Menentukan Keputusan

128 15 1
                                    

**************** POV RISYA ***************

Cincin ini sudah terpasang di jari manisku. Aku pun harus memfikirkan keputusan apa yang harus aku ambil. Sungguh ini membuat asam lambungku naik, aku pusing dan mual saat ini. Apalagi ditambah dengan pernyataan dari ibunya kak Edwin.

"Sembari menunggu keputusan, neng Risya berangkat ke kampusnya barengan sama Edwin aja ya."

"Ehm.. ga papa bu Risya bisa naik motor sendiri ko hehe." jawabku yang diam-diam menolak pernyataan ibu kak Edwin

"Ga papa neng, biar sekalian ada yang jagain neng Risya, ya." ucap ibu kak Edwin lagi dan aku hanya bisa membalas dengan senyuman.

Alarm berbunyi menunjukan pukul 03:00 WIB. Aku pun bangun untuk menunaikan ibadah shalat tahajud. Dengan menahan rasa kantuk, aku tetap shalat.Banyak sekali yang ku inginkan, terlebih lagi tentang keputusanku nanti. Apakah aku harus menerimanya atau tidak.

Selesai shalat tahajud aku bergegas untuk mandi sembari menunggu shalat shubuh. Selanjutnya aku bersiap-siap untuk pergi ke kampus, dan tak lupa aku memanaskan motor yang akan ku gunakan.

"Teh, mau kemana?" Tanya Ayah

"Mau panasin motor yah, kenapa yah?" Jawabku

"Ngapain dipanasin, kan nanti teteh di jemput" ucap Ayah

"Dijemput siapa yah? Diantar Ayah?" Tanyaku

"Teteh beneran lupa, atau pura-pura lupa? Kan nanti teteh berangkat kuliahnya bareng Edwin" jelas Ayah

"Astagfirullah, bener-bener lupa yah" jawabku sambil cengengesan

"Yaudah sini makan dulu" ajak Ayah

"Assalamu'alaikum" ucap seseorang di depan pintu rumah

Tak salah lagi ini pasti suara dia. Ya, dia yang akan jemput aku. Huh deg-degan banget aku.

"Wa'alaikumsalam" jawab semua yang sedang ada di meja makan

"Tuh teh buka pintunya" pinta mamah

"Iya mah" jawabku

"Wa'alaikumsalam" jawabku lagi

"Udah siap?" Tanya kak Edwin

"Belum, aku belum selesai makan" jawabku

"Oh ya udah sana makan dulu" ucapnya

"Iya, masuk dulu aja" ajakku

"Ga papa nunggu di luar aja, takutnya lagi family time" jawabnya

"Ga papa masuk aja, eh kak Edwin udah makan?" ajakku lagi sembari memperlebar bukaan pintu rumah

"Eum nanti aja di kampus, ya udah kamu sana makan lagi" suruhnya. Akupun melanjutkan makan.

"Udah makan belum a" tanya Ayah

"Nanti aja yah" jawabnya

"Sini makan dulu aja. Jangan sampe nyetirnya ga fokus" ajak ayah sambil mempersiapkan satu piring di samping Ayah, tepat di depanku

"Iya yah, makasih" jawabnya

"Makan yang banyak biar sehat" ucap Ayah
Kami pun makan bersama. Selesai makan aku dan kak Edwin segera berangkat ke kampus.

"Yah, mah. Risya berangkat ya. Assalamu'alaikum" pamitku kepada ayah dan mamah yang disusul oleh kak Edwin

"Edwin juga ya mah,yah. Assalamu'alaikum" ucapnya

"Iya hati-hati, wa'alaikumsalam" jawab mamah dan ayah berbarengan

Kita pun bergegas ke kampus.

"Pake safety belt nya" ucap kak Edwin

My Senior KampusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang