Sejak keluar kamar tadi Revan sudah sibuk membantu mbok Sumi di dapur. Meskipun sudah di larang oleh si mbok, Revan tetap kekeh membantunya.
"Mbok capek nggak?" Tanya Revan yang berdiri di dekat mbok Sumi.
"Kenapa nanya gitu den?" Tanya mbok Sumi balik, ia menghentikan aktivitasnya memotong daun bawang.
"Nanya aja hehe." Jawab Revan terkekeh.
"Aden mah suka aneh-aneh aja nanyanya."
"Ihh nggak aneh kan cuma nanya mbok capek nggak gitu, terus mbok tinggal jawab aja, kalo capek jawab iya kalo nggak jawab nggak gitu doang." Seru Revan.
"Emang kalo mbok jawab den Evan mau gimana?"
"Ya kalo misalnya mbok jawab capek, nanti Evan ajak mbok ke mall dan jalan-jalan. Kalo jawabannya nggak, Evan nggak percaya sih, soalnya pasti mbok capek, seharian kerja terus."
Mbok Sumi melihat ke arah Revan dan tersenyum.
"Emang Aden punya uang mau ajak mbok jalan-jalan?" Tanya mbok Sumi.
"Dihhh meragukan Evan, ya punya dong banyak malah, buat bawa mbok jalan-jalan doang mah gampang dan nggak akan habis." Ucap Revan. Mbok Sumi di buat terkekeh karena kelakuan tua mudanya itu.
"Dihh kok malah ketawa, beneran ihh mbok, kalo mbok capek kita jalan-jalan hari ini sama Evan."
"Iya iya mbok percaya kok, kalo uang den Evan banyak."
"Jadi gimana mbok capek nggak?"
"Mbok emang capek, tapi mbok tau den Evan lebih capek. Jadi, mbok nggak mau jalan-jalan. Biar den Evan hari ini istirahat, udah 2 hari Aden keluar rumah terus loh. Kalo kenapa-napa mbok yang kena marah tuan. Nanti kalo den Evan udah sembuh, baru jalan-jalan ya." Ucap mbok Sumi dengan lembut.
"Tapi Evan nggak papa kok, Evan sehat mbok. Dijamin aman." Ucap Revan.
"Tapi, kondisi den Evan kan sekarang nggak bisa ditebak, pokoknya istirahat dulu ya, mbok janji kalo den Evan udah sembuh total, mbok mau den Evan ajak jalan-jalan kemanapun."
"Iya kalo bisa sembuh, kalo nggak sembuh?" Tanya Revan sambil tersenyum kecut.
"Nanti mbok nyesel loh karena nggak nurutin Evan, gimana kalo ini kesempatan terakhir mbok sama Evan." Tambahnya.
"Husssst nggak boleh bicara kayak gitu, aden pasti sembuh. Harus yakin yah, nggak boleh pesimis gini. Mbok tau den Evan itu kuat, dulu aja waktu kecil jatuh kakinya berdarah nggak nangis. Jadi harus sekuat itu ya."
"Udah jangan sedih dong, katanya mau bantuin mbok masak. Aden potongin sayurnya ya, mbok goreng ayam sama bikin mendoan ya." Revan menghela napas dan mengangguk.
"Nah gitu dong, harus semangat ya."
"Iya mbok, yaudah ini Evan bawa ke meja ya." Revan membawa wadah berisi sayuran untuk sup.
"Iya den." Ucap mbok Sumi.
"Beri kesembuhan untuk den Evan yaallah." Gumam mbok Sumi sambil memperhatikan Revan.
Revan duduk dan mulai memotong wortelnya.
"Mbok gini kan motongnya?" Tanya Revan memperlihatkan hasil potongan wortelnya. Mbok Sumi yang sedang menggoreng ayam menengok dan melihat potongan wortel Revan.
"Iya gitu, hati-hati motongnya ya." Ujarnya, Revan mengangguk lalu kembali memotong wortel yang akan digunakan mbok Sumi untuk sayur sup. Saat memotong wortel kepala Revan tiba-tiba pening, pandangannya jadi memburam. Revan menghentikan aktivitasnya, ia memijat keningnya perlahan. Benar kata si mbok kondisi Revan itu tak bisa tertebak. Tubuhnya bisa tiba-tiba tak enak, padahal ia merasa sehat sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Dia Revan
Novela JuvenilIni tuh cuma cerita seorang Revan yang jalani hari-harinya sebagai penderita kanker. Cara dia lewatin masa sulitnya. Selesaiin semua harapannya dan belajar ikhlas menjalani hidupnya. Nggak lebih dari itu semua, ini cerita pertamaku. Makasih ya udah...