Deg!

87 9 8
                                    

Ray melangkah lemas menuju kamarnya. Mamanya belum pulang. Mungkin nanti malam. Mamanya terlalu sibuk dengan pekerjaan di kantornya. Nadin sudah pergi 3 minggu lalu melanjutkan kuliahnya di Korea. Setidaknya kakak nya itu tak susah lagi jika ingin bertemu dengan idolanya di negri Ginseng itu.

Ray membuka pintu kamarnya. Matanya menyapu setiap sudut kamarnya. Semuanya bersih dan rapi. Bukankah Ray melarang orang lain masuk ke kamarnya. Kecuali jika diizinkan atau disuruh Ray.
Ray melangkah ke arah tangga.
Lalu berteriak dari atas.

"Bi, bibi masuk kamar Ray ya?" Teriak Ray.

"Nggak, den. Bibi cuman masuk ke kamar nya Nok Nadin buat nyapu." Jawab Bibi setengah berteriak dari arah dapur.

"Tapi kok bersih?" Tanya Ray pelan.

"Bibi mah nggak berani masuk kalau dilarang,den" ujar Bibi lagi.

Ray mengangkat sebelah alisnya. Lalu berjalan kembali menuju kamar. Menghempaskan tubuhnya diatas kasur,sembari menatap langit langit kamar.

"Perasaan tadi nggak ada yang masuk" gumam nya.

Lalu sebuah nama terbesit di otaknya.

Ray mengambil ponselnya di dalam saku. Mencari nama Rayla. Lalu menelponnya.

Namun panggilan itu tak diangkatnya, atau lebih tepatnya ditolak.

Lalu sebuah pesan muncul di hp Ray.

RaylaRafina
Ngapain?

You
Kok telpon gue nggak lo angkat?

RaylaRafina
Lagi males ngomong,maunya ngetik.

You
Lo tadi masuk kamar gue kan?

RaylaRafina
Lo yang nyuruh

You
Berarti lo dong yang beresin kamar gue.

RaylaRafina
Iya,kenapa emang?

You
Kok lo mau beresin?

RaylaRafina
Karena berantakan.

You
Makasih.

Pesan terakhir itu hanya dibaca oleh Rayla. Anehnya ada desiran hangat menyelimuti tubuhnya saat mengetahui hal itu.

***
Presentasi itu berjalan lancar. Bel istirahat berbunyi nyaring di telinga siswa, menjadi kesenangan umum.
Namun bel itu berubah menjadi tak enak ketika ada janji dengan kepala sekolah dan guru pembimbing Olimpiade.

"Kemana lomba kali ini?" Tanya Sheren lemas, ia sangat kesal waktu istirahat nya tersita.

"Jogja" jawab Acha tak kalah lemasnya. Mereka sama sama berjalan di koridor menuju aula. Kepsek sudah menunggu disana.

"Hey, kenapa pada lemas gini. Bukannya semangat mau dibawa ke Jogja,refreshing sekalian. Semangat dong!" Bu Melati menepuk tangannya.

"Waktu istirahat kami kan disita buk" Binta memelas. Waktu istirahat adalah waktu yang berharga baginya karena ia dapat memandang wajah kakak kelas idamannya

"Nanti kalian bakalan dikasih gantinya" ucap kepala sekolah itu tegas.

Mereka semua duduk di kursi yang disediakan.

Garis TeduhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang