Car free day. Kapan terakhir kali Nisma ikut CFD ? Entahlah. Mungkin saat ia masih kuliah. Nisma lupa, saking lamanya. Untuk seseorang yang tidak bekerja, sangat aneh rasanya momen mingguan seperti CFD saja tidak sempat.
Bukan, bukan tidak sempat. Nisma hanya tidak bisa pergi tanpa seorang mendampinginya. Bagaimanapun status Nisma sudah menikah. Dan teringat nasehat Ibu Erni yang melarang Nisma keluar tanpa izin dari suami. Menghalau fitnah, katanya. Dan Nisma tahu diri dengan kondisi Herdy yang kerjanya melanglang buana, melintasi satu negara ke negara lain, tentu melelahkan. Waktu libur atau akhir pekan, adalah waktu untuk Herdy beristirahat.
Namun kali ini sebuah momen langka terjadi. Setelah pulang dari kajian subuh, Herdy mengajak Nisma bergabung di jalan, menikmati car free day. Jangan tanya bagaimana respon Nisma, tentu saja wanita itu senang bukan main.
Nisma tampak antusias, meski Herdy tahu tujuan utama Nisma ikut CFD bukan untuk berolahraga seperti dirinya. Nisma hanya ingin berburu kuliner dan barang-barang yang biasa dijajakan di pinggir jalan. Makanya Nisma memaksa Herdy mengambil rute sepanjang pertokoan.
"A, istirahat dulu. Ninis capek" itu adalah peringatan ketiga selama satu jam berlari. Dilihatnya Nisma tertinggal di belakang Herdy, sedang mengatur napas sembari menopang tangannya ke atas lutut, seperti posisi rukuk.
Herdy mengusap wajahnya yang berkeringat. Ia sudah biasa berlari, tapi Nisma tidak. Nisma memang agak malas berolahraga.
"Mau pulang aja ?" Tanya Herdy, sambil mendekati Nisma yang kini terduduk di sisi trotoar.
"Nggak. Di rumah jenuh" Nisma meminum air dari tumbler yang menggantung di lehernya. Disaat yang lain menghiasi lehernya dengan kamera dslr, Nisma malah memilih tumbler. No gengsi.
"Terus ?"
"Ya kita jalan aja, jangan lari"
Asiknya dimana. Herdy menggerutu dalam hati. Merebut botol minum Nisma, lalu meminumnya. Herdy tersentak, agak memundurkan kepalanya, saat Nisma tanpa canggung menyeka sisa keringat di wajahnya dengan handuk kecil berwarna pink.
Jujur saja Herdy agak salah tingkah, terutama ketika menyadari beberapa pasang mata terarah kepada mereka, tapi sepertinya Nisma tidak menyadari itu. Masalahnya posisi Nisma sangat dekat, wajahnya sejajar dengan wajah Herdy. Jika dilihat dari jarak tenggang, mereka akan terlihat seperti sedang berciuman.
"Nis, udah" Herdy bergerak gusar. Cuma Nisma yang berhasil membuat seorang Herdy salah tingkah. Lihat saja telinganya sampai memerah padam.
"Emang udah. Yuk jalan lagi" Dengan santainya Nisma berdiri seraya menepuk-nepuk celananya.
Herdy mengikuti sambil sedikit menundukan kepalanya. Ia agak malu sebenarnya. Mendadak Nisma berhenti, tubuhnya terhuyung ke depan karena ditabrak Herdy dari belakang. Untungnya Herdy refleks menangkap pinggang Nisma sebelum wanita itu menyuksruk, mencium aspal.
"Pelan-pelan" tegurnya.
Nisma melotot "Aa yang tabrak"
"Kamu yang berhenti tiba-tiba" ujar Herdy, tak mau kalah.
Nisma mendengus samar, berdiri tegak, menoleh ke arah dua orang yang menjadi alasannya berhenti.
Azizah dan suaminya.
Lagi. Tidak cukupkah setiap hari ia bertemu di lingkaran gerobak Pak Mansyur. Bahkan di luar komplek pun, mereka harus bertemu lagi. Takdir macam apa ini. Gerutu Nisma dalam hati.
Melirik Herdy yang juga menyadari keberadaan sang masalalu, Nisma ingin tahu respon seperti apa yang dipilih Herdy. Apakah ia akan tersenyum, melengos, pura-pura tidak melihat, atau menghindar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Pengganti (✔)
Spiritual(Start : 14 Juli 2019) (Finish : 06 Maret 2020) "Barang siapa bertaqwa kepada Allah, maka Dia akan mengadakan baginya jalan keluar, dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangka" (Qs ath-thalaaq [65] 2-3) Herdy Fajar Darmawan baru...