Kembali

321 15 2
                                    

Wanita gemuk dengan wajah keibuan itu tengah memandang lurus sebuah gedung yang tepat berada di samping apartemen nya. Pantulan cermin dari kaca tersebut dapat memperlihatkan kerutan yang mulai terukir di wajah wanita kepala 4 tersebut.
Sejak ditinggal suami selama lamanya,ia tidak mau lagi mampir ke perusahaan di samping apartemen nya itu. Walaupun berdekatan.
Sekarang yang mengurus adalah anak sulungnya yang sudah berkeluarga.

Panggil saja dia dengan Nyonya Pranata.

Entah kenapa sehabis sarapan ia duduk di kursi santai dengan posisi menghadap ke jendela,biasanya ia akan menutup jendela yang satu itu dengan tirai.

Ia akan selalu ingat kejadian itu.

Ting tong

Nyonya Pranata segera membalikan badan,membuka pintu untuk melihat siapa yang datang. Ia tidak ada janji dengan siapapun hari ini. Hari ini schedule nya kosong.

Nyonya Pranata membukakan pintu,terlihat seorang kurir dengan membawa sebuah paket,ia menyunggingkan senyum terbaiknya.

"Benar dengan kediaman keluarga Pranata?"

"Ya , betul"

"Ini ada paket" sembari menyodorkan paket yang berukuran sedang .

"Silahkan tanda tangan disini Nyonya" ucap kurir itu dengan tangan yang memegang pena.

Nyonya Pranata sudah tau,ini pasti punya putri nya.
Ia segera menandatangani paket tersebut.

"Terimakasih, semoga hari mu menyenangkan" pamit kurir tersebut.

Nyonya Pranata membalas dengan senyum yang ia miliki.
Ia segera menutup pintu kembali.

From: Singapore

Nyonya Pranata membaca tulisan yang tertera di paket itu.
Dia sudah dapat menebak apa isinya.

"Anak itu selalu saja menghabiskan uangnya."gumam Nyonya Pranata.

Seorang remaja perempuan usia 19 tahun keluar dari kamar dengan rambutnya yang basah tergerai.

"Maa,tadi ada kurir gak Ma? Soalnya Nadin tadi mandi." Ucapnya sembari mengeringkan rambut.

"Kamu pesan album berapa lagi?" Tanya Nyonya Pranata.

"Nggak banyak kok.Cuman 3. Semuanya yang baru.Ada EXO, BTS sama The Boyz."jawabnya tanpa beban.

" Itu besok gak akan ada gunanya!"

"Ma,aku kan udah bilang,aku cari kegiatan baru. Semenjak Papa udah gak ada,Nadin nggak bisa ngapa-ngapain lagi. Dulu hobi Nadin kan main piano sama dengan hobi nya Papa––"

"Kita udah pernah bahas ini" jawab Nyonya Pranita dan meletakkan nya di atas meja.

"Yaudah." Nadin mengambil paket.

"Kamu kapan mau lanjut kuliah?" Tanya Nyonya Pranata.

"Nadin mau kuliah Ma,tapi bukan sekarang"jawab Nadin .

"Sampai kapan?"

"Sampai Nadin bisa tanpa Papa."lirih Nadin.

"Kamu nggak rindu sama adek kamu?"

"Dia sendiri kan yang lari, mengasingkan diri." Jawab
Nadin seadanya.

Tereeteet

Percakapan mereka terhenti.
Nyonya Pranata mengangkat ponselnya.
"Bagaimana?"tanya nya tanpa basa-basi.

Terdengar jawaban dari seseorang nun jauh di seberang sana.

"Buat dia kembali ke kota ini."
Nyonya Pranata langsung menutup telepon nya tanpa menunggu balasan.

"Ray Mama suruh balik? "Tanya Nadin.

"Iya"

"Dia udah bisa?"

"Kita gak perlu nunggu itu.Kita yang buat dia bisa."jawan Nyonya Pranata percaya.

Kau pasti bisa Nak.

***

Ray duduk terdiam di hamparan pasir putih.Ombak yang sedari tadi menghantam tebing tak bisa menyadarkan dari alam lamunannya.
Ia duduk bersandar di sebuah pohon kelapa. Tampak bayangan nya tepat berada di tengah.Menandakan bahwa sudah lebih 1 jam dia melamun.

"Hei,kapan kau akan berdiri."Suara cempreng itu mengejutkan Ray.
Seorang remaja laki laki lebih pendek dari Ray dengan rambutnya yang ikal itu melambaikan tangan.
Menyusul ke bawah batang kelapa.
Tom duduk disebelah Ray, ikut memandang ombak yang tenang.

"Kau yakin ingin pergi?"tanya Tom tanpa melihat ke Ray.

"Aku tidak tau,menurutmu aku diusir?"

"Ayolah,kau bukan diusir Kawan,kami sangat menyayangimu.Kami semua pun ingin kau tetap disini bersama kami"Jawab Tom.

"Kata kata mu sama dengan yang dibilang Paman."kata Ray datar.

"Kami semua hanya ingin kau bisa merangkai hidupmu yang baru. Hidup yang lebih baik." Tom menyakinkan.

"Tapi kenapa harus di kota?tempat yang tak ada orang yang mengerti dengan ku.Kenapa tidak di desa kecil ini."Ray masih belum mengerti.

"Tempat mu bukan disini Kawan"Tom menjawab pelan,menepuk bahu temannya itu,lalu beranjak meninggalkan Ray yang masih belum mengerti.

Aku tau, perlahan semua orang pergi meninggalkan ku.

***
Maaf ya Author gak bisa nulis panjang panjang,tapi Insyaallah terus update cerita nya kok.
Stay terus yaa:)
Jangan lupa buat kasih vote nyaa:')

Garis TeduhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang