BAB 7▶ A STORY ABOUT IQBAAL

3.1K 310 7
                                    

sini duduk disampingku, akan ku ceritakan tentang senja yang sedang malu. Saat ku tuliskan pesona terindah adalah kamu.

▶◻◾◻◀

Akhirnya, setelah berpanasan menelusuri jalanan dan beberapa menit mengontrol detak jantung. Mereka berdua telah sampai di perkarangan rumah megah milik Oma. Memang, saat berada di jalan pulang Oma sempat menghubungi Iqbaal agar membawa (Namakamu) kerumah terlebih dahulu karena Oma ingin mengobrol.

Masuk beriringan tanpa sepatah kata apapun membuat keduanya bisu, canggung, kenapa? entahlah.

"Omaaa, Itchy pulang." Teriak Iqbaal saat berada di ruang tengah. Iqbaal meletakkan tasnya di sofa. Menggantungkan kunci motor di sebelah televisi dan berjalan ke arah dapur. "Kenapa lo ngikutin gue?"

(Namakamu) di belakang Iqbaal mencoba bersikap jutek. "Emang gak boleh?"

"Oma mau ngobrol sama lo. Ngapa jadi lo ngikutin gue!"

"Oma lo belum turun. Gue takut. Entar kalo misalnya ada yang ketawa terus gak ada orangnya gimana? Ngeri. Gak mau gue!"

"Jangan samain rumah gue sama rumah lo deh! Beda jauh."

"Sombong! Gue itu..."

"Sana. Kata gue!"

(Namakamu) berdecak sebal lalu berbalik badan menuju ruang tengah tepat dimana tadi Iqbaal menaruh tas. Duduk semanis mungkin sambil menunggu Oma perlahan demi perlahan menuruni anak tangga.

"(Namakamu)?"

Dia bangkit kemudian menghampiri Oma ujung tangga bawah lalu mencium tangan. "Selamat siang, Oma? Oma sehat?"

Oma terkekeh kemudian mengangguk. "Loh. Iqbaal kemana? Kamu sendirian."

"Ke belakang Oma." (Namakamu) menuntun Oma agar duduk di sofa. "Oma sendiri di rumah?"

"Enggak. Ada pembantu juga di sini. Cuman gak kelihatan karena ngurusin tugasnya. Kamu mau minum? Biar Oma panggilin bi Tina."

"Gak usah deh Oma. Nanti kalo aku haus bisa suruh Iqbaal anterin. Kalo Oma mau minum?"

Oma mengangguk. "Kalau begitu sekarang aja buat di dapur sama punya Oma satu ya. Sekalian cemilan di kulkas bawa aja semuanya kesini."

"Baik Oma."

(Namakamu) mengangguk dan pergi menuju dapur. Pemandangan yang pertama kali dia lihat saat berdiri di ambang dapur adalah Iqbaal. Cowok menyebalkan itu sedang sibuk dengan aktivitas menggoreng telur. Dia tersenyum manis. Ternyata Iqbaal kalau lagi masak itu ganteng.

"Ekhem. Ternyata bisa masak juga. Gue pikir harus di masakin pembantu dulu." (Namakamu) menyindir. Meraih gelas kaca dan menuangkan air. "Mandiri."

"Lebih enak gue yang masak dari pembantu gue."

"Gue sih percaya aja." (Namakamu) sudah siap dengan nampan berisi air dan cemilan. "Jadi laper gue sama mie instan lo."

"Buat sendiri aja! Gak usah minta. Selain mie goreng deh gue kasih."

"Dasar pelit!" (Namakamu) melangkah keluar dapur.

Tentang, Iqbaal✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang