Part 12

19.1K 896 28
                                    

Dua tahun kemudian..

"Dah, sampai" Nisma melepas seatbelt lalu turun memasuki pintu ganda rumah Harris. Herdy mengekori setelah menurunkan kotak-kotak kue dari bagasi.

"Mang Ujang, tolong bantu angkut ke dalam, ya" pinta Herdy pada Mang Ujang yang tengah menggelar karpet di lantai depan.

"Baik, Mas" Mang Ujang menyahut sambil tergopoh-gopoh menghampiri Herdy.

Kue-kue itu sengaja Nisma buat untuk acara kajian di rumah Mama. Kajian itu rutin diadakan setiap bulan oleh ibu-ibu komplek. Biasanya mengambil tempat bergilir, dan kebetulan kali ini jatahnya bagian Mama.

"Assalamu'alaikum" salam Nisma seraya menghampiri Mama yang sedang bermain bersama cucu-cucunya. Ruangan masih lenggang, karena acara baru akan dimulai satu jam lagi.

"Wa'alaikumsalam" sahut Mama dan Naya yang juga hadir, sedang menyuapi Devano.

"Maniiiiisss..." Begitu melihat siapa yang datang, Haikal langsung mencampakan tamiya-nya lalu berlari sambil merentangkan tangan, menubruk kaki Nisma.

"Haaii... Bang Ikal" Mengerti ; Haikal ingin digendong, Nisma mengabulkannya "Wuih, Abang makin berat ya, sekarang"

Balita itu tertawa, membiarkan Nisma menciumi pipi gembilnya.

"Mami bawa kue coklat lho, Abang mau ?"

"Mau" Netra Haikal berbinar, kepalanya mengangguk antusias. Terlalu lama bergaul dengan Nisma membuat Haikal menjadi pemuja rasa manis.

"Kuenya ada sama Papi. Abang turun dulu, gih. Samperin Papinya ke depan" Nisma menurunkan Haikal. Kaki-kaki mungil itu segera berpacu menuju teras sambil berteriak seperti Tarzan.

"Papi.. Papi.. coklat.."

"Abang jangan teriak-teriak" Nirmala muncul sambil membawa baki berisi teh. "Teteh udah dateng" katanya, menyapa Nisma. Pantes, Haikal ngerusuh, ada emak kesayangannya. Gerutu Nirmala.

"Iya. Nir. Mama sehat ?" Nisma mencium punggung tangan Mama.

"Alhamdulillah. Ninis sehat ?"

"Alhamdulillah" sahut Nisma, beralih menyalami Naya seraya menempelkan pipi kanan-kirinya. "Mbak nginep ya ?"

"Iya, udah dua hari. Soalnya Mas Hilman ada tugas ke Padang" Naya bergeser, memberi tempat duduk kepada Nisma di sebelah Mama.

Tak lama Herdy muncul, sambil membawa Haikal di punggungnya.

"Oalah, kirain gendong apa" Mama menggeleng menyaksikan Haikal yang bergelayut seperti bayi koala.  "Kayaknya Haikal lebih nempel ke kamu, Mas. Daripada sama Papanya"

"Di rumah Haikal udah jarang digendong-gendong, takut kebiasaan. Jadi pas Mami sama Papinya dateng, kesempatan banget itu" timpal Nirmala, sambil memisahkan Raydan yang sedang berebut mainan dengan Devano. Mereka memang tak pernah akur setiap bertemu.

"Tunggu saja sampai Mami Papi nya punya dedek sendiri, pasti merasa kesingkir Haikal" Mama tertawa renyah, tanpa menyadari wanita di sampingnya berubah tegang.

Lalu suasana semakin ramai dengan celoteh Divia, yang menceritakan kegiatan sekolahnya. Tawa Haikal yang melengking saat Herdy mengangkat tubuhnya ke udara, menirukan pesawat. Ditambah lagi tangisan Devano saat tubuhnya tersungkur karena didorong Raydan.

Ditengah euforia yang tercipta, terdapat satu wajah yang tampak mendung, meski bibirnya ikut menyumbang tawa. Tawa yang tidak sampai ke matanya. Nisma memutuskan undur dengan alasan ingin membantu Bi Yati menyiapkan kudapan di dapur. Nisma menyibukan diri untuk mengalihkan pikiran.

Jodoh Pengganti (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang