tentang, Iqbaal✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang