34

31 2 0
                                    

Jika manusia memiliki satu otak untuk berpikir, maka Gavin memiliki dua otak untuk membagi pikiran.

Jelas... werewolf memilikinya bukan ?

Tapi... Gavin jelas berbeda, bagi Gavin... sosok Ferdinandlah otak lain dirinya. Ferdinand selalu tau arah kemana pembicaraannya, terlalu peka akan tindakannya dan mempunyai inisiatif tinggi untuk melakukan apa yang diperintahkan tuannya.

Keahlian Ferdinand adalah bergerak tanpa cela, itulah yang membuat ia istimewa diantara orang-orang yang ditemui Gavin. Gavin adalah sosok yang ceroboh, melakukan apapun atas kinerja otaknya. Tapi... Ferdinand selalu bisa mengendalikannya.

Pertemuan Gavin dan Ferdinand cukup singkat, Ferdinand adalah seseorang yang diampuni nyawanya oleh Gavin.

Ya...

Bisa dikatakan, Ferdinand adalah salah satu orang yang terkurung dijeruji besi di penjara bawah tanah milik Blackmoon pack.

Malam itu... seperti biasa, langkah teratur milik Gavin selalu menggema disepanjang lorong gelap dengan bau khas tersebut.

Perlahan... namun memekakkan telinga siapapun yang mendengarnya, langkah seorang algojo yang bersiap melayangkan pedangnya. Tersenyum ramah dan berbisik sopan, namun... selalu berakhir dengan rintihan menyakitkan.

Gavin...

Berhenti disatu sel yang senyap, menatap sosok tubuh yang terduduk didalamnya. Tak bergeming, terdiam... dengan mata tajam kearah wajahnya.

Krak...

Pintu sel terbuka malam itu beriringan dengan suara helaan napas dari beberapa penghuni lainnya, merasa lega bahwa waktu hidup mereka diperpanjang.

"Apa yang kau lihat ?" Ferdinand masih dapat mengenali tatapan mata yang sama milik Gavin dari dulu hingga sekarang, sorot mata tajam serta meremehkan. Jelas... pada saat itu, Ferdinand tak bisa melawan atau bahkan memberontak.

Kedua tangananya terikat menyatu dengan sebuah rantai menjuntai menempel didinding, kaki sebelah kanannya ditahan sebuah bola besi yang dimana pergerakan tubuhnya terbatasi.

Tangan putih milik Gavin masih mencengkram rahangnya, tidak terlalu keras dan tidak terlalu pelan, hanya... cengkraman yang cukup kokoh untuk tidak bisa membuat seseorang berpaling untuk tidak menatapnya.

"Aku ingin mati" satu kata terlontar dari mulut Ferdinand yang terkunci, keinginan yang ia pupuk jauh sebelum ia berakhir didalam sana. Gavin justru tersenyum mendengarnya dan melepaskan cengkramannya.

"Kau seharusnya memohon hidup padaku" dengan gerakan angkuhnya ia menatap Ferdinand meremehkan, nyawa semua orang yang berada didalam sel-sel ini ada ditangannya.

"Tolong... biarkan aku mati" ada kesungguhan dari balik kedua bola mata tersebut, sebuah keputus asaan yang memuncak didalamnya.

"Katakan padaku... kenapa aku harus melakukan itu ?"

"Karena... hanya anda yang bisa melakukan itu" jawab Ferdinand yakin, Gavin terdiam sesaat sebelum ia merogoh saku jas miliknya. Melemparkan sebuah belati berlambangkan nama Kingston diatasnya.

"Lakukankah..." jawab Gavin "dihadapanku !!" Tambahnya, Ferdinand tampak tak bergeming ditempatnya. "Ck... kau seseorang yang pengecut ternyata"

"Bisakah... anda hanya membunuhku saja, seperti yang lainnya ?" Pinta Ferdinand

"Kau ingin mati ?" Gavin justru balik bertanya "katakan padaku alasan apa sehingga aku harus membunuhmu ?"

"Kenyataan tentang hidup lebih menyiksa daripada siksaan didalam neraka" singkat... itulah alasan Ferdinand menyerahkan nyawanya pada Gavin malam itu dan memohon agar hidupnya diakhiri hanya sampai sana.

Namun...

Gavin berdecak singkat, mengambil kembali belati ditangannya dan mengarahkannya pada rantai yang membelenggu Ferdinand.

"Dengarkan aku... nyawamu sekarang milikku, kau hanya bisa mati ditanganku"

Trak...

Belati tersebut sangat tajam bahkan bisa menyentakan rantai besi tersebut dan malam itu...

Untuk pertama kalinya Ferdinand bertemu dengan Gavin, seorang algojo yang seharusnya membunuhnya pada saat itu tapi... yang terjadi ia justru mempersembahkan hidup dan mati dirinya seumur hidupnya. Pada seorang pria penuh dengan misteri, yang perlahan-lahan menjadi rahasia yang harus ia bungkam hingga mati.

Ferdinand bisa hidup hingga sekarang sebagai tangan kanan Gavin, tapi ia tak melupakan janjinya untuk mati pun berada ditangannya.

Satu-satunya orang... yang memperlakukannya seperti manusia.

Ya...

Begitulah cerita singkat pertemuan Ferdinand dan Gavin yang hanya dapat dimengerti oleh otak mereka masing-masing dan tak perlu menjelaskan atau berusaha mengerti jalan pikiran mereka.

Mereka...

Hanyalah seseorang yang putus asa dan seseorang yang memberikan sebuah harapan hidup, singkatnya seperti itu.

Namun...

Ferdinand menyimpulkannya lebih dari itu, ia tak bisa menggambarkan apa keinginannya. Yang jelas... semua keputusan ada ditangan Gavin dan ia hanya bidik pion yang dimainkan oleh seseorang yang menyusunnya dipapan catur dan Gavin lah orangnya.

Mari kita tutup cerita Ferdinand dengan usahanya kini menemukan keberadaan Sherly dan Gavin dengan satu kesimpulan bulat.

Pencarian diakhiri setelah lima hari lamanya, pencarian tersebut tanpa jejak. Kesimpulan bahwa keduanya sudah mati dan mayat mereka tidak ditemukan adalah kesimpulan terakhir pada akhirnya.

Semuanya hanya bisa mengangguk lemas dan berusaha menerima hasil yang jelas-jelas sudah diterima sejak awal, namun... setelah berusaha setidaknya tidak ada kata menyesal mengikutinya.

Hari itu...

Oscar selaku Beta dari Blackmoon pack menyatakan bahwa Gavin Kingston telah meninggal dunia.

GAVIN (Kingston)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang