Baiti Jannati

18.8K 853 65
                                    

*) Mohon maaf sebelumnya, extra part ini saya akan bagi menjadi dua bagian, karena terlalu panjang. Jadi nanti saya akan update sekali lagi. Trims

🌳🌳🌳

Anak-anak adalah permata Ayah Bunda, penghibur duka lara, menyejukan mata. Ibarat kain putih yang suci dan bersih, terpulang bagaimana untuk mencoraknya.

***

"Assalamualaikum" salam Herdy seraya mendorong pintu. Senyum terlukis di wajah lelahnya begitu suara hentakan-hentakan kaki berlomba mendekat, dan tunggu tak sampai lima detik pekikan sepasang anak kembar akan memenuhi setiap sudut ruangan.

"Ikumsalam.."

"Ikumsalam.."

Mereka saling bersahutan, dan si sulung Langit lebih dulu mencapai Herdy, lalu melemparkan tubuhnya ke pelukan Herdy yang tengah berjongkok sambil membuka kedua lengannnya lebar-lebar.

"Whoa.. pelan-pelan, Kak" Herdy menangkap Langit yang langsung bergelayut di lehernya. Lantas Herdy melihat Rara yang berhenti lima kaki jauhnya, memegang botol susu sambil cemberut, kesal karena keduluan oleh Kakaknya "Adek sini" Herdy melambaikan tangan.

Gadis berambut ikal itu menghentakan kaki, mendekat, lalu menyusul Langit ke pelukan Sang Ayah. Punya anak kembar, Herdy belajar untuk menyamakan Langit dan Rara dalam segala hal ; kasih sayang, perhatian, perlakuan. Jangan sampai satu diantara keduanya merasa tersisihkan atau diperlakukan tidak adil.

Bergantian Herdy mengecup pipi Langit dan Rara, lalu si kembar pun membalas dengan mengecup pipi Herdy.

"Kenapa belum bobo ?"

"Nunggu Aa" jawaban itu berasal dari wanita yang muncul dengan daster pendek dan rambut dicepol, menghampiri Herdy lalu mencium punggung tangannya.

"Nunggu Aa" Langit membeo.

"Papi" Nisma mengoreksi.

"Papi Aa"

Yah, anak-anak masa golden age memang cenderung akan meniru apa yang mereka lihat dan mereka dengar. Untuk itulah sepatutnya orang tua lebih berhati-hati dalam berbicara dan bertindak di depan anak-anak.

"Papi, ya Papi aja. Jangan Papi Aa" ujar Nisma, sambil memungut ransel yang tergeletak di samping Herdy.

Menggeleng, tangan Herdy menggapai dua tangan mungil si kembar untuk mengajak masuk. "Udah malem, bobo yuk"

"Ndak mau" Langit berseru, sedangkan Rara menggeleng karena mulutnya tengah sibuk menyedot susu.

"Maunya apa ?"

"Main kuda-kuda"

"Yee.. kuda-kuda" Rara menimpali permintaan Kakaknya sambil melompat-lompat. Duduk di punggung Herdy yang merangkak seperti kuda adalah hal yang menyenangkan.

"Nak, Papi capek lho, baru pulang, kasih mimi dulu, nanti maen" Nisma mencoba memberi pengertian.

Rupanya petunjuk Nisma ditanggapi dengan polos oleh Rara. Si bungsu tiba-tiba melepas dotnya dan mengangsurkan ke mulut Herdy "Mimi.." ucapnya, menawarkan.

Jodoh Pengganti (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang