Yogyakarta!

82 9 8
                                    

Hari keberangkatan mereka semua ke Jogja sudah tiba. Shasa yang keras kepala tetap ingin ikut bersama mereka. Namanya juga cucu pemilik sekolah.
Pagi hari,pukul 06.00 mereka sudah sampai di bandara dan bersiap terbang ke Jogja.

"Sini aku bawain,kamu nggak bakalan kuat" ujar David sambil membawa tas berukuran sedang milik Dhea.

"Nggak usah,nggak berat kok" tolak Dhea halus.

"Yakin nggak papa?nanti kamu capek" David masih belum percaya.

"Hehh,lo kira tu si Binta ibu hamil takut kecapekan?" Binta mendelik tajam saat berhenti di depan mereka.

"Jomblo,diam!!" Ucap David dramatis.

Binta berjalan lebih cepat mendahului pasangan itu. Bisa bisa hilang hapalan materi nya sebelum Olimpiade nanti.

"Udah,Nggak papa" kata Dhea lembut.

Mereka mulai menaiki tangga. Jujur,Dhea bisa naik sendiri. Tapi tentulahhh tau kalian kann.

"Hati hati Dhey" David mengengam erat tangan Dhea,tak mau melepaskan.

"Lah Dhey siapa bro?"Tanya Angga yang sudah diatas duluan.

"Panggilan kesayangan nya si David buat Dhea" tutur Acha malas.
Melihat raut wajah Acha yang berubah, Angga mengangguk paham.
"Kok jadi bete, kamu juga mau punya panggilan?"goda Angga.

Acha berjalan malas menuju kursi nya. Malas menanggapi omongan Angga.

Beralih ke Dhea dan David. David yang terlalu lebay membuat Dhea lambat menaiki tangga itu. Rinai yang tidak sabaran sekaligus bawaaanya ingin emosi selama ikut perjalanan ini pun membentak.

"BISA NGGAK SIH KALIAN NGGAK USAH LEBAY,MAU NAIK TANGGA SETENGAH JAM!!,MINGIRR!!"
bentak Rinai lalu mendorong tubuh Dhea. Membuat Dhea terjatuh dan meringis kesakitan
Untung pada saat itu tak ada siapa siapa. Pramugari yang menyambutnya pun tak ada.
Tanpa pikir panjang,David langsung menolong Dhea.
Sementara Rinai hanya mengacuhkan dan langsung pergi ke tempat duduknya.

David dan Dhea pun masuk, Dhea masih meringis kesakitan. Tak menunggu lama,David langsung memperingatkan Rinai, membuat teman temannya pun kaget sekaligus heboh. Penumpang lain tak ada yang peduli dan mendengar. Bodo amat lah.

"Ada apalagi tuh Taa?" Tanya Rayla malas sambil menoleh ke Binta yang Disampingnya.

"Resiko Bucin" jawab Binta seadanya.

"Ooh" Rayla menyumpal telinganya dengan EarPods. Diam menikmati musik yang mengalun.

Pesawat pun mulai lepas landas.

***
Jam menunjukkan pukul 09.30. Pembukaan Olimpiade dimulai setengah jam lagi. Mereka harus bergegas mencari kamar hotel masing masing dan bersiap menuju tempat penyelenggaraan Olimpiade.

"Ihh,sekamar kok berdua?" Tanya Zahra tak terima.

"Terus lo maunya berapa?" Tanya Naira sambil membereskan kopernya.

"Yaa,sendiri sendiri gitu" jawabnya tanpa rasa bersalah. Dia tak memikirkan mahalnya menyewa sebuah kamar di hotel.

"Kalo lo mau sendiri,bayarnya harus dilebihin, tuh kayak si Rinai. Nggak mau sekamar sama siapa siapa. Sendiri terus tuh anak, Aneh"cerca Naira.

Zahra mangut mangut, setelah membereskan kopernya ia langsung menarik tangan Naira.
"Udah yuk! Ntar telat"
***
Pembukaan itu berlangsung selama 1 jam di gedung nan megah itu. Kata sambutan dan motivasi semangat bagaikan lagu pengantar tidur bagi Rayla,karena ia berangkat pagi pagi.

Rayla melangkah menuju ruang Olimpiade nya. Sayangnya,ia tak satu ruangan dengan Binta.

Rayla memasuki ruangan itu lalu duduk di kursi sesuai dengan nomor ujiannya. Rayla menunggu peserta ujian lain yang belum masuk ke ruangan. Yang masih mencari kursi sesuai nomor ujian. Lalu tiba tiba sebuah tangan menepuk pelan bahunya.

Garis TeduhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang