Mencoba Melawan Amarah

106 15 0
                                    

Akupun pergi menuju pintu keluar. Mereka memanggilku dari belakang, tapi tidak ku hiraukan. Aku tetap berjalan cepat menuju pintu keluar sembari memesan ojek online agar aku bisa pulang duluan dari mereka.

Ojek online kupun datang, aku segera menaiki motornya dan mereka memanggilku sembari berlari. Aku sungguh kesal pada mereka. Sudah tahu aku takut kucing, tapi mereka tak menghiraukan rasa takut aku. Hingga sampailah aku di rumah.

Tak berapa lama merekapun datang ke rumah untuk meminta maaf. Namun karena aku masih kesal pada mereka aku tak mau menemui mereka, hingga akhirnya mamah membujukku untuk menemui mereka.

"Risya maafin kita ya" ucap Nina dengan nada yang benar-benar merasa bersalah

"Hemm" jawabku ketus

"Ris, maksud kita kan tadi bercanda" ucap Kak Edwin

"Bercandanya udah kelewatan" jawabku ketus lagi

"Ya udah deh, kita yang salah. Jadi kita minta maaf ya Ris" ucap Kak Edwin lagi

"Ya emang kalian salah" jawabku ketus lagi

"Ris, kita benar-benar minta maaf. Kamu maafin kita kan?" ucap Leni

"Iya" ucapku simple

"Ya udah, udah dimaafin kan. Sekarang kita pulang aja udah malam " ucap Kak Edwin

"Tante kita pulang dulu ya, assalamualaikum" ucap Kak Edwin disusul oleh yang lainnya

Mereka pun pulang ke rumah masing-masing.
Sungguh aku benar-benar kesal pada mereka. Tapi aku tak bisa marah. Aku hanya bisa diam tak berkata. Sebenarnya aku ingin besikap bisaa saja pada mereka. Namun wajah ini tak mendukungku untuk melakukannya.

"Risyaaa" teriak Leni

"Iya" jawabku datar dengan wajah yang datar pula

"Masih marah?" Tanya Leni kembali

"Engga ko" jawabku lagi-lagi dengan nada dan mimik wajah yang datar

"Ya udah deh kita ke kantin yu, sarapan" ajak Leni

Aku hanya membalas dengan senyuman. Ya senyuman yang hanya bertahan 1 detik. Di kantin sudah ada Nina dan Sella. Mereka pun menyapaku layaknya orang tak ada masalah. Ya emang tidak ada masalah sih. Kami pun mulai makan.

"Udah baikan nih" ucap seseorang dari arah belakang, suara yang tak asing ku dengar

Aku pun melihat ke arah belakang, ternyata benar saja dia kak Edwin senior yang benar-benar menyebalkan. Tiba-tiba dia memberi kita selembaran yang berisi pengumuman tentang pertandingan basket.

“Apaan nih?” tanyaku

“Bisa baca kan?” jawabnya sembari pergi meninggalkan kita

“Ihh nyebelin” ucapku menggerutu

“Wah ada pertandingan basket nih, nanti kita nonton yuu?” ajak Leni yang memang sangat suka dengan olahraga yang satu ini

“Ayo-ayoo udah lama juga nih kita ga nonton pertandingan kaya gini” sajut Sella

“Bener banget, pasti nanti yang main basket ganteng-ganteng deh” ucap Nina

“Idihh apaan sih Nin, kalian aja deh yang nonton. Kayaknya aku engga deh” ucapku

“Kenapa Nin, bisaanya kamu mau nonton pertandingan” Tanya Sella

“Alah pasti gara-gara yang waktu itu ya? Kamu masih trauma Ris?” Tanya Nina

“Heem” jawabku

“Ayolah Ris, dijamin kok kalau kali ini pasti safety pertandingannya” ucap Leni

My Senior KampusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang