Bermain Bersama

125 16 0
                                    

Sungguh ini benar-benar membuatku tak bisa bergerak. Jantungku berdegup sangat kencang. Aku pikir mungkin detak jantungku terdengar olehnya. Tak tau aku harus bagaimana untuk menenangkan jantung ini.

"Hei, biasa aja kali. Ga usah sampai deg-degan kaya gini" ucap kak Edwin menyadarkanku

"Hah.. Eh.. Aku ga deg-degan kok" jawabku mengelak

"Nadi ga bisa boong" ucapnya sambil memegang nadi di tanganku

"Cieeee Risyaaa...." sorak teman-temanku

"Ehmm udh ayo lanjut jalan lagi" ucapku sambil melepas pegangan tangan kak Edwin dan mulai berjalan.

Benar-benar suasana saat ini sungguhlah indah. Maka nikmat tuhan manakah yang kamu dustakan. Matahari yang menyinari bumi hari ini begitu terik, namun tak terasa panas karena diikuti oleh angin yang hilir mudik memberi kesejukan. Rasanya ingin aku berlama-lama disini bersamanya, bersama mereka yang selalu ada saat aku sedih maupun senang.

Terimakasih Tuhan, engkau telah mengirimkanku mereka untuk menemaniku di dunia ini. Sungguh aku beruntung memiliki mereka yang tak pernah menilaiku dengan sebelah mata. Yang selalu mengingatkanku dikala aku salah, dan selalu menyemangatiku dikala aku terpuruk.

"Hei ngelamun mulu" sapa kak Edwin yang menyadarkanku dari lamunan ini.

"Eh iya kak ada apa?" tanyaku polos karena terkejut oleh sapaannya.

"Naik perahu yuu" ajak Sella

"Ayoooo" ucap semuanya serentak kecuali aku dan kak Edwin.

"Risya..?" tanya Nina

"Ehm... Kayanya aku engga deh, aku nunggu disini aja ga papakan?" jawabku

"Hem... Payah" sindir kak Edwin

Diremehkan oleh seseorang adalah salah satu sikap yang paling aku tidak sukai. Maka dari itu dikala ada seseorang meremehkanku, aku akan membuktikan padanya kalau aku bisa.

"Oke fine, aku ikut. Tapi aku sama Nina naik perahunya" jawabku lagi

"Apaan sama Nina, gue mau Nina Ris" ucap kak Aldi

"Udah kamu sama Edwin aja" balas kak Reyhan

"Ya udah buruan ga usah banyak ngobrol, keburu sore nih. Airnya nanti keburu naik" ucap kak Edwin

Semuapun menaiki perahu masing-masing, dan aku harus satu perahu dengan pria yang menyebalkan ini. Tapi kenapa hati ini berdebar terus sihh. Jadi bingung dengan perasaan ini. Terkadang aku sebal padanya, dan terkadang pula aku suka dengan senyumnya. Ahhh...

"Bentar dong kak, aku kan belum naik" ucapku saat kak Edwin mulai menggerakkan perahunya.

"Oke, buruan" jawabnya lagi.

Perahupun mulai melaju, dan kalian pasti tahukan siapa yang mendayuh. Ya, betul kak Edwin lah yang mendayuh. Jujur, sebenarnya aku tuh ga bisa mendayuh haha.

"Ris, tolong fotoin aku dong" teriak Nina dari perahunya.

"Iya.. Satu..dua...tiga..." ucapku sembari menekan tombol kamera.

"Sekarang aku fotoin kalian yaa" ucap Nina lagi

Aku dan kak Edwin pun berpose untuk di fotokan oleh Nina.

Tak terasa langitpun mulai gelap. Matahari mulai redup. Air mulai pasang. Dan kami mulai bergergas untuk pulang.

Tak lupa kami melaksanakan sholat magrib berjamaah terlebih dahulu. Hingga akhirnya kami sampai di rumah masing-masing. Mengenang betapa banyak kenangan yang kami dapatkan hari ini.

