Part 6

18.4K 895 20
                                    

Nirmala menyadari ada sesuatu yang salah dengan Nisma, sejak kembali dari kondangan. Nisma menjadi lebih pendiam. Pun keesokan harinya, ketika Herdy berangkat, tak ditemukan Nisma mengiringi suaminya. Sepanjang sisa hari itu Nisma mengurung diri di kamar, dan hanya turun saat makan malam. Itu pun karena Mama yang meminta.

Terhitung sudah tiga hari sampai hari ini Nisma bertingkah aneh. Mama yang juga mengerti dengan situasi yang tengah terjadi, memilih diam. Bukan tidak peduli, hanya saja Mama memberi kesempatan kepada Nisma untuk menyelesaikan masalahnya sendiri, yang sepertinya ada kaitannya dengan masalalu Herdy.

Namun tidak berlaku untuk Nirmala, ia sangat gemas melihat sepupunya menjalani hari tanpa gairah. Sering kali Nirmala memergoki Nisma melamun sampai kehilangan fokus. Seperti saat Nirmala meminta tolong ambilkan susu Haikal, Nisma malah kembali sambil membawa sapu. Mama minta tolong buatkan teh manis, yang tersaji malah teh campur garam.

Tak hanya itu, Nisma nyaris mencelakai dirinya sendiri. Kemarin wanita itu terpeleset karena berjalan sambil melamun di atas lantai yang baru dipel. Padahal Bi Yati sudah mengingatkan kalau lantainya masih licin. Lalu Nisma juga mendapat dua luka di jarinya, saat sedang mengiris sayuran. Lagi-lagi dikarenakan pikiran nya yang sedang kosong.

"Astaghfirullah al 'adzim" Sekarang apa lagi. Nirmala memekik, lalu langkah lebarnya menghampiri Nisma yang tidak menyadari wajan sudah mengepul karena terlalu lama didiamkan dalam keadaan kompor menyala. Setelah mematikan api, Nirmala berujar kepada Bi Yati, yang muncul sambil membawa gelas-gelas kotor bekas tamu. "Bi, tolong lanjutin menggoreng kerupuknya"

"Baik, Neng"

Setelah mendapat sahutan Bi Yati, Nirmala kemudian menarik tangan Nisma menuju kamar milik Nirmala. Mumpung Harris belum pulang, Raydan sedang tidur dan Haikal sedang bermain bersama eyang nya. Ini kesempatan mereka untuk berbicara. Sejujurnya Nirmala tidak ingin ikut campur, namun melihat kondisi Nisma yang kacau, Nirmala tak bisa menahan lagi perasaannya. Ia merasa iba melihat Nisma menyimpan masalah sendirian, sedangkan Herdy masih mengudara.

Nirmala mendudukan Nisma di tepi ranjang, disentuhnya bahu Nisma yang terkulai dengan kepala tertunduk "Teteh kenapa ? Cerita sama aku"

Nisma menoleh, setetes air mata jatuh, lalu semakin banyak, semakin deras. Nisma menangis hebat dalam pelukan Nirmala. "Salah aku apa, Nir ? Kenapa orang-orang gak berhenti menatap seperti itu ? Aku begini, salah. Aku begitu, tetap salah. Bernapas saja sepertinya salah. Aku harus gimana"

Sepertinya masalah Nisma tak sesederhana yang Nirmala pikirkan. Untuk beberapa saat Nirmala bungkam, membiarkan Nisma menumpahkan kesahnya sampai puas, baru nanti bertanya. Tak peduli dengan gamisnya yang telah basah oleh air mata.

"Apa ini ada hubungannya dengan undangan lusa kemarin ?" Tanya Nirmala setelah Nisma sedikit tenang.
Nisma menggeleng, lalu mengangguk. Kernyitan tercetak di kening Nirmala. Ia mengangsurkan segelas air yang tersedia di atas meja, Nisma menerima lalu meneguknya sampai tandas.

"Mau cerita ?"

Bola mata Nisma berputar menerawang, mengingat kembali kejadian yang sudah susah payah Nisma enyahkan dari memori kepalanya. Mengingat artinya mengorek luka lama. Tapi Nisma sangat lelah memendamnya sendirian, ia butuh seseorang yang mau mendengar dan mengerti masalahnya. Dan Nirmala menawarkan diri dengan sukarela.

Nisma menatap kosong gelas di tangannya, menarik napas, lalu mengalirlah cerita dari mulutnya.

Orang bilang masa-masa SMA, adalah masa-masa terindah yang sulit dilupakan. Tetapi itu tidak berlaku untuk Nisma. Keluarga Nisma tidak ada yang tahu kalau Nisma pernah mengalami pembullyan parah di sekolahnya, karena selama ini Nisma selalu menutup mulut rapat.

Jodoh Pengganti (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang