Kakak kelas

103 5 9
                                    

Ray melonggarkan dasinya. Hari ini tak terlalu panas namun ia gerah. Kelas masih belajar. Hanya kelas nya yang sedang kosong karena guru Bahasa Inggris sedang sakit.

Ray menoleh ke tangga rooftop.   Ia segera menaikinya. Mungkin diatas lebih berangin.
Di tengah tangga ia bertemu dengan Naira yang bergegas hendak turun.
" Dari mana?" Basa basi Ray
"dari langit " Naira menjawab asal. Naira juga teman sekelasnya. Sebangku dengan Rayla. Naira bergegas turun sepertinya ia kebelet pipis. Ray mengangkat bahu. Ia langsung berjalan menaiki tangga Rooftoo. Angin siang hari itu menerpa lembut wajahnya.  Ia berjalan ke sudut untuk melihat kota yang lebih luas. Dia berteriak seakan-akan tidak akan ada yang mendengarnya karena Ia berpikir hanya ada dia yang ada di Rooftop .
Namun  sementara di sudut kiri terdapat sebuah ruangan yang mungkin tempat  untuk semua mesin mesin bekerja seperti mesin air ,mesin listrik. Dan di luar dinding ruangan itu, Rayla sedang bersandar ditemani dengan sebuah buku dan sebuah novel yang ia baca.
Rayla langsung terganggu dengan teriakan itu.

Ia mengambil buku dan menorehkan tulisan nya.

Angin,
Katakan padanya
Suaranya tak indah

Angin,
Katakan padanya
Tak ada yang mau mendengar nya.

Angin,
Katakan padanya
Dia hanya merusak suasana.

S

aat Raylamenyelesaikan tulisannya, sebuah tangan menyentuh bahunya.

"Heh!" Rayla langsung menepis tangan itu degan keras. Ia terkejut.

Ray meringis pelan. Tepisan tangan Rayla cukup keras

" Eh, maaf Ray maaf"

Ray duduk disamping Rayla.

" Siapa yang nyuruh Lo duduk?" Tanya Rayla

" Hati gue" jawab Ray singkat.

" Lo ngapain disini?" Tanya Ray balik.

" Membaca abis tu ada orang yang ganggu" Rayla menatap tajam.

Hening sejenak. Semua dengan pikiran masing masing. Angin mengusap lembut wajah mereka.

" Lo sejak kapan di kota ini?" Ray membuka pembicaraan.

" Sejak gue masih zygot" Rayla menatap lurus ke depan tanpa menoleh ke Ray.

" Lo dari mana?" Tanya Rayla.

" Dari kelas" jawaban paling logis sepanjang hidup Rayla.

" Maksud gue Lo pindahan mana?" Rayla memperjelas.

" Gue dulu juga di kota ini. Cuman gue berhenti di pertengahan semester 1 bulan. Gue ke desa paman gue buat nenangin diri. Di kota itu gue ngerasa gak ada yang menyenangkan,gak ada yang peduli. Sehabis 1 bulan di desa, gue disuruh balik ke kota ini. Mama ngurus semuanya. " Cerita Ray panjang lebar.

Rayla menoleh, mangut mangut.

" Papa Lo kok ngebolehin Lo berhenti?" Rayla masih penasaran.

Ray menatap Rayla. Tersenyum kecut.

" Justru Papa gue yang bikin gue pengen berhenti semuanya" jawab Ray.

" Maksud Lo?"

" Papa gue udah gak ada" Ray menunduk.

Rayla terkejut,ia menutup mulut.

"Eh,maaf. Gue gak tau" Rayla untuk kedua kalinya merasa bersalah.

" Udah,santai aja"

Hening kembali. Rayla tak bisa dengan situasi seperti ini. Rayla berdiri .

" Bentar lagi bel" ucap Rayla .

"Oh iya" Ray ikut berdiri.

Mereka kembali ke kelas.

***
Binta memakan makan siangnya dengan lahap. Kantin tengah ramai. Ditemani oleh Rayla, Acha dan Sheren.

"Pelan pelan makannya" saran Acha.

" Awh, gila itu tawdi pelajarwn nya susswah banget. Perwutgue jadwi kwonser" Binta bicara sambil mengunyah .

" Lo bilang apa sih?" Heran Sheren

Rayla mengotak atik ponselnya. Membuka Instagram dan mencari sebuah akun. Tak perlu lama.

" Yes dapat!" Seru Rayla.

" Apa?" Acha melihat ke ponsel Rayla.

" Gimana?nih yang gue bilang kemaren. Ni namanya Daffa, kalo ini Daffi"  Rayla menunjuk satu persatu.

Acha dan Sheren berpandangan. Hanya Binta yang tak peduli.

" Biasa aja"

" Gak ada yang menarik"

Rayla menarik napas. Bodo amat!.

Binta menyeruput Es jeruk nya. Dan bernapas lega. Ia mengelus perutnya yang kenyang

" Sebentar lagi masuk bulan persalinan" gumamnya namun terdengar oleh yang lain. Sontak mereka menjuntai kepala Binta

Binta nyengir lebar. Ia mengedarkan pandangan. Kantin sudah tak terlalu ramai.
Pandangannya jatuh kepada seseorang yang sedang berbincang dengan David di meja ujung.
Mata Binta langsung terbuka.

"Gais,gais,gais" Binta menepuk bahu Acha.

" Aish,ni kenapa lagi," malas Acha.

Sebagai jawaban Minta menunjuk meja paling ujung.

" David!" Heran Sheren

Binta menggeleng kepalanya.
" Kak  Aldi." Binta menahan teriak an nya.

" Ooh, kakak kelas yang atlet itu" kata Rayla.

" Yang kemaren sampai ke nasional kan" tambah Acha

" Ihh, yang hitam manis itu" kagum Sheren.

Binta mengangguk.

David selesai bicara dengannya.lalu Binta memanggil nya.

"DAVIID!"teriak Binta sambil melambaikan tangan. David langsung menghampiri nya

" Apa?"

"Minta no nya Kak Aldi " pinta Binta.

David membuka ponselnya sebentar.

" Udah"

Sebuah notifikasi muncul di hp Binta.

"Makasih, ntar gue traktir Chicken pie" Binta nyengir.

"Hm"David berlalu.

" Yes! Gue dapet,gue dapet,gue dapet" seru Binta.

" Gue malu" Sheren berdiri.

" Ke kelas yuk,biarin dia disini" ajak Acha

" Kuy" Rayla berjalan.

Acha dan Sheren ikut,tak lama setelah itu...

" GAK LAMA LAGI GUE BAKALAN PACARAN SAMA KAKAK KELAAAASSSS" teriak Binta mengejar Sheren dan yang lain.

"Sumpah bukan temen gue" gidik Acha.

" Lari!!!" Teriak Rayla.

Mereka berlari, tak sanggup mengakui Binta .

***

Maaf ya dikit.
Lagi males sih sebenernya tapi pen nulis:v
Astaghfirullah aku:)

Lanjoot?

Garis TeduhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang