Sesampainya di Rumah Sakit Rafi langsung menuju ICU.
"Gimana kondisi Revan?" Tanya Rafi pada kedua sahabat Revan.
"Lagi ditangani lagi sama dokter om." Jawab Rizki menunduk.
"Tapi nggak papa kan?"
"Semoga aja nggak papa om." Jawab Zefan kali ini.
Di dalam dokter Nerin sedang berusaha menangani Revan. Irama jantung Revan terus menurun. Dokter Nerin sedang berusaha mengembalikan irama jantung Revan dengan normal, menggunakan alat pacu jantung. Tapi, tak kunjung berhasil. Beberapa menit setelah mendapat penanganan, monitor di samping dokter Nerin berbunyi dengan nyaring. Menampilkan garis lurus pada semua bagiannya. Dokter Nerin menggeleng, lalu mengecek nadi Revan. Tapi, nihil ia tidak menemukannya. Itu artinya Revan sudah menyerah. Ia menggeleng keras. Ia masih tidak percaya bahwa ini terjadi begitu cepat pada Revan. Ia menegang di tempatnya, ia menatap wajah Revan yang tidur dengan damai sekarang tak ada gurat kesakitan tergambar di wajah itu.
"Waktu kematian pukul 11.00 WIB dok." Ucap salah satu suster sambil menuliskan waktu kematian Revan. Dokter Nerin mengangguk, lalu melipat kedua tangan Revan di atas dadanya.
"Van, kenapa secepat ini?" Seru dokter Nerin tangannya beranjak mengusap pipi Revan.
"Kalian urus dan copot semua alatnya, saya mau keluar kabarin keluarganya." Ujar dokter Nerin lalu berjalan gontai keluar dari ruangan.
"Rin, gimana kondisi anakku?" Tanya Rafi mendekat ke arah dokter Nerin.
"Fi, kamu yang sabar ya." Ujar dokter Nerin sambil menatap Rafi dengan sendu dan langsung memeluk Rafi begitu saja.
"Ada apa Rin?" Tanya Rafi penuh kekhawatiran.
"Allah lebih sayang Revan Fi, kamu yang sabar ya Fi." Seru dokter Nerin dengan derai air mata yang mulai membasahi pipinya.
"Maksudmu?" Rafi masih berusaha berpikir positif bahwa tak ada yang terjadi dengan Revan.
"Maaf Fi, karena aku belum bisa menyelamatkan Revan. Maaf Fi, kami sudah melakukan yang terbaik tapi Revan menyerah." Rafi mulai tersadar ada yang tidak beres dengan Revan. Ia melepas paksa pelukan dokter Nerin, lalu berjalan mendekat ke arah pintu.
"Re Revan nggak ini nggak mungkin." Teriakan itu melengking dari mulutnya saat melihat semua alat yang menempel di tubuh Revan mulai di lepas dan bunyi monitor tidak lagi ia dengar. Zefan dan Rizki ikut mendekat saat mendengar lengkingan suara itu. Mereka berdua sama terkejutnya, melihat apa yang terjadi di dalam.
"Apa maksudnya dok?" Tanya Rizki.
"Revan menyerah."
"Maksudnya Revan meninggal? Nggak nggak ini nggak mungkin kan dok?" Seru Zefan sambil menggeleng.
Bruukk
Saking shock nya Rafi sampai pingsan, tubuhnya meluruh mengenai lantai.
"Astaga Fi." Pekik dokter Nerin lalu mendekat ke arah Rafi.
"Suster tolong." Serunya sambil menopang kepala Rafi dan menepuk-nepuk pipinya.
Tak lama beberapa perawat datang dan langsung membawa tubuh Rafi menuju UGD.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Dia Revan
Teen FictionIni tuh cuma cerita seorang Revan yang jalani hari-harinya sebagai penderita kanker. Cara dia lewatin masa sulitnya. Selesaiin semua harapannya dan belajar ikhlas menjalani hidupnya. Nggak lebih dari itu semua, ini cerita pertamaku. Makasih ya udah...