13

50 5 0
                                    

"Gideon ?" Tanya Sherly heran, apa dia teman Gavin ? Tapi... kenapa mereka harus menemuinya ?

"Dia... seseorang yang harus kau kenal"

"Benarkah ?"

"Kau mungkin tak bisa mengenali matemu karena kau tak bisa mencium aromanya"

"Mungkinkah ?"

"Ini hanya perkiraanku"

"Baiklah... jika ia bisa membantuku menemukan mateku, tidak masalah !" Jawab Sherly tersenyum tipis, Gavin mengangguk samar sebelum menginjakan pedal gasnya.

"Oscar ? Bagaimana ?" Mindlink Gavin pada Oscar beta ayahnya.

"Belum, sebaiknya anda jangan bergerak dahulu. Situasi sedang tidak memungkinkan untuk membicarakan tentang perjanjian !"

"Aku sedang dalam perjalanan menuju Gideon"

"Tuan muda ini belum..." perkataan Oscar terhenti begitu saja tatkala Gavin menutup mindlinknya sepihak.

"Bagaimana kalau kita jalan-jalan dahulu, Sherly ?" Tawar Gideon

"Kemana ?"

"Mendinginkan pikiran, lagipula... pikiran kita sama-sama kacau sekarang bukan ? Bukan waktu yang tepat untuk mencari tau perihal matemu sekarang !"

"Hmm... baiklah..." angguk Sherly, Gavin menancapkan gasnya kembali dengan lebih cepat untuk mengulur waktu hanya hingga ayahnya mendapatkan apa yang ia butuhkan. Setelah itu... rencana Gavin dan Gideon selanjutnya yang akan menentukan nasib Sherly maupun nasib Redmoon pack.

^^

Hamparan lautan terlihat samar dimalam hari, namun menjadi pemandangan indah tersendiri tatkala langit biru bertabur bintang menyatu dengan gelapnya lautan.

Gavin dan Sherly, duduk bersimpuh diatas lembutnya pasir pantai. Menanggalkan sepatu masing-masing, bersimpuh dengan kostum berharga ratusan juta diatasnya. Tak perduli... keduanya hanyut dengan pemandangan menenangkan dihadapan mereka masing-masing.

"Uh... bintang jatuh !" Sherly menangkupkan kedua tangannya, mengucapkan keinginannya didalam hati dengan segenap jiwa... percaya bahwa mitos bintang jatuh masih ada hingga sekarang.

Gavin memperhatikan bagaimana Sherly melakukan hal-hal yang terbilang sangat kekanak-kanakan, sebelumnya ketika ia sampai... mata terpejam tersebut langsung terbelelak ketika ia sadar bahwa mobil berhenti dipinggir pantai, memekik senang, berlari meski sempat terkilir, memaksakan Gavin mendekat untuk melepaskan sepatu milik Sherly. Namun... Gadis tersebut tak berhenti, berjalan tertatih, menghirup udara malam bahkan kini duduk bersimpuh diatas tanah dengan kedua sepatu berjejer disampingnya. Dan sekarang ? Dia tampak mempercayai mitos tentang bintang jatuh.

"Apa masih sakit ?" Sherly menoleh tatkala Gavin bertanya setelah ia selesai berdoa, Sherly sedikit merengut mendengarnya. Sakit... tapi... ia bahagia. "Biar aku lihat !" Gavin merubah posisi duduknya menjadi duduk dihadapan Sherly, meraih kaki kanan Sherly yang tampak membengkak dipergelangan kakinya. Sherly... jelas terkesiap tatkala Gavin membersihkan pasir diatasnya, meniup dengan pelan bahkan mengusap dengan hati-hati "ini akan sakit, setelah ini aku akan mencarikan obat untukmu !" Gavin melepaskan dasi yang melilit lehernya tak kala mengucapkannya, melilitkanya pada kaki Sherly dengan kehati-hatian seolah kaki Sherly sangat berharga.

"Aku menyukaimu, Gavin !" Gavin mendongak tatkala mendengarnya, tatapan mata keduanya bertemu... ada kesungguhan hati dikedua bola mata kembar milik Sherly "aku menyukaimu" ujar Sherly sekali lagi

"Ak..."

"Aku tau !" Sela Sherly tatkala Gavin baru saja ingin membuka suara "awalnya aku berpikir bahwa semua ini hanyalah bentuk formalitas atau mungkin kau merasa kasihan padaku, hanya... jujur aku salah paham dengan perlakuanku. Kau... seorang pria yang memperlakukanku sangat istimewa bahkan jauh dibandingkan ayahku, aku sempat berpikir... mungkin aku sudah terlalu lama tidak berinteraksi dengan orang lain, terlebih pria. Tapi... aku menyukaimu. Apa aku salah ?" Gavin terdiam mendengarnya.

Hening...

Keduanya kini hanya diam, larut akan pemikiran masing-masing

Gavin sadar hal ini akan terjadi suatu saat nanti, ia kira... ini tak akan secepat ini. Tapi...

"Aku akan menjawabnya nanti setelah kau bertemu dengan Gideon !" Jawab Gavin

"Kenapa ?" Tanya Sherly menuntut.

"Hanya..." Gavin mendudukan kembali dirinya disamping Sherly kembali "mari kita menikmati moment ini terlebih dahulu" tambahnya.

^^

Malam semakin larut, tiupan angin semakin kencang. Setelah dirasa cukup, keduanya kini kembali kedalam mobil mereka, Gavin menggendong Sherly dipunggungnya karena tampaknya kaki Sherly mulai kebas.

Menginjak pedal gasnya kembali untuk lebih jauh meninggalkan pusat kota, Gavin perlu mendinginkan pikirannya yang tiba-tiba dilanda kebingungan sejak dua hari yang lalu. Tentang Sherly, seorang gadis yang membuat Gavin bertanya-tanya tentang statusnya.

Gavin menghentikan kembali laju kendaraannya tatkala tujuan mereka telah sampai, sebuah villa atas nama dirinya menjadi tujuan akhir keduanya. Gavin melirik dashboard mobil miliknya, dimana sebungkus obat memar terlihat samar mengintip didalamnya.

"Sherly ?" Gadis tersebut mulai terganggu dari tidurnya tatkala Gavin menyentuh bahunya untuk membangunkan, sedikit bingung dengan tempat mereka berada sekarang. Namun... sedikit lega karena Gavin tampak tak menghindarinya tatkala ia mengingat moment pengungkapan hatinya.

"Ini dimana ?" Tanya Sherly dengan suara seraknya

"Villaku, kita beristirahat dulu disini" jawab Gavin sambil melepaskan sabuk pengaman yang masih melilit tubuh Sherly "kita berlibur bersama sebelum semuanya berakhir" tambah Gavin tersenyum pada Sherly

GAVIN (Kingston)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang