School

121 8 8
                                    

Pagi datang lagi,kicauan burung menyambut pagi. Semua bergegas memulai hari.

Rayla menguap lebar, selimut yang tadi malam masih membungkus tubuh nya sekarang sudah jatuh ke kolong tempat tidurnya. Jam menunjukkan pukul 05.30

"Ahh,masih pagi. 5 menit lagi" gumam nya, enzim ptialin nya yang keluar dari mulut sudah memenuhi bantal membentuk sebuah kepulauan.

Rayla melanjutkan tidurnya. Ia janji hanya 5 menit atau 300 detik.

"RAYLAAAAA, SEKOLAH NGGAK?!!"  Suara itu membuyarkan mimpi Rayla.

" Eh iya,iya" Rayla bergegas turun,menuju ke kamar mandi, menghapus bekas ilernya dan mengambil wudhu,shalat dan mandi.

***

"Nak,hari pertama di sekolah baru" Mama mengusap pelan puncak kepala anaknya itu.

" Iya Ma" balas Ray singkat namun masih dengan mata terpejam.

Mama mengambil segelas air putih di meja,menuangkan nya sedikit ke telapak tangan dan mempercikkan nya ke wajah Ray.

" Iya Ma,udah bangun." Jawab Ray, matanya setengah terbuka.

" Udah bangun langsung ke kamar mandi,udah besar masih dibangunin." Tutur Mamanya.

Mata Ray perlahan lahan tertutup kembali,masih belum bisa diajak kerjasama.

Tanpa basa-basi mama menuangkan segelas air itu ke wajah Ray, membuat sprei basah.

" Astaghfirullah,mama kejam" Ray langsung berdiri menuju kamar mandi,yang jelas dia tidak bisa melanjutkan tidurnya disana.

***

Mobil berwarna hitam mengkilat itu terparkir di depan gerbang sekolah. Ray mengedarkan pandangannya. Semua murid bergegas masuk ke kelas, lapangan tenis yang disulap menjadi parkiran motor sedikit lagi penuh. Semua ingin disiplin.

"Tidak buruk" gumam Ray.

" Turun"instruksi Mama. Ray membuka pintu mobil dan mengekori Mamanya.

Mama masuk ke ruang kepala sekolah. Ray menunggu di luar. Banyak yang menatap tajam ke arah nya karena baru pertama kali terlihat.
Tentu saja Ray tidak peduli.

Di dalam tampak Mama sedang berbincang sedikit dengan kepala sekolah dan berjabat erat. Mama menunjuk Ray dan Kepala sekolah itu tersenyum.

Mereka keluar, saatnya mengantarkan Ray ke kelas barunya.
Kelas 11 IPA 3.

Ray masuk ke kelas itu dengan santai, disambut oleh beberapa pasang mata,disusul oleh guru jam pertama pembelajaran. Guru itu mengangguk sambil tersenyum.

" Silahkan perkenalkan diri" suara kepala sekolah itu sangat berwibawa.

" Nama saya Aditya Ray Pranata, panggil saja Ray. " Singkat,jelas ,padat.

"Tidak ada yang ingin ditanyakan?" Tanya Buk Mida,guru Matematika.

Semua menggeleng,mereka cukup stres dengan jam pertama ini. Tampak mulut mereka berkomat kamit menghafal rumus matematika sialan itu.

Tunggu,Ray mengedarkan pandangan,hanya 7 orang laki laki di kelas ini. Tambah ia jadi 8

Damn.

" Silahkan duduk di samping David." Buk Mida memberikan arahan.

Tanpa basa basi,Ray melenggang menuju David,remaja dengan kulit sawo matang dengan kacamata bertengger di hidungnya. Ia tersenyum.

Ray membalas senyuman itu,Ia menarik kursi dan duduk. Sementara David melanjutkan hapalannya.
Sebuah buku kecil catatan rumus itu lah hidup nya.

Garis TeduhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang