Herdy sedang mengikat tali sepatunya saat seorang berjilbab lebar tiba-tiba muncul di depannya. Pelan, Herdy mengangkat kepala hanya untuk menemukan Azizah yang tersenyum menyapa. Herdy sontak menunduk, melanjutkan kegiatannya, menalikan sepatu.
"Assalamu'alaikum, Mas"
"Wa'alaikumsalam"
"Sudah mau pulang ?"
"Iya" singkat Herdy. Dirinya baru menyelesaikan berjamaah shalat ashar dan hendak kembali ke rumahnya. Ini memang hari Kamis, harinya Azizah mengajar anak-anak. Namun bukan berarti Herdy bersengaja datang ke Masjid untuk menemui gadis itu.
Tidak. Herdy tidak senaif itu.
Herdy bangkit, menepuk celananya lalu mengangguk pamit pada Azizah "Saya duluan. Mari"
"Tunggu" seru Azizah, menginterupsi langkah Herdy. Pria itu menoleh sembari menunggu hal penting yang ingin disampaikan Azizah. Azizah mengangsurkan selembar undangan yang diambil dari tas slempangnya. "Saya hanya ingin memberikan ini. Semoga Mas Herdy berkenan hadir di acara walimatun nikah saya. Acaranya dua minggu lagi"
Lima detik pertama Herdy hanya menatap kertas berwarna cream dengan tulisan bercetak timbul warna emas itu dengan tatapan tak terbaca, lalu terdengar tarikan napas sebelum akhirnya menerima undangan itu. "Insya Allah, saya hadir"
Tidak ada alasan untuk Herdy tidak hadir. Ia tidak akan bersikap kekanakan hanya karena pernah mendapat penolakan di masa lalu.
"Mas" Gadis itu tampak gusar, sambil terus memilin ujung jilbabnya. "Boleh saya bertanya sesuatu ?"
Herdy mengedik "silahkan"
"Kenapa... kenapa Mas Herdy cepat sekali menemukan pengganti saya ? Apakah Mas tidak serius dengan lamaran waktu itu ?"
Desir angin berhembus, mengisi kekosongan diantara dua insan yang tampak larut dalam pemikirannya masing-masing. Azizah masih menunggu jawaban atas pertanyaan yang akhir-akhir ini terus mengganggu tidurnya. Dan Herdy yang terheran karena Azizah tiba-tiba mengungkit masalah yang telah lalu.
"Mas tahu ? Saya sempat bertengkar sama Abah, karena beliau mengambil keputusan sepihak, tanpa melibatkan saya didalamnya. Saya coba menghubungi Mas, tapi nomor Mas tidak aktiv. Lalu tiba-tiba kita bertemu lagi, dan Mas sudah menikah. Secepat itu ?" Lanjut Azizah, tanpa repot menyembunyikan getaran dalam suaranya.
Herdy membuang muka, melihat embun membayang pada sepasang kelereng coklat itu. "Kenapa kamu ingin tahu ?"
"Kenapa tidak Mas jawab saja. Kulihat istri Mas sangat cantik"
Entah itu pujian atau sindiran, yang jelas Herdy tidak suka, dirinya dianggap seolah menikahi Nisma karena fisiknya yang --harus diakui-- lebih cantik dari Azizah.
"Maaf Azizah, kamu bukan siapa-siapa saya. Saya tidak berkewajiban menuntaskan kepenasarananmu. Tapi kalau kamu percaya takdir, maka jodoh adalah sebagian dari takdir. Takdirku mungkin bukan bersama kamu, jadi Allah hadirkan Nisma sebagai penggantimu. Itu saja. Assalamu'alaikum" itu adalah kalimat terpanjang yang pernah diucapkan Herdy, sebelum berlalu tanpa menoleh lagi.
***
Nisma berlari kecil, mensejajari langkah Herdy yang telah lebih dulu memasuki pintu bandara sambil menyeret dua buah travel bag. Rencananya mereka akan menempuh perjalanan bulan madu ke Jepang, atas usulan Mama. Tolong digaris bawahi. Karena Herdy tidak terlalu suka berkunjung ke suatu tempat tanpa tujuan penting. Dan honeymoon tidak termasuk ke dalam daftar kepentingan versi Herdy Darmawan.
Itu akan menjadi pengalaman kedua bagi Nisma menaiki pesawat. Sebelumnya Nisma pernah sekali naik burung besi itu saat melakukan study tour ke Bali, jamannya masih SMA. Miris bukan, disaat Allah mengirimkan jodoh seorang pilot, Nisma malah merasa asing dengan kendaraan yang ditangani suaminya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Pengganti (✔)
Spiritual(Start : 14 Juli 2019) (Finish : 06 Maret 2020) "Barang siapa bertaqwa kepada Allah, maka Dia akan mengadakan baginya jalan keluar, dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangka" (Qs ath-thalaaq [65] 2-3) Herdy Fajar Darmawan baru...