Rasanya ingin sekali waktu terulang kembali, kembali menikmati waktu bersama mereka, mereka yang selalu ada disaat aku senang ataupun sulit, yang selalu mengingatkanku saat aku salah, dan selalu memberiku semangat saat aku terpuruk.

Kawan terimakasih untuk semuanya. Takkan pernah bisa ku balas semua pengorbanan kalian. Takkan pernah kulupakan semua kenangan manis ataupun pahit yang telah kita lalui bersama. Hingga tiba saatnya nanti maut yang memisahkan kita.

Kami pun berjalan menuju pintu keluar. Saat di perjalanan kami menemukan kucing yang sangat lucu sekali. Bulunya yang berwarna hitam dan putih dengan ekor yang panjang, membuat kucing ini sangat lucu untuk pecinta kucing. Seketika semua memberi isyarat pada kucing itu agar menuju kearah kami.

"Meng..mengg sini meng" kata-kata yang hampir mereka semua ucapkan adalah itu.

Namun tidak denganku. Aku adalah satu-satunya orang yang takut dengan kucing saat ini. Mereka semua berani memegang kucing, sedangkan aku menjauh dari mereka.

Alhasil mereka menjahili aku dengan kucing itu. Sebenarnya aku juga suka kucing, tapi aku takut jika kucing itu mendekat apalagi kalau aku disuruh memegangnya aku taku sekali.

"Risya.. Mau kemana?" tanya Nina

"Engga kemana-mana kok Nin, aku cuman mau duduk disana aja" jawabku.

"Sini Ris, lucu banget nih kucingnya. Eh iya Risyakan takut sama kucing" ucap Nina.

"Oh, pantesan dia ngejauh, huh payah" ucap kak Edwin.

"Apaan sih" ucapku kesal sambil terus berjalan menuju tempat duduk yang aga jauh dari mereka.

Aku membuka ponselku untuk mencari kesibukan sendiri. Tiba-tiba ada sesuatu yang menginjak pundakku. Saat ku lihat pundakku ternyata itu kaki kucing.

"Astagfirullah" ucapku sembari berdiri dan berlari menjauhi kucing itu.

"Sumpah ya ga lucu" ucapku dengan nada marah.

Akupun pergi menuju pintu keluar. Mereka memanggilku dari belakang, tapi tidak ku hiraukan. Aku tetap berjalan cepat menuju pintu keluar sembari memesan ojek online agar aku bisa pulang duluan dari mereka.

Ojek online kupun datang, aku pun segera menaiki motornya dan mereka memanggilku sembari berlari.

Aku sungguh kesal pada mereka. Sudah tahu aku takut kucing, tapi mereka tak mengjiraukan rasa takut aku. Hingga sampailah aku di rumah.

Tak berapa lama merekapun datang ke rumah untuk meminta maaf. Namun karena aku masih kesal pada mereka aku tak mau menemui mereka, hingga akhirnya mamah membujukku untuk menemui mereka.

"Risya maafin kita ya" ucap Nina dengan nada yang benar-benar merasa bersalah.

"Hemm" jawabku ketus.

"Ris, maksud kita kan tadi bercanda" ucap Kak Edwin.

"Bercandanya udah kelewatan" jawabku ketus lagi.

"Ya udah deh, kita yang salah. Jadi kita minta maaf ya Ris" ucap Kak Edwin lagi.

"Ya emang kalian salah" jawabku ketus lagi.


"Ris, kita benar-benar minta maaf. Kamu maafin kita kan?" ucap Leni.

"Iya" ucapku simple.

"Ya udah, udah dimaafin kan. Sekarang kita pulang aja udah malam yu" ucap Kak Edwin.

"Tante kita pulang dulu ya, assalamualaikum" ucap Kak Edwin disusul oleh yang lainnya.

Mereka pun pulang ke rumah masing-masing.































Mau tau lanjutan selengkapnya? Jangan lupa klik bintang dan beri saya komentar yaa.

Terimakasih untuk kalian yang mau membaca cerita ini.
Sungguh ini cerita pertamaku di wattpad. Jangan lupa terus support aku ya

Terimakasih😊

My Senior KampusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang