c h e l l a n : 1 9

112 16 6
                                    

Gadis berpiyama pink itu asyik dengan buku-buku di hadapannya. Tangannya menari dengan lincah di atas kertas putih tersebut. Menuliskan beberapa rumus yang rumit namun sudah menjadi hal yang biasa bagi Chella. Sesekali ia menganggukan kepalanya mengikuti irama lagu yang didengarnya melalui airpods. Memusatkan seluruh perhatiannya ke buku di depannya. Tak peduli dengan notifikasi yang masuk ke ponselnya. Ia seakan memiliki dunianya sendiri. Hanya tersisa lima belas menit lagi dan Chella bisa dengan puas melakukan apapun yang ia inginkan.

Setiap harinya Chella akan senantiasa menyisihkan waktunya untuk belajar meski hanya tiga puluh menit atau satu jam. Entah itu membaca materi yang sudah dipelajari atau belum, membuat tugas rumah yang diberikan, atau sekedar menjawab soal-soal di buku kumpulan soal yang sengaja dibelinya saat menaiki bangku kelas dua belas.

Setelah dirasa cukup, Chella pun bergegas merapikan buku-bukunya yang berserakan di meja. Mengecek jadwal pelajaran esok hari dan menyiapkannya. Jam baru menunjukkan pukul delapan malam. Namun semua tugas Chella sudah rampung, baik tugas dari sekolah maupun kewajibannya di rumah ini.

Setelah semua beres Chella melangkah ke lantai bawah untuk mengecek keadan di sana juga adiknya. Biasanya Fika masih sibuk bermain. Sehingga perlu dikontrol agar tidak tidur kelewat larut.

"Fika," panggil Chella dari balik pintu.

"Iya kak?"

"Belum tidur?" tanya Chella yang sudah berdiri di depan pintu.

"Belum ngantuk. Tadi Fika ada tidur siang," jawabnya dengan ekspresi yang menggemaskan.

Chella berjalan mendekati Fika, "Fika mau tidur di kamar atas atau kamar bawah?" Biasanya kalau Fika ingin tidur di kamarnya sendiri, terpaksa Chella mengikutinya.

"Kamar kakak aja ya?" pintanya.

"Boleh. Yuk kita ke atas." Chella menuntun sang adik menaiki tangga atas. Di tangan Fika ada sebuah boneka beruang berwarna putih juga pensil dan buku gambar. Menggambar adalah hal yang di sukai oleh Fika.

Sebelum benar-benar meninggalkan lantai bawah, Chella kembali mengecek keadaan sekitar. Padahal jam baru menunjukkan pukul delapan malam. Namun suasana rumahnya sudah sangat sepi. Apalagi rumah bak istana yang hanya di tinggali oleh dua orang. Terkadang membuat Chella menjadi takut. Teringat akan film horror yang pernah ia tonton.

"Mainnya sini aja ya? Jangan turun ke bawah atau keluar, oke?" ujar Chella dan di setujui Fika. Segala macam persedian sudah lengkap di kamar Chella. Kamar yang lebih cocok dikatakan sebagai Apartemen

Chella membuka layar ponselnya. Banyak notif yang masuk dari grup Chat kelasnya. Notifnya mencapai enam ratusan. Bahkan lebih. Belum lagi grup chat lainnya. Atau personal chat dari teman-temannya.

Chella baru sadar kalau gurp kelas bisa seramai ini karena besok akan diadakan ulangan Fisika. Teman-temannya yang lain juga ikutan heboh dan Chella-lah yang menjadi sasarannya. Ditanyai berbagai macam hal karena mereka yang kurang mengerti akan materi yang dipelajari. Niat awal yang ingin membuka aplikasi membaca novel kini malah neralih ke WhatsApp. Rata-rata isinnya menanyakan tentang ulangan. Namun ada satu nama yang menari perhatian Chella. pesannya dikirim sejak pukul empat sore tadi.

Memang sejak pulang sekolah tadi Chella tak memegang ponsel sedikit pun. Pulang, berganti pakaian, lalu tertidur. Sore menyempatkan diri untuk memanjakan diri. Selepas maghrib Chella mulai sibuk berkutat dengan soal-soal.

Chella men-scrool pesan WhatsApp yang masuk. Rata-rata pesan dari grup yang ramai. Grup Chat kelas saja sampai lima. Notifnya bahkan sampai ratusan. Kelima grup tersebut memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Dari membahas hal yang memang sangat–sangat penting sampai yang tidak penting sekalipun. Seperti memperdebatkan hal-hal yang sepele, saling mengejek, membalas pesan dengan stiker, bisa juga untuk mengode gebetan, atau sekedar bergibah ria. Membicarakan adik kelas, pedagang kantin, bahkan sampai guru pun menjadi bahan obrolan mereka. Sungguh mereka adalah murid yang durhaka karena suka membicarakan guru. Seperti saat ini misalnya. Terlalu banyak hal yang mereka bahas membuat Chella bingung ingin menanggapi yang mana. Dalam satu grup bahkan sampai tiga topic pembahasan dengan orang yang berbeda-beda. Hal yang semestinya penting, tenggelam karena pembahasan yang tidak penting. Meski begitu kadang kala Chella juga terhibur dengan pesan-pesan yang dikirimkan oleh teman-temannya.

Chellan [TAMAT] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang