Chapter 20: Always Somewhere

494 118 157
                                    

Langit pagi ini terlihat sangat teduh dan lembut. Bunyi tetesan hujan yang telah menyelesaikan tugasnya menyirami bumi memberi ketenangan bagi para pengejar mimpi yang telah bangkit dari pulau kapuk yang terlihat selalu nyaman ketika pagi menjelang. Pagi itu seperti biasa, Hiiro melangkahkan kakinya menuju sebuah toko bunga langganannya yang tepat berada di dekat rumah sakit untuk membeli buket bunga lily cantik favorite Emu. 

"Seperti biasa kah Kagami-sensei?" sapa wanita paruh baya menyapa sang dokter jenius muda dengan senyum ramahnya.

Hiiro menganggukkan kepalanya dan membalas senyum wanita pemilik toko bunga itu yang kemudian dengan cekatan merangkai buket bunga lily yang selalu dipesan setiap pagi oleh sang Dokter Jenius. Hanya rangkaian tanpa ada kartu ucapan yang biasa dilakukan oleh seorang pria kepada gadis pujaannya. Lagipula jikalaupun dia menyelipkan sebuah kartu ucapan, sang  Pediatric manis itu tidak mungkin akan membacanya.

Ya, sang dokter manis kini masih berbaring lemah di ranjang rumah sakit. Sudah hampir dua minggu pasca kejadian yang tidak terlupakan itu, sang gadis masih belum membuka matanya seakan enggan untuk menghadapi kenyataan yang tengah terjadi. Hiiro setiap hari tidak pernah absen mengunjungi dan menemani sang  Pediatric itu dengan sesekali berbicara sendiri, berusaha mengajak berinteraksi dengan harapan Emu akan segera membuka kedua bola matanya.

"Silahkan Kagami-sensei!" Wanita itu akhirnya menyelesaikan pekerjaannya dan segera menyerahkan bunga pesanan Hiiro.

"Terima kasih, Megumi-san!" ucap Hiiro tulus lalu membayarkan sejumlah uang kepada wanita paruh baya itu.

"Sama-sama Kagami-sensei! Semoga Houjou-sensei segera sembuh!" tutur Megumi dengan mata berkaca yang terlihat sangat tulus, membuat Hiiro terharu dan membungkuk dengan sopan sembari mengucapkan terima kasih sekali lagi.

Hiiro berjalan dengan ringan menuju rumah sakit. Dengan memakai sweater rajut biru muda yang menutupi kemeja putih di dalamnya serta celana kain hitam, Hiiro terlihat berpenampilan sangat santai tidak seperti ketika dia tengah berdinas. Tapi memang pada dasarnya dia kini sedang tidak berdinas.

Pasca kejadian yang cukup membuat heboh pemerintahan. Menteri Kyotarou Hinata marah besar kepada para dokter yang terlibat dalam insiden yang membuat Emu tertembak dan harus dirawat insentif di rumah sakit. Sehari setelah Date dengan sukarela menyerahkan diri, Kyotarou menyidang atau lebih tepatnya melancarkan aksi hukuman kepada Hiiro dan kawan-kawannya.

Hiiro, Taiga, Kiriya mendapatkan sanksi yang cukup berat. Mereka bertiga diskors selama dua bulan dari segala kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan mereka sebagai dokter. Beruntung ijin praktek mereka tidak dibekukan. Menteri Kyotarou mengatakan jika ini permintaan dari  Date yang disampaikan oleh ayahnya. Ini juga merupakan bentuk kompensasi karena Date dengan sukarela menyerahkan diri dan meminta persidangan digelar dengan segera. Date meminta semua tanggung jawab kejadian itu dibebankan kepadanya tidak kepada orang lain. Bahkan dengan rela Date mempersilahkan Kyotarou membekukan ijin prakteknya sebagai seorang dokter. Hiiro, Taiga dan Kiriya menanggapinya dengan perasaan yang gundah. Mereka tidak tahu harus senang atau tidak dengan sikap Date kepada mereka.

Sedangkan Kuroto dan Pallad mendapatkan sanksi yang berbeda. Karena pada dasarnya mereka bukanlah dokter dan memang hanya diperbantukan dalam team cyber rumah sakit, Kyotarou hanya memberikan mereka hukuman pelayanan masyarakat. Kini mereka berdua dibantu oleh Poppy dan Nico menjadi petugas di bagian pelayanan masyarakat dan membantu segala keluhan masyarakat via telepon maupun langsung berhadapan. Hiiro terkadang merasa kasihan kepada Kuroto dan Pallad yang harus belajar duduk diam dan menjadi sosok yang sabar dalam mendengarkan berbagai macam keluhan masyarakat.

[FF] 𝔹ℝ𝔼𝔸𝕋ℍ𝕃𝔼𝕊𝕊 [✔️] #Wattys2021Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang