Now Play|Sakit Hati–Yovie and Nuno
Happy reading!!
Dua remaja dengan perbedaan tinggi yang berbeda itu kini tengah menikmati minuman mereka masing-masing seraya menatap langit malam melalui kaca besar di sebelahnya. Keduanya sengaja memilih tempat duduk sedikit di pojokan. Agar lebih leluasa.
"Aman, Chell?"
"Ya ... seperti yang lo lihat," jawab Chella setelah menyeruput latte miliknya dan menyandarkan tubuhnya ke kursi.
"Udah coba bicara baik-baik?"
"Kayaknya segala cara udah gue lakuin deh. Sampai rasanya diri gue lelah. Tubuh gue lelah. Pikiran gue lelah. Capek Ta, capek!"
"Sekarang satu-satunya jalan ya berdoa. Semoga nanti setelah UN ada keajaiban dan ortu lo izinin lo untuk ngambil jurusan sastra. Satu jurusan deh kita," kata Novita atau yang akrab Vita atau Ita.
"Semoga aja."
"Eh tapi kan Chell, meski lo nantinya nggak masuk sastra kita tetap satu kampus. In syaa Allah. Lo bisa belajar dari gue, nah gue bisa belajar dari lo! Kita sharing."
Chella tersenyum ke arah Vita "Makasih Vita."
Novita. Sahabatnya sejak kecil sewaktu masih di Bandung hingga dirinya pindah ke Jakarta saat ini. Seseorang yang selalu menamani dirinya, memberikan semangat, selalu menyalurkann energy positif ketika dirinya merasa terpuruk. Menjadi pegangan bagi Chella kala dirinya terjatuh. Tempat Chella bersandar kala Chella butuh sandaran. Novita adalah orang ketiga setelah eyang dan Rachel yang menjadi tempat curhat baginya.
"Udah ah kenapa berasa jadi mellow gini suasananya. Gue kesini ngajak lo untuk ngilangin stress. Biar lo ada kehidupan dikit. Nggak pacaran terus sama buku-buku yang tebal halamannya sampai ribuan itu!" ujarnya berlebihan.
"Lebay deh lo!" Chella memutar bola matanya malas. Bakal kambuh nih bocah. Siap-siap lo ketularan, Chell. Batin Chella.
"Eh ngomong-ngomong soal pacaran nih ya, Chell. Apa kabar dengan gandengan baru lo? Udah nemu setelah si curut itu? Lebih baik apa kagak?" tanya Vita dengan nada menggoda.
"Apaan sih lo? Dia kagak salah! Mantannya aja tuh yang gatal, nggak bisa move on! Alergi gue sama orang modelan begitu!"
"Aelah Chell," decak Vita. Chella yang sedang menikmati latte-nya pun mendongak. Bersiap akan balik protes apabila Vita memprotes ucapannya barusan.
"Mau malam minggu atau nggak, emang kaum jomblo ditakdirkan untuk rebahan di rumah," gumamnya.
"Yang maksa buat jalan siapa?!" Chella kembali meminum latte-nya.
"Kita salah tempat deh kayaknya."
"Maksa lagi keluar!"
"Tapi ada untungnya tau! Ngelihat cogan atau drama ala-ala Korea secara langsung."
"Halu!" Chella masih tetap acuh dan kembali dengan segelas latte di tangannya.
"Ih Chella! Lo liat deh ke arah jam tujuh, meja dua puluh enam," suruh Vita.
"Dih ogah! Maleuss! Paling yang menye-menye!"
"Liat dulu ish! Ntar pas lo liat, baper sendiri asli!"
Chella pun memutar pandangannya ke arah jam tujuh. Meja nomor dua puluh enam.
DEG!
Di sana ada sepasang anak adam yang menatap saling cinta. Berbincang mesra. Menyalurkan rasa cintanya melalui tatapan. Tertawa bahagia yang tanpa sadar membuat hati seorang gadis yang tengah menatap hal itu patah. Ingin marah, memaki, atau melabrak seperti ala-ala itu tak ada hak. Bukan siapa-siapa.

KAMU SEDANG MEMBACA
Chellan [TAMAT] ✓
Teen FictionMenceritakan tentang persahabatan dan kisah cinta remaja biasa. Usaha memperjuangkan sebuah persahabatan dan kisah cinta. Memilih antara persahabatan atau cinta. Kisah anak remaja yang terjebak dalam kisah cinta yang rumit. Ketika harus memilih berj...