Part 19

20.5K 924 53
                                    

Apa yang terlintas dalam kepalamu jika seseorang berkata  ; "ada tikus di atas lemari" Pastilah yang terbayang adalah hewan pengerat berkaki empat, bernama tikus. Ya, benar.

Atau contoh lain jika seseorang itu mengatakan ; "jangan bertengkar" Kamu mungkin akan berimajinasi tentang dua orang --atau lebih-- sedang beradu mulut, atau beradu fisik. Bukan begitu ?

Itulah yang terjadi ketika orang tua mengajak bicara atau memberi arahan kepada anak kecil. Jika dia berkata "Di sekolah, kamu gak boleh nakal, ya" Secara otomatis yang tertanam dalam kepala anak itu adalah segala jenis kenakalan.

Dan ingatlah naluri alami seorang anak itu adalah sifatnya yang selalu penasaran. Semakin dia dilarang, semakin dia tertantang.

Bagaimana kalau kita ubah mindset-nya menjadi seperti ; "Di sekolah, kamu belajarnya yang rajin, ya" Itu lebih aman.

***

Ibu muda itu segera menghampiri ketika tangis balita cantik itu terdengar mengejutkan semua penghuni rumah. Sebabnya karena balita itu terjatuh dan tertimpa kursi plastik.

Segera diraihnya balita itu dan ditenangkan "Cup, cup, cup. Makanya Ninis maennya jangan lari-lari" lantas Ibu muda itu berpura-pura memukul kursi sambil mengomel. "Kursinya nakal, ya. Uh. Udah, udah Ibu pukul kursinya. Ninis jangan nangis lagi"

Bayangan itu berlalu, berganti menjadi seorang gadis berkuncir dua yang sedang menunduk di depan Ibunya yang berkacak pinggang.

"Bisa jelasin ke Ibu, kenapa kamu berantem sama Romi ?"

Dengan takut-takut Nisma kecil menjawab "Romi dorong Ninis. Ninis jatuh, terus Ninis pukul Romi"

"Ya Allah, Nisma Dwi Hapsari, gara-gara kamu, kamu tahu Ibu dipanggil ke sekolah. Kamu tahu Romi hidungnya berdarah. Kamu tahu Ibu harus ganti biaya pengobatan ? Siapa yang ngajarin kamu berantem" nada  bicara Ibu Erni meninggi, membuat Nisma semakin menunduk ketakutan.

"Maafin Ninis, Bu"

"Pokoknya selama seminggu kamu gak boleh jajan. Ibu gak punya duit"

"Ibu.." Nisma mulai menangis. Bagaimana pun dia masih kecil. Jajan adalah kebutuhan primernya."Maafin Ninis, Bu. Ninis janji gak akan berantem lagi"

Namun beberapa hari kemudian, seakan lupa, Nisma kembali membuat ulah. Kali ini karena uang jajannya distop, akhirnya Nisma nekat mengambil uang sang Ibu yang biasa diselipkan di bawah bantal. Nisma menjerit sambil menggedor-gedor pintu. Ruangan itu terlalu gelap dan berbau apek.

"Ibu, Ninis salah. Ninis minta maaf. Jangan kurung Ninis disini, Bu. Ninis takut kecoak. Tolong"

Namun Ibu Erni berlagak tuli, dan membiarkan Nisma terkurung di gudang. Nisma keterlaluan, uang untuk belanja malah diambil dan dibelikan es krim. Memang tidak semua, tetapi Ibu Erni ingin memberi palajaran kepada Nisma, agar anak itu jera dan tak mengulangi perbuatannya.

Hampir tiga jam, dan tangis Nisma tinggal menyisakan isak, akhirnya Ibu Erni membuka kunci pintu dari luar. Namun sebelum itu, Ibu Erni sempat mendikte Nisma untuk terakhir kali.

"Janji gak akan nyuri lagi. Uang Ibu atau uang siapapun"

"Janji, Bu" Nisma mengangguk lemah.

Setelah itu Ibu Erni menuntun Nisma keluar gudang, memandikannya, dan menyuapinya makan.

Malam menjelang, tiba-tiba suhu Nisma mengalami peningkatan. Seluruh tubuhnya panas dan dibanjiri keringat. Gadis itu mengigau dengan mata terpejam.

Jodoh Pengganti (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang