Now Play|Berawal Dari Tatap–Yura Yunita
Rasa yang ku kira sudah lama mati,
Ternyata masih hidup dan terus tumbuh.
-YL--Happy Reading🍓🍓-
"Huft! Lega juga akhirnya." Chella menghempaskan badannya ke atas ranjang. Dirinya baru saja menunaikan salat magrib. Chella memejamkan matanya. Namun ada sebuah senyuman kecil terbit di wajah imutnya.
Harinya serasa melelahkan namun membahagiakan juga. Mungkinkah Chella harus mengucapkan terima kasih kepada teman-temannya? Membayangkannya saja membuat darah Chella berdesir. Tetapi sudah sangat lama Chella tidak berkomunikasi dengan Zian. Tidak chattan berdua.
Tok tok tok
"KAAK AYO MAKAN UDAH MALAM. BURUAN!!" lamunan Chella buyar Karen teriakan sang adik.
"Ck, tu bocah kerjanya ngerusuh doang! Kagak ada lain apa?! IYA BENTAR LAGI GUE TURUN. RIBUT BANGET SIH?! PERGII SANA LO." Tak ingin kalah dengan suara sang adik, Chella pun membalas dengan teriakan juga.
"Rusuh bat dah." Dengan cepat Chella turun dari ranjang dan membuka pintu. Menuruni tangga dengan pikiran yang melayang jauh entah kemana. Untung saja tidak terjatuh ketika berjalan.
"Makan Kak," ujar Mama.
Chella menarik kursi di samping kanan sang Mama, "iya, Ma."
Chella mengambil lauk yang tersedia di atas meja dan melahapnya perlahan. Rasa senang yang tadi menghampirinya menguap entah kemana. Selalu seperti ini suasana ruang makan mereka. Bahkan sehari-hari. Hanya ada dirinya, sang adik dan mama nya. Papa Chella? Terkadang pulang. Sangat sulit untuk dijelaskan bagaimana keadaan keluarganya saat ini. Terlalu rumit bagi Chella. Namun Chella menjalaninya dengan santai, tabah, ikhlas, dan selalu berdoa. Meminta yang terbaik. Perubahan.
"Kak? Makan jangan sambil melamun. Dihabisin cepat," titah sang mama.
"Engga kok. Siapa coba yang melamun," kilah Chella.
"Itu pandangannya kosong, Mama lihat kok."
"Engga, Ma... ini mungkin faktor kecapean kali. Banyak banget itu tugas kakak. Kelas tiga kan sibuk bange, Ma. Ujian, ujian dan ujian," ujar Chella dan diakhiri dengan senyuman.
Mama mengambil sebelah tangan Chella dan mengelusnya perlahan. Menyalurkan semangat kepada anak sulungnya, "Belajar yang rajin ya kak. Banggain mama, jadi anak yang sukses. Yang kuat. Kakak kuat. Kita kuat. Oke?! Jangan pikirin yang macam-macam. Pikirin aja sekolah kakak, belajar yang rajin, dan selalu ingat beribadah sama Allah, oke kak?!"
"Siap mama ku! Kakak udah kenyang nih makannya. Kakak ke atas duluan gak apa?" tanyanya sambil tersenyum.
"Iya. Kalau capek istirahat aja ya. Banyak-banyak minum air putih biar gak lemas." Chella mengiyakan perkataan sang Mama dan berlalu dari ruang makan.
Kalau boleh jujur, Chella belum kenyang sama sekali. Ayam goreng kesukaannya baru ia cuil sedikit. Kerupuk yang ia ambil masih tersisa tiga. Tempe dan tahu gorengnya masih ada dua potong lagi. Makanan kesukaannya semua. Meski begitu takkan sanggup dirinya menghabiskan semuanya. Tak mau bila air matanya jatuh dan dilihat oleh mama. Tak ingin membuat mamanya sedih. Dirinya pun tak ingin terlihat sedih di mata siapa pun. Dirinya kuat. Harus kuat. Dirinya sangat benci dikasihani karena dirinya mendapatkan tatapan iba. Sungguh menyedihkan sekali hidupnya.
Chella menghembuskan napas dengan kasar sebelum membuka pintu kamar. Dadanya berat serasa ditimpa batu. Sesak, nyeri menjadi satu. Chella berbaring di tempat tidur dan menatap langit kamarnya. Kilas kejadian 7 tahun lalu terputar di otaknya layaknya kaset rusak. Ketika itu semua terputar, banyak kata andai yang ia keluarkan. Namun apa daya? Semua telah terjadi. Perlahan air matanya menetes. Keluar dari pertahanannya. Otaknya terus memutar memori lama yang telah lama tersimpan. Hingga berjalan sampai saat ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Chellan [TAMAT] ✓
Teen FictionMenceritakan tentang persahabatan dan kisah cinta remaja biasa. Usaha memperjuangkan sebuah persahabatan dan kisah cinta. Memilih antara persahabatan atau cinta. Kisah anak remaja yang terjebak dalam kisah cinta yang rumit. Ketika harus memilih berj...