Tentang Hujan

47 6 7
                                    

Keesokan harinya,Rayla masih tetap menjalani hari harinya layak nya anak kelas 11 pada umumnya. Sehabis diberi waktu mengistirahatkan tubuh selama sehari,saat nya kembali sekolah. Rayla berangkat sekolah bersama Kak Arvind yang kebetulan pagi itu memiliki kelas pagi.

Mobil Maroon itu berhenti di depan gerbang sekolah,Rayla berpamitan kepada Arvind dan melangkahkan kakinya masuk. Hari masih terlalu pagi,masih ada 25 menit lagi sebelum bel pertama berbunyi.

Rayla melangkah pelan masuk ke dalam kelas, belum ada siapa siapa,bahkan lampu dalam kelas semalam pun belum dimatikan.

Rayla meletakan tas dan langsung duduk di kursinya. Lalu mengeluarkan novel yang sempat ia pinjam dari Ray.

Hening menyelimuti kelas,hanya Rayla yang mendengar musik mengalun dari EarPods yang tersimpan di telinganya. Ia terlalu fokus membaca novel hingga tak menyadari seseorang duduk disampingnya.

Ray hanya memandangi diam Rayla yang menunduk membaca, sangat fokus. Ketika ditatap begini pun ia masih tak sadar, perlahan senyuman mulai terbit di wajah Ray.

Merasa nafas hangat menerpa punggung tangannya, Rayla menoleh mendapati Ray.

"Astagfirullah!" Kaget Rayla.

Ray mengangkat kepalanya lalu menghela napas panjang.

"Santai aja kali,kayak ngelihat apaan"tutur Ray.

Rayla menepuk dahinya lalu kembali membaca novel,tak lagi mempedulikan Ray yang masih diam menatapnya.

Tak lama kemudian ia menutup novel itu lalu tersenyum, ia menggeser novel ke arah Ray.

"Makasih"

"Udah selesai bacanya?"

Rayla mengangguk lalu mengambil EarPods yang tersumpal di telinganya dan meletakan kembali di tempat.

Ray mengangguk menerima novel,dalam hati ia kagum hanya butuh waktu sebentar untuk dia menamatkan novelnya.

"Nanti pulang sama gue ya!" Ajak Ray sembari membolak-balik balikan halaman novel.

"Nggak ah, gue udah janji sama kak Arvind"tolak Rayla lalu meletakan EarPods nya kedalam tas.

"Bentar lagi lo dapat pesan dari dia" ucap Ray yakin lalu berdiri melihat Acha datang dengan ekspresi yang tak dapat diartikan.

"Kenapa muka lo kusut gitu?" Rayla menatap heran Acha.

"Tadi gue nggak dijemput Angga!" Ucapnya kesal lalu menendang meja tak bersalah. Kemudian meringis kesakitan.

Rayla hanya geleng geleng melihat tingkah temannya itu.

"Biasanya lo santai kalau nggak dijemput Cha,kenapa sekarang malah marah"

Acha mengangkat bahunya.

"Lo udah suka sama Angga ya Cha!" Rayla bersuara keras dan senang, mungkin banyak yang mendengarnya, termasuk Angga yang baru datang dan berdiri di pintu kelas. Dengan cepat Acha menutup mulut Rayla dengan keras.

"Sial lo!" Umpat Acha.

Acha melepas tangannya dari mulut Acha ketika ponsel Rayla memunculkan notifikasi.

Kak Arvind:
Nanti pulangnya sama yang nemenin lo di bandara ya, gue mau nongkrong.

Rayla terdiam membaca pesan itu.

Garis TeduhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang