Part 16

19.6K 836 65
                                    

"Aku tak pernah sekalipun menyesali diamku, tetapi aku berkali-kali menyesali bicaraku"

(Umar bin Khattab)

***

Di perusahaan maskapai tempatnya bernaung, Herdy dikenal sebagai sosok yang disiplin dan tak banyak tingkah. Meskipun Herdy tak setampan Willy, namun Herdy berhasil masuk ke dalam jajaran Kapten yang banyak diidolakan. Maka ketika Herdy tiba-tiba dilaporkan atas tuduhan penganiayaan, publik ikut terkejut. Terlebih yang berurusan dengan Herdy adalah anak petinggi.

Cari mati dia.

Namun Herdy dengan tenang menghadapi semua tuntutan itu, dibantu oleh Hilman dan Willy yang bertugas mengumpulkan bukti dan saksi. Herdy mengakui tindakannya melukai Bagas, namun semata-mata Herdy lakukan itu untuk membela diri. Jika Herdy tidak balas menyerang, dialah yang akan celaka.

Seperti yang ia duga, kasus itu akan menyerempet pada kasus lainnya, yaitu tentang kelakuan bejat Direktur. Semua bukti yang terkumpul cenderung menguntungkan Herdy. Akibatnya setelah melewati dua kali sidang, Bagas memilih jalan damai dengan mencabut laporannya, asal Herdy mau membayar denda.

Tidak masalah. Karena tanpa diduga-duga Herdy justru mendapat penghargaan dari pemerintah atas keberaniannya membongkar kebobrokan sang Direktur.

Tak perlu disebutkan berapa nominal yang diterima Herdy, namun jika ditambah dengan setengah tabungannya, cukup untuk membeli sebidang tanah berukuran 30x20 m. Rencananya tanah itu akan Herdy bangun sebuah kedai bakery yang ia persembahkan untuk Nisma.

Nisma itu ibarat jekpot. Nisma ada dibalik keberhasilan Herdy. Doa dan dukungan Nisma yang membuat Herdy berasa kuat. Rezekinya semakin bertambah dan hidupnya semakin berwarna sejak kehadiran Nisma. Senyum Nisma membuat Herdy kecanduan dan sentuhan nya membuat Herdy selalu rindu pulang.

Jadi sudah sewajibnya Herdy menyenangkan Nisma dengan memberi nya ragam hadiah.

***

Herdy setengah berlari memasuki rumah sambil menjinjing map berisi sertifikat. Ia sudah tidak sabar ingin menunjukan itu kepada Nisma. Kira-kira bagaimana reaksi wanita itu.

Itu dia. Nisma sedang duduk sambil bersedekap, cemberut kepada Herdy. Rem kaki Herdy refleks bekerja, roda dalam kepalanya berputar mengingat kemungkinan buruk yang ia lewatkan. Belajar dari pengalaman, Nisma akan mengomel ketika sedang kesal, dan diam saat sedang marah. Jadi, sudah pasti Nisma yang berada dua meter di depan Herdy sedang dalam mode marah.

"Aku melupakan sesuatu" Entah itu pertanyaan atau pernyataan, karena biasanya kemarahan Nisma berawal dari ketidakingatan Herdy. Tidak ingat pulang, misalnya.

"Menurut Aa" Nisma menjawab ketus.

"Apa ?"

"Ya pikir aja sendiri. Aa ada janji apa sama Ninis"

Usia Herdy baru 33 tahun tetapi penyakit lupanya nyaris menyamai Bapak Nisma.

"Janji apa ?" Herdy bergumam sambil memutar mata, mengingat-ingat janji yang terlewatkan. Hal itu semakin memicu kejengkelan Nisma.

"Jam sebelas, A" Nisma memberi clue, seraya mengetuk pergelangan tangan yang dilingkari jam.

Janji. Jam sebelas. "Astaghfirullah, aku lupa" Herdy berjengit. Menengok jam dinding, masih tersisa lima belas menit sebelum jam temu dengan dokter kandungan Nisma.

Jodoh Pengganti (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang