Maaf?

73 10 0
                                    

Rayla menghempaskan tubuhnya diatas kasur, selepas hari hari sekolahnya yang melelahkan. Setelah pertemuan nya dengan Resha 2 hari yang lalu ia semakin dihantui rasa bersalah. Di satu sisi ia ingin Ray baik baik saja. Di sisi yang lain semakin hati serasa ada yang kurang di hidupnya. Malah hari nya yang semakin buruk. Ditambah dengan sikap Rinai yang berubah kepadanya. Rayla kembali menimang nimang apakah ia akan meminta maaf kepada Ray. Sudah lebih dari 3 hari ia bersikap cuek kepada Ray dan mungkin sedikit kasar.

Rayla menghela napas kasar, ia meraih ponselnya dari dalam tas. Membuka WhatsApp dan mencari nama Ray. Biasanya nama itu dapat langsung ditemukan sebagai kontak yang sering dihubungi.
Rayla mencoba menghubungi nya.
2 kali panggilan tak terjawab.
Dan saat panggilan ke 3 kali baru terdengar suara di seberang sana.

"Ha—halo" ucap Rayla setengah gugup.

"Apa?" Jawab Ray dengan nada dingin seperti biasanya.

"Gu-gue ganggu?" Rayla tak bisa menutupi kegugupannya.

"Iya, cepetan ngomong" jawab Ray datar.

Rayla menghela napasnya, mengumpulkan keberanian.
"Gue mau minta maaf atas sikap gue belakangan ini"

Tak ada jawaban di seberang sana.

"Gue tau gue kelewatan" sambung Rayla lagi.

Masih tak ada jawaban.
'Ahh,sial' umpat Rayla.

Padahal di ponselnya tertera panggilan masih berlangsung.

Dan panggilan itu diputus sepihak oleh Ray.

"Aarrghhhhh!!" Teriak Rayla memenuhi seluruh sudut kamarnya. Untung kamarnya berada di lantai atas. Jadi tidak terdengar oleh Mama nya dibawah.

Rayla membenamkan kepalanya ke bantal.
"Gblk, ngapain juga sih pakai minta maaf" Rayla memukul kasur nya yang tak bersalah. Rambut nya sudah acak acakan karena frustrasi.

Pintu kamar Rayla diketuk oleh mamanya.

"Masuk aja ma,ngak dikunci" ucap Rayla masih dengan wajahnya dibalik bantal.

"Ada teman kamu diluar, udah mama tawarin masuk katanya tunggu di gerbang aja" tutur Mamanya. Lalu beranjak turun duluan.

"Ihh, ngapain juga sih si Shasa nunggu gue keluar. Biasanya nggak ngucapin salam juga langsung  masuk tuh anak" Rayla menggerutu sambil menuruni anak tangga. Rambutnya masih acak acakan,ia yakin yang diluar adalah Shasa.

"Raa,rapiin dulu itu rambut kamu sebelum ketemu temen" saran Mamanya.

"Iya ma" ucap Rayla namun tak segera ia lakukan. Rayla langsung mengambil sendalnya dan masih menggerutu kesal.

"Rayla gblk, seharusnya nggak usah minta maaf" ucap nya sambil melepas ikat rambutnya. Ia masih menunduk ke bawah dengan gerutuan nya yang tak habis habis. 

"Ngapain sih nunggu gue keluar, biasanya lo lang—" ucapan Rayla terhenti. Ia tak percaya dengan siapa yang ada Dihadapannya sekarang. Tangannya masih tersangkut di belakang kepala yang hendak mengucur kembali rambutnya. Namun tubuhnya saat ini refleks terpaku. Lihat saja, saat ini Ray berada di depannya. Menatap Rayla yang masih dengan seragam olahraganya yang berkeringat,rambutnya yang acak acakan.

"Kenapa bengong?" Ucapan Ray langsung menyadarkan Rayla.

"Hehh?" Rayla berusaha bersikap biasa saja.
"Ngapain lo kesini?" Tanya Rayla dengan nada sedikit ketus.

"Nggak usah geer, gue kebetulan lewat sini. Gue lagi jogging, kita satu kompleks" jelas Ray singkat.

"Ooh" Rayla mengedarkan pandangannya ke arah lain.

"Lo tau kenapa gue berhenti disini?" Tanya Ray.

Rayla menaikkan alisnya.

"Karena gue tau ada cewek yang lagi malu karena abis minta maaf" ucapan Ray sontak membuat pipi Rayla memanas. Rayla memukul pelan lengan Ray.

"Yeaay,pipi Rayla blushing" sorak Ray.

Rayla menunduk malu.

"Ya udah gue lanjut lari lagi" pamit Ray. Saat ia ingin berbalik badan ia teringat suatu hal.

"Eh Raa" panggil nya.

"Yaa?"

"Rambut Lo bagus" ucapnya dan langsung berlari meninggalkan Rayla. Karena Ray tak kuat lagi jika harus melihat pipi cewek itu merah layaknya kepiting rebus.

Rayla masih terpaku, memegang gerbang rumahnya. Ucapan Ray membuat Rayla senam jantung.
Memang, Rayla biasanya datang ke sekolah dengan rambut kucir kuda, Rayla tak terlalu memperhatikan penampilannya. Baginya rambut yang tergerai hanya membuatnya gerah.

Rayla masuk kembali ke dalam rumahnya. Dengan senyum yang masin mengantung di wajahnya.

"Ciee, senyum senyum abis ketemu cowo" goda Mamanya dari ruang tengah.

"Apaan sih Maa" Rayla terkekeh sambil menaiki anak tangga.

10 menit kurang ia berhadapan dengan Ray membuatnya senan jantung. Kenapa ia bisa begini? Biasanya satu jam ia berbicara dengan seorang cowok ia akan biasa biasa saja. Seperti si David. Rayla memang betah bicara lama lama dengan David karena lebih nyambung dibandingkan dengan teman teman gila nya yang lain.
Namun sebentar bicara dengan Ray dapat membuat pipinya memanas ditambah jantungnya yang berdegup kencang.
'Rasa apa ini ya Allah" batin Rayla.

***
Keesokan harinya Rayla kembali bersekolah layaknya murid kelas 11 lainnya. Untung saja dia datang 15 menit sebelum bel masuk. Jadi tidak ada terlambat untuk hari ini.
**
"Baiklah untuk tugas kalian minggu kedepan adalah mencari alat musik ritmis dan melodis,masing masing 2 buah. Cari info selengkap lengkapnya mengenai alat musik yang kalian tentukan. Minggu depan, presentasikan di depan kelas dengan kelompok yang sudah ibuk bagi masing masing. Kelompoknya silahkan dilihat di ponsel kalian masing masing. Sudah dikirim. Baik terimakasih untuk hari ini. Assalamualaikum." Guru kesenian itu meninggal kelas sesudah berbicara panjang lebar. Tak memberi kesempatan bertanya.

Rayla merogoh ponselnya. Dia berada di kelompok 4, sekelompok dengan Acha, David, Dhea dan Ray.

"Ahh, sial. Masa kita ntar jadi nyamuk sama si Ray. Liatin orang pacaran mulu." Umpat Acha.

"Nasib nasib" tambah Rayla.

"Kapan nih bakalan dicari?" Tanya Rayla.

"Gue nggak suka ngulur ngulur waktu nih sebenarnya. Tapi ntar Abis pulang sekolah gue ada acara keluarga." Ucap Acha.

"Ya udah,jangan hari ini. Gue juga sekarang jadwal les" tambah Rayla.

"Okee"

Rayla menoleh ke belakang. Dhea masih tersenyum bahagia.

"Udah lah, sekelompok sama pacar aja kayak dapet umroh gratis" goda Acha.

"Tau nih, btw jangan hari ini nyari nya ya"

"Gue sih ikut kalian aja, asalkan sama David" jawab Dhea.

"Ya Allah bucin"
 
Rayla beranjak berdiri memberitahu David dan Ray mengenai kapan alat musik akan dicari. 
Setelah didiskusikan, mereka akan pergi besok hari Sabtu setelah pulang sekolah.

***
Maaf nii pendek. Otak lagi kosong sama dengan perut. Hehe.
Selamat menjalankan ibadah puasa bagi yang menjalankan.😊
Kasi vote nya yaaa.

Garis TeduhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang