Berjuanglah Van

2.7K 168 7
                                    

Hari ini tepat 1 Minggu Revan berada di Rumah Sakit. Rasa bosan kerap menghampirinya. Ia tidak tau kapan bisa pulang dan tidur nyaman di kamarnya. Meskipun kamar rawatnya sudah di dekor dengan demikian rupa agar ia nyaman, tetap saja tempat ini tak senyaman kamarnya. Beberapa barang juga sudah ayahnya bawakan untuk Revan, agar anak itu tetap merasa seperti di rumahnya.

Kemarin Revan baru saja menjalani kemoterapinya yang ke-dua. Efek kemoterapinya masih ia rasakan sampai sekarang. Rambutnya semakin rontok dan beberapa kulitnya juga menghitam.

"Mbok sekarang Evan jelek ya?" Tanya Revan pada mbok Sumi yang duduk di sampingnya.

"Nggak Aden tetap ganteng kok." Jawab mbok Sumi yang sedang memotong mengupas buah untuk Revan.

"Mbok Evan pingin pulang, kangen rumah." Ujarnya sambil menatap mbok Sumi.

"Iya, nanti kalo udah sembuh pasti pulang, nih buahnya dimakan ya biar cacingnya nggak bunyi."

"Kapan ya Evan sembuhnya?" Tanya Revan sambil melihat langit-langit kamar rawatnya yang putih.

"Sabar ya, nanti juga sembuh, nih ayok makan buahnya aaaa." Mbok Sumi menyuapkan buah untuk Revan.

Revan menengok dan menatap buah itu.

"Sampai kapan sabarnya Mbok?" Tanyanya sebelum melahap buah yang disodorkan mbok Sumi.

"Evan udah capek." Tambahnya sambil menelan buah pepaya di mulutnya.

"Iya mbok tau Aden udah capek, tapi di sabarin lagi ya, di kuatin lagi. Ikhlas Aden harus ikhlas sama semua ini. Aden ingat Allah itu nggak tidur, Allah tau Aden capek, tapi Allah juga tau Aden kuat." Ucap mbok Sumi sambil mengelus rambut Revan pelan. Meskipun pelan rambut Revan yang mudah rontok itu menempel di tangannya.

"Rambutnya makin rontok ya den?" Tanya mbok Sumi melihat beberapa helai rontokkan rambut Revan di tangannya.

"Iya Mbok, nanti kalo ayah kesini mau di pangkas habis aja. Makin jelek ya Evan nanti tanpa rambut hehe." Ucapnya terkekeh.

"Taruh sini aja mbok." Revan memberikan kantung plastik yang sudah berisi beberapa rambut disana. Mbok Sumi lalu meletakkan rambut milik Revan ke dalamnya.

"Ada rambut atau nggak Aden itu tetap ganteng kok." Ucap mbok Sumi tersenyum agar Revan juga mau tersenyum.

"Makasih ya mbok selalu bilang Evan ganteng walaupun Evan jelek."

"Den Evan emang ganteng kok. Udah ini makan lagi buahnya." Mbok Sumi kembali menyuapkan buah ke Revan.

"Mbok mual." Ucap Revan menutup mulutnya. Mbok Sumi segera meletakkan piring ditangannya yang berisi buah, lalu mengambil wadah yang memang disediakan untuk wadah muntahan Revan.

"Sini muntahin sini." Mbok Sumi menyodorkan wadah tersebut, Revan langsung muntah.

"Maaf bikin jijik." Ucap Revan dengan tubuh yang bergetar dan keringat dingin yang keluar membahasi wajahnya.

"Jangan bilang gitu, nggak papa kok." Ucap mbok Sumi sembari memijat tengkuk leher Revan. Rasa iba itu muncul dihatinya dan tanpa sadar air matanya juga mengalir. Tak tega dengan apa yang ia lihat pada tuan mudanya.

"Sudah?" Tanya mbok Sumi. Revan mengangguk dan menyandarkan kembali tubuhnya. Setelahnya mbok Sumi membuang bekas muntahan Revan. Lalu, kembali dan membantu Revan minum.

"Mbok capek." Lirih Revan dengan air matanya yang membasahi pipi.

"Sabar ya, Aden kuat Aden kuat ya." Mbok Sumi menggenggam tangan Revan dan tangan satunya menghapus air mata Revan.

"Capek, sakit." Adu Revan dengan tangisnya yang semakin terisak.

"Apanya yang sakit, mbok panggil dokter ya?"

Tentang Dia RevanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang