Banyakin bersama biar kenangannya bisa di ceritain ke anak - anak.
▶◻◾◻◀"Pagi sayang?"
(Namakamu) baru saja menutup pintu gerbang langsung terperanjat kaget setelah melihat Iqbaal di hadapannya sedang bersender di pinggang mobil dengan kedua tangan di benamkan di saku celana. Lengkap dengan pakaian putih abu dia tersenyum.
"Iqbaal kamu ngapain disini?"
Iqbaal mendekat. "Ck. Udah gue tebak. Gak lihat hp? Aku tadi udah info kalo mau jemput kamu."
Dia tercengir. "Tadi hp aku charger, lowbat. Aku tinggal mandi sama sarapan. Langsung aku masukin deh ke tas. Maaf ya?"
Iqbaal mengangguk. "Mulai hari ini. Kita berangkat ke sekolah bareng. Aku yang jemput."
See. Iqbaal sekarang tampak lebih manis daripada sebelum jadi pacar. Sekarang cewek itu mengerti bahwa tidak semua cowok nyebelin itu bakalan selamanya nyebelin, seperti Iqbaal sekarang.
Mereka berdua memasuki mobil. (Namakamu) yang masih tersipu malu, semakin tersipu lagi setelah Iqbaal membukakan pintu mobil untuk dirinya. Bukankah itu menjadi gestur baik sebagai pacar untuk pacarnya? setelah itu barulah Iqbaal berlari kecil menuju jok pengemudi dan menjalankan mobilnya.
"Senengnya pagi pagi udah di jemput pacar."
(Namakamu) meletakkan botol minum itu di dashboard kemudian tersenyum malu menatap Iqbaal yang masih fokus menyetir. Sesekali Iqbaal melirik ke arah cewek di sebelahnya kemudian mampu membuat tangan kiri Iqbaal terangkat mengacak rambut (Namakamu) sayang.
"Kamu ini bisa aja bikin aku tambah sayang pagi pagi."
"Apa bedanya sama kamu yang bikin aku tambah cinta pagi - pagi, eum? gak bilang lagi mau jemput."
Perjalanan kali ini terasa sangat lama, bahkan mereka berdua bisa saling menggobali satu sama lain. Sama - sama memiliki sifat yang nyebelin di dalam dirinya mereka juga memiliki sifat tersembunyi yang bahkan membuat mereka tahu bahwa di dalam diri masing masing terdapat sisi baik yang membuat sayangnya naik secara drastis.
"Kenapa jemputnya pakek mobil? padahal aku suka kalo naik motor kayak waktu pertama Oma minta kamu ngebonceng aku."
Tentu cowok itu akan terkekeh mendengar suara cewek di sampingnya.
Iqbaal satu alasan. Dia tidak ingin lagi mata (Namakamu) kena debu dari asap truk seperti waktu itu. Bagaimana mungkin Iqbaal tak menyukai naik motor. Ketika tangan (Namakamu) melingkar di perutnya, itu adalah hal yang paling romantis. Tapi tidak untuk jalanan sebesar dan semacet ini.
"Ingat. Waktu kamu kelilipan debu truk. Gak lagi terulang kedua kalinya."
"Oh. Ya? Itu cuma kelilipan doang gak bikin mata aku buta. Lagian naik motor berdua kan bisa pelukan."
Iqbaal terkekeh. "Pas gak jalanan ramai ya?"
(Namakamu) mengangguk. Mengeluarkan sesuatu dalam paperbagnya. "Kamu mau? Roti keju. Aku sengaja bawa padahal aku udah sarapan. Kamu udah sarapan?"
"Belum. Gak sempat!"
"Hah? Gak sempat? Kamu sampai rumah aku aja sepagi itu. Lagian jam masuk kan tujuh lebih. Kamu masih bisa sarapan itu! Terus ngapain kamu jemput aku sepagi itu?"