Chapter 2: Breakeven

698 139 22
                                    

1 tahun yang lalu

"Hiiro-san, ada yang ingin aku bicarakan. Bisakah kau menemuiku dia atap rumah sakit sekarang?!"

Terdengar suara Emu yang menghubungi  Hiiro melalui ponselnya tepat setelah Hiiro memasuki CR.

"Ada apa magang? To the point saja sekarang!" jawab Hiiro yang terlihat lelah. Bagaimana tidak lelah, dia baru saja menyelesaikan operasi yang memakan waktu cukup lama dan sekarang hanya ingin duduk dan memakan sesuatu yang manis untuk menghilangkan penatnya.

"Aku mohon, Hiiro-san! Ini tidak akan memakan waktu lama! Aku janji!" rengek Emu kepada Hiiro yang membuat Hiiro menyerah.

"Baiklah! Baiklah! Tunggu aku disana!" jawab Hiiro lalu menutup telponnya dan segera menuju ke atap rumah sakit,  menyusul Emu yang tengah menunggunya.

.

.

.

.

.

Emu duduk menyender di sudut pinggiran gedung. Wajahnya terlihat gelisah. Jantungnya berdebar begitu kencang hingga rasanya susah untuk mengendalikannya. Emu memegang dadanya lalu berusaha mengatur nafasnya agar debaran jantungnya lebih teratur. Entah kenapa tiba-tiba dia ingin melarikan diri dari tempat itu. Tapi kakinya terlalu lemas untuk melakukan hal itu. Apa dia bersembunyi saja dan membatalkan niatnya berbicara dengan Hiiro?

Ya, sepertinya dia lebih baik segera bersembunyi sebelum Hiiro datang!

"Oi, Magang!" panggil Hiiro menghentikan langkah Emu yang berencana melarikan diri.

Sial!!

Emu mengumpat dalam hati. Ternyata langkah yang diambilnya terlambat. Emu menoleh ke arah Hiiro dan menyunggingkan senyum kaku— terpaksa.

"Hi-Hiiro-san! cepat sekali sampai disini!" tanya Emu gugup ketika melihat Hiiro yang telah datang dan mulai mendekatinya.

"Kebetulan aku berada di CR ketika kamu menelponku. Jadi tidak memakan waktu yang lama untuk kesini." jelas Hiiro yang telah berada tepat di depan Emu.

"Jadi...,"

"Apa yang kamu mau bicarakan magang!?" tanya Hiiro tanpa basa-basi yang membuat Emu semakin salah tingkah. Wajahnya bersemu merah dan nafasnya tersengal. 

"Eh Hi-Hiiro-san? Se-Sebenarnya aku ingin me-mengatakan kalau a-aku....a-ku...." suara Emu terdengar mencicit hampir tidak terdengar dengan wajah memerah, apalagi Hiiro kini berada tepat dihadapannya.

Hiiro yang melihat wajah Emu yang mulai memerah terlihat khawatir. Dokter bedah itu lantas memegang dahi dokter muda itu dan mengechek keadaannya.

"Magang? Kamu sakit? Wajahmu memerah?" tanya Hiiro yang membuat Emu semakin memanas

Sedetik kemudian Hiiro membulatkan mata ketika Emu mendekat. Tanpa sadar Emu mengecup bibir Hiiro dengan lembut, lalu menatap Hiiro yang terkejut dengan sikap Emu yang tidak biasanya.

"Aku menyukaimu , Hiiro-san

Hiiro hanya menatap Emu  dan terdiam tidak bisa berbicara. Wajah Hiiro berubah menjadi gusar dan kalut. Dia tidak menyangka Emu akan melakukan hal sejauh ini. Dia tidak nyaman dengan ini semua. Hiiro masih belum bisa membuka hati untuk orang lain selain Saki, bahkan untuk Emu yang telah mejadi teman dekatnya selama ini.

[FF] 𝔹ℝ𝔼𝔸𝕋ℍ𝕃𝔼𝕊𝕊 [✔️] #Wattys2021Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang