Kanker

132 7 10
                                    

Resha melangkah lemas masuk ke kelas di sekolah swasta itu. Sekolah golongan atas. Sebenarnya Ray bisa saja dimasukkan oleh Mamanya ke sekolah yang sama dengan Resha. Namun itu tidak akan berlangsung lama.

Setelah 3 hari meliburkan diri dengan alasan sakit, Resha tau dia tidak bisa berlama lama mengurung diri. Dia berusaha bisa menjalani kehidupan seperti biasa. Walaupun tanpa seorang ayah.

"RESHAAAA" suara itu mengejutkan nya.

"Lo sekolah juga" Tasya menepuk pundak Resha .

"Gue kangen sama Lo belalang kebon" disusul oleh Citra.

" Dia baru datang,belum juga duduk." Sona menengahi. Melihat wajah Resha yang masih belum ceria.

"Tau tuh" seru Elsa. Padahal dia yang memulai.

Resha tak memedulikan sahabat nya itu. Dia melanjutkan langkahnya.

"Dia masih terpuruk,jangan buat dia tambah buruk" pesan Sona.

Mereka semua saling bertatap tatapan. Saling menyalahkan.

"Lo sih"

"Lo juga"

" Lo yang mulai."

"Lo yang salah"

Sona menghampiri Resha. Dia tampak lemas pagi ini.

"Shaa, Lo kenapa?"

Resha menggelengkan kepalanya.

" Bukan Resha yang setiap hari gue kenal"

" Gue nggak apa apa " tegas Resha.

"Muka Lo kok pucat,sakit?"

"Bisa minta tolong?"

" Apa?"

" Tinggalin gue sendiri. Sama tolong izinin ke meja piket gue nggak bisa ikut upacara pagi ini. Gue nggak mau ke UKS, tolong ya. Makasih" ucap Resha lebih panjang dari pada yang sebelumnya.

Benar dugaan Sona. Dia masih terpuruk. Sona tidak akan bertanya lagi.

***
Semua sudah berhamburan keluar kelas, menuju lapangan upacara.
Hanya tinggal Resha yang duduk di kursinya.

Resha merogoh ponsel dari sakunya.
Ia mencari sebuah kontak dan hanya berusaha sekedar menyapanya, mengucapkan selamat pagi. Ya walaupun ia tau itu hasilnya nihil.

Resha terdiam. Membuka sebentar Instagram nya. Tak peduli dengan followers nya yang tiap hari kian bertambah. Dia hanya membuka tutup aplikasi itu.

Sebuah notifikasi yang ia tunggu tunggu sebulan terakhir ini akhirnya muncul juga.
Namun dengan isi yang membuat Resha terkejut.

'maaf,ini siapa ya??'

"Sial" umpat Resha.

Dia sudah menghapus nomornya.

Resha ingin menangis,namun ia tau itu tidak akan ada gunanya.
Orang itu sudah melupakan nya. Jadi untuk apa mengingat nya.

Air matanya tak terbendung,namun kali ini tidak ada guyuran air yang bisa menjadi tandingannya.
Resha hanya bisa terisak isak.
Untung saja semua penghuni sekolah ini sedang khidmat melaksanakan upacara.
Resha meletakkan kepalanya di kedua tangannya yang ia satukan.
Sudah pasti seragamnya basah karena air mata.
Namun seperti biasa setiap kali ia menangis, seluruh anggota badannya ikut merasakannya. Kaki nya gemetar.
Kepalanya terasa pusing. Resha menganggap itu hal yang biasa terjadi. Namun lama kelamaan pusing dengan jangka waktu yang lama.
Dan pertahanan Resha runtuh.
Entah lah, entah ia tertidur atau pingsan yang jelas matanya sudah terpejam,berhenti mengeluarkan air mata.

Garis TeduhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang