Si Anak Laut

837 29 1
                                    

"Bu kapan mereka akan datang?"
Sorang anak perempuan berumur 6 tahun terus merengek. Rambutnya yang hitam dikepang bergoyang.

"Sebentar lagi mereka akan datang Nak, dengan membawa ikan banyak."
Jawab ibunya sembari mengelus kepala anaknya yang manis itu.

"Tapi ini sudah lewat Bu"
Wajahnya yang terkena cahaya matahari masih  menatap lurus memandang ombak sungai yang menghantam tebing .

Semburat kemerahan sebentar lagi akan terlihat. Orang orang masih menunggu di tepi pantai, menunggu sebuah kapal yang akan segera berlabuh dengan membawa ikan banyak.
Semua sudah siap mulai dari sayuran, buah-buahan,minuman,piring, sendok dan gelas sudah tertata rapi.
Tiga ekor kepiting sudah tersaji diatas meja besar yang siap disantap.
Mereka hanya tinggal menunggu kapal dengan ikan dan bersiap untuk membakarnya.
Mereka akan mengadakan sebuah pesta.

"ITU MEREKA"Anak tersebut berteriak membuat orang segera melihat ke arah yang dia tunjuk.
Sebuah kapal besar membelah laut dengan orang diatasnya yang melambaikan tangan .

Semua langsung bergembira,tak butuh waktu lama kapal telah ditambatkan. Para nelayan bergegas turun sambil bersama-sama menggotong jala besar mereka . Sangat cukup untuk pesta malam ini
Orang segera bergegas membakar ikan,namun tidak bagi ibu dan perempuan tadi.
Mereka tidak menunggu makan besar,yang mereka tunggu adalah seorang anak .

"KAK RAYYY"anak perempuan yang bernama Mila itu melambaikan tangannya kepada seorang remaja laki-laki, berkulit putih, bertubuh tinggi, hidungnya yang mancung,dengan sebuah topi yang. bertengger di kepalanya.
Dia adalah
Aditya Ray Pranata 
Panggil dia Ray

"MILAAA,BIBI ELIII" teriak Ray danL. langsung berlari.  Bibi Eli langsung memeluk nya.

"Kau baik-baik saja kan Nak"kata bibi Eli sembari mengusap kepala Ray.

"Aku baik baik saja Bi"Ray mempererat pelukannya.

"Wah,kak Ray hebat bisa menangkap ikan sebanyak itu."Mila terkagum denganan mengacungkan dua jempolnya.

"Ahhh,itu belum seberapa,sekarang ayo kita makan"Ajak Ray.

*

**

Ray menghabiskan sisa seekor ikan yang ada di piringnya.Ia melihat sekelilingnya, orang-masih berpesta,diikuti dengan alunan musik.
Tiba tiba sebuah tangan menyentuh lembut pundak Ray,Ray segera menoleh ke belakang,dia menemukan pamannya yang sudah duduk di sampingnya.

"Ada apa Paman?"tanya Ray.

"Barusan paman dapat pesan dari kota,dia menanyakan keadaan mu."jawab Paman.

"Bukannya selalu begitu."

"Mereka meminta mu kembali ke kota"Ia tau keponakannya akan marah namun ia harus membicarakan nya.

"TIDAK,AKU TIDAK MAU"tolak Ray cepat.

"Ayolah Nak,sampai kapan kau akan mengasingkan diri ke desa terpencil ini. Desa yang tidak ada apa apanya dibandingkan kota yang ramai." Jelas paman.

"Aku lebih suka di sini daripada harus bertemu setiap hari dengan orang yang sombong,dengan orang yang tak mengerti denganku,dengan orang orang yang keras kepala. Aku lebih ingin disini,bertemu dengan orang orang yang ramah,yang menerimaku apa adanya."Jawab Ray panjang dan jelas.

Paman Ray menyodorkan selembar tiket pesawat dan beberapa lembar uang.

"Kau harus memberi keputusan mu Nak, waktumu hanya dua hari untuk segera pergi ke kota,kami tidak mengusir mu,tapi kami sangat menyayangi mu.Kami ingin kau bersikap lebih dewasa,dengan menerima semua nya bukan dengan bersembunyi dari orang ramai dan mengasingkan diri."paman segera beranjak,meninggalkan Ray untuk berpikir.

Ray masih termenung.

Malam itu merupakan malam yang menyenangkan,dan mungkin juga yang terakhir. Makan bersama,bersenda gurau,menghabiskan waktu bersama, dengan orang orang kampung yang ramah,suatu kehangatan yang sudah lama Ray rasakan.

Ia harus segera memberikan keputusan.

Garis TeduhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